Kiprah Tokoh Muda NU dari Luar Jawa yang Terlupakan (2)

 
Kiprah Tokoh Muda NU dari Luar Jawa yang Terlupakan (2)

LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan ini merupakan kelanjutan  dari tulisan KH. Ahmad Baso sebelumnya, yang berisi tentang sejarah beberapa riwayat tokoh muda NU dari luar Jawa, ternyata kini banyak dilupakan. Meski dari luar Pulau Jawa, tokoh-tokoh ini banyak berkontribusi untuk NU kala itu. Siapa saja mereka? Bagaimana kontribusinya pada NU?

Berikut tulisan KH Ahmad Baso yang kami kumpulkan secara berseri. Selamat membaca.

***

3. Buya KH. Mansur Dt. Nagari Basa

Beliau adalah tokoh Perti patriotik perintis NU di Sumatera Barat. Ini (gambar nomor 1) adalah foto beliau sewaktu jadi anggota Konstituante mewakili Perti (Pergerakan Tarbiyah Indonesia) 1956-1959.

Lahir Juni 1908 di Kamang, Agam, Sumatera Barat. Sebagian besar masa kecilnya nyantri pada pesantren ayahnya di Kamang, lalu lanjut di Tarbijah Islamijah/Kuliah Mu'alimin di Bukittinggi.

Sejak 1930 menjadi Kepala Madrasah "Perti" Kamang Bukittinggi. Lalu di masa revolusi kemerdekaan di Sumatera, beliau mengikuti ayahnya bergerilya melawan agresi militer Belanda, lalu jadi staf Bupati Militer Kabupaten Agam.

Sejak 1954 menjadi Direktur Kuliyah Sjar'iah Bukittinggi yang menjadi cikal-bakal IAIN Imam Bonjol Padang.

Buya KH Mansur juga dikenal sebagai perintis NU di Sumatera Barat dan sempat menfasilitasi berdirinya NU di Padang dan Bukit Tinggi ketika Kiai Idham Chalid, Ketum PBNU saat itu, berkunjung ke Sumatera Barat sekitar tahun 1958.

Ketika pecah pemberontakan PRRI di tahun 1959, Buya Mansur dan ayahnya, Buya Siddiq, bersama tokoh-tokoh ulama lainnya, dari Perti, berjuang membela NKRI dan meredam pemberontakan yang disebut bughot madzmumah itu. Sang ayah pun gugur dalam satu serangan pasukan PRRI di Kamang. Lahumal fatihah…

***

4. K.H. Muhammad Ramli

Beliau adalah ulama revolusioner dari Kajuara, Bone, pendiri NU di Makassar dan juga pendiri Universitas Muslimin Indonesia (UMI) di Makassar. Ini (gambar nomor 2) adalah foto beliau dalam brosur kampanye Partai NU di Sulawesi Selatan jelang Pemilu 1955.

Beliau lahir di Kecamatan Kajuara, Bone, 17 Agustus 1902. Sedangkan alamat rumah selama hidup di Makassar: Jl. Monginsidi L 20/19 Kota Makassar.

Beliau sempat nyantri di kota suci Mekah  selama empat tahun. Pada 1922 di masa mudanya pernah jadi imam di Kec. Kajuara (kampung halaman JK).

Sejak tahun 1930 direkrut oleh Andi Jemma, Datu' Luwu (pahlawan nasional), untuk menjadi Qadli Palopo yang dijabatnya hingga 1947.

Selama revolusi kemerdekaan, beliau bergerilya menentang NICA Belanda di Sulawesi Selatan bersama Andi Jemma. Kisah perjuangan kedua tokoh pendiri NU ini di Palopo dikenal luas  oleh masyarakat Luwu.

Di masa Jepang pernah jadi guru kepala Sekolah Islam di Makassar. Sejak tahun 1948 menjadi Ketua Madjlis Islam dan mendirikan Rabitatul Ulama (cikal bakal NU) di Makassar.

Ketika Kiai Wachid Hasjim datang ke Makassar pada tahun 1952, Kiai Ramli menyambut ayahanda Gus Dur ini dengan pembentukan Partai NU se-Sulawesi Selatan/Tenggara.

Adapun riwayat hidup singkatnya adalah sebagai berikut:

  • Pada tahun 1954 beliau mendirikan Universitas Muslimin Indonesia (UMI) Makassar, dan jadi "Mahaguru" Studi Hukum Fiqih di Universitas itu.
  • Di tahun 1954 masuk anggota Syuriah PBNU usai Muktamar Medan 1954
  • Pada 1956 Kepala kepenghuluan Kantor Urusan Agama Provinsi Sulawesi
  • Pada 1956 jadi Ketua Umum (Rektor) Universitas Muslimin Indonesia (UMI) Makassar.
  • Pada 1 April 1956 Ketua Umum Yayasan Mesjid Raya Makassar
  • Pada 9 November 1956 dilantik sebagai anggota Konstituante  mewakili Partai NU.

Kiai Ramli adalah pejuang ulet dan pekerja keras NU Makassar dalam bidang keagamaan dan pendidikan ini wafat pada 4 Februari 1958 dalam tugas sebagai anggota Konstituante di Bandung dan dimakamkan di pekuburan Arab di belakang rumah al-faqir di Bontoala, Makassar. Allah yarhamhu…

Semoga ada kader-kader NU Makassar yang mengikuti jejak beliau. Amiiin.(*)

***

Penulis: KH. Ahmad Baso
Editor: Muhammad Mihrob