Siapa Pengarang Doa Syi'iran Sebelum dan Sesudah Ngaji al-Qur’an?

 
Siapa Pengarang Doa Syi'iran Sebelum dan Sesudah Ngaji al-Qur’an?

LADUNI.ID, Jakarta - Doa menjelang ngaji Al-Qur’an atau setelahnya yang berupa syair ini sangat masyhur, tidak hanya di Indonesia.

كَلامٌ قَدِيْـمٌ لاَ يُـمَلُّ سَماعُهُ # تَـنَـزَّهَ عَنْ قَوْلٍ وَ فِعْلٍ وَ نِــيَّةِ

"(Al-Qur’an adalah) kalam yang qadiim[1], yang  tiada bosan mendengarkannya # yang bersih dari ucapan, tindakan, dan suara hati."

بِهِ أَشْتَـفِيْ مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَ نُوْرُهُ # دَلِيْلٌ لِقَلْبِـيْ عِنْدَ جَهْلِــيْ وَ حَيْــرَتِـيْ

"Dengan Al-Qur’an aku berharap kesembuhan dari segala penyakit. Cahaya Al-Qur’an # adalah petunjuk hatiku, saat aku bodoh dan bingung."

فَيا رَبِّ مَــتِّعْنِـيْ بِسِرِّ حُرُوْفِهِ # وَ نَوِّرْ بِهِ قَـلْبِـيْ وَ سَـمْعِيْ وَ مُقْلَتِـيْ

"Maka wahai Tuhanku, karuniailah aku (pemahaman atas) rahasia huruf-hurufnya # dan berkat Al-Qur’an, terangilah aku, hatiku, pendengaranku, dan mataku."

Siapa pengarang tiga bait (dengan bahr thawil) yang amat masyhur ini, bahkan hampir semua siswa-siswi TPA/TPQ menghafalnya?

Dalam kitab Syadzarat Adz-Dzahab (شذرات الذهب)[2] karya Syihabuddin Ad-Dimasyqiy (1032-1039) yang berjuluk Ibnu Al-‘Imaad dijelaskan bahwa sya’ir tersebut dikarang oleh Syamsuddin Abu Ali Muhammad bin Ali yang terkenal dengan julukan Ibnu ‘Iraq Ad-Dimasyqiy (ابن عراق الدمشقي; 933 – 987 H).

Tiga bait itulah yang beredar luas hingga sekarang. Hanya perlu diketahui ada sedikit perbedaan dari karya aslinya, sebagaimana yang terdapat dalam Syadzarat Adz-Dzahab:

كَلامٌ قَدِيْـمٌ لاَ يُـمَلُّ سَماعُهُ # تَـنَـزَّهَ عَنْ قَوْلِـيْ وَ فِعْلِيْ وَ نِــيَّـتِـيْ

"(Al-Qur’an adalah) kalam yang qadiim, yang  tiada bosan mendengarkannya  #  yang bersih dari ucapanku, tindakanku, dan suara hatiku."

بِهِ أَشْتَـفِيْ مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَ إنَّهُ # دَلِيْلٌ لِعِلْمِـيْ عِنْدَ جَهْلِــيْ وَ حَيْــرَتِـيْ

"Dengan Al-Qur’an aku berharap kesembuhan dari segala penyakit. Sesungguhnya Al-Qur’an # adalah petunjuk bagi pengetahuanku, saat aku bodoh dan bingung."

فَيا رَبِّ مَــتِّعْنِـيْ بِـحِفْظِ حُرُوْفِهِ # وَ نَوِّرْ بِهِ قَـلْبِـيْ وَ سَـمْعِيْ وَ مُقْلَتِـيْ

"Maka wahai Tuhanku, karuniailah aku untuk menghafal huruf-hurufnya # dan berkat Al-Qur’an, terangilah aku, hatiku, pendengaranku, dan mataku."

Hanya tiga bait itu yang merupakan karya Ibnu ‘Iraq Ad-Dimasyqiy. Jika yang sekarang ada bait tambahan itu merupakan susulan karya ulama di kemudian. Bait itu adalah sebagai berikut:

وَ سَهِّلْ عَلَيَّ حِفْظَهُ ثُمَّ دَرْسَهُ  #  بِـجاهِ النَّبِي وَ اْلآلِ ثُـمَّ الصَّحابَةِ

"Dan mudahkanlah aku menghafalnya dan mempelajarinya  #  berkat Nabi saw, keluarganya, dan sahabatnya."(*)

***

Penulis: Arif Hidayat
Editor: Muhammad Mihrob

 

[1] Qadiim berarti “dahulu tanpa ada yang mendahului.
[2] Syadzarat Adz-Dzahab, hal. 277, jilid 10, Pen. Dar Ibnu Katsir, Damaskus, Cet. I, 1406 H / 1986 M.