Biografi KH. Abu Bakar Shofwan Gedongan

 
Biografi KH. Abu Bakar Shofwan Gedongan
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Profil KH. Abu Bakar Shofwan Gedongan

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Pendidikan
  5. Menjadi Pengasuh pesantren
  6. Teladan
  7. Chart Silsilah Sanad

Kelahiran

KH. Abu Bakar Shofwan atau yang kerap disapa dengan panggilan Kiai Abu lahir pada tahun 1942, di desa Pejomblangan Kedungwuni Pekalongan. Beliau merupakan putra dari H. Shofwan Hj. Timu binti Ahmad Jaiz Kudus yang merupakan keturunan dari Sunan Kudus.

Nasab beliau dari jalur ayah merupakan saudara dari KH. Khalil Bangkalan. Nasab beliau diantaranya, H. Shofwan bin Muharrir bin Muhamad bin Ahmad Prawiro bin Ahsan Prawiro bin Ahmad Prawiro bin Ahmad Abdullah.

Wafat

Kiai Abu wafat pada hari Senin, 30 Mei 2016 pukul 7.30 di RS Gunung Jati Cirebon. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman umum Gedongan tidak jauh dari makam KH. Muhamad Sa’id.

Keluarga

Pada tahun 1969, Kiai Abu dijodohkan oleh KH. Mahrus Ali dengan Nyai Zaenab binti KH. Siradj, yaitu cucu dari KH. Muhamad Sa’id pendiri Pondok Pesantren Gedongan. Pernikahannya dengan Nyai Zaenab, Kiai Abu tidak dikaruniai keturunan.

Kemudian, Kiai Abu menikah kembali dengan Nyai Umul Banin binti H. Sanusi. Buah dari pernikahannya, beliau dikarunia tiga orang putra-putri. Anak-anak beliau diantaranya, Minnatul Maula (lahir 1993), Abdul Wahhab (lahir 1996), dan Ayu Fitriyah (lahir 2001).

Pendidikan

Pada tahun 1949, Kiai Abu mulai masuk Sekolah Rakyat dan telah berhasil mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an 30 juz binadzar dihadapan ayahnya. Setelah itu beliau melanjutkan mengaji pada Kiai Syarif Pekalongan. Setelah mengkhatamkan al-Qur’an pada Kiai Syarif, pada tahun 1953 Kiai Abu mulai menghafal al-Qur’an di Pesantren Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah dibawah bimbingan Kiai Badawi dan selesai pada tahun 1959.

Kemudian Kiai Abu melanjutkan pendidikannya di Pesantren Lirboyo yang saat itu diasuh oleh KH. Mahrus Ali.

Mendirikan pesantren

Sejarah pendirian Pondok Pesantren Madrasatul Huffadz 1 tidak terlepas dari kaitannya dengan Pondok Pesantren Gedongan yang telah dirintis oleh KH. Muhamad Said pada pertengahan abad ke-18.  

Sejak awal didirikan, pondok pesantren ini adalah pesantren yang mengajarkan kitab-kitab salaf. Namun setelah KH. Abu Bakar Shofwan memperistri cucu KH. Muhamad Said yakni Nyai Hj. Zaenab binti KH. Siroj, ada warna baru dalam tradisi keilmuan Pondok Pesantren Gedongan.

Saat itu, Kiai Abu berinisiatif untuk mengambil adik perempuannya yakni Nyai Khadijah untuk dididik menghafal al-Qur’an.

Pada saat itu kondisi Gedongan masih sangat sepi, geliat kegiatan keagamaan masyarakat pun belum terlalu terlihat, meskipun memang telah ada kegiatan pengajian kitab-kitab yang dibacakan oleh beberapa guru. Pada tahun 1973, Nyai Khadijah berhasil mengkhatamkan hafalan 30 juz Al-Qur’an.

Prestasi Nyai Khadijah langsung membuat masyarakat terkesima lalu berbondong-bondong menitipkan putra-putrinya kepada Kiai Abu untuk dididik menjadi penghafal al-Qur’an. Melihat santri yang semakin banyak Kiai Abu membangun sebuah bangunan pesantren untuk menampung santri-santri.

Santri putra ditempatkan di langgar sedangkan santri putri ditempatkan di dalam pesantren. Seiring perkembangan jumlah santri yang terus meningkat, Kiai Abu kemudian membangun satu lokal tambahan berdekatan dengan bangunan pertama. Saat ini kedua bangunan tersebut digunakan sebagai asrama Pondok Pesantren Madrasatul Huffadz II asuhan cucu Nyai Zaenab.

Setelah Kiai Abu wafat, Madrastul Huffadz I diasuh oleh Nyai Umul Banin yakni isteri Kiai Abu. Pada awalnya bangunan yang berada di belakang rumah Nyai Umul Banin tidak diniatkan untuk membangun pesantren. Kiai Abu hanya berniat membangun 3 kamar untuk ketiga anaknya. Namun setelah dimusyawarahkan, bangunan tersebut kemudian difungsikan sebagai asrama santri Madrasatul Huffadz I. Lantai satu ditempati oleh santri putra sedangkan lantai dua ditempati oleh santri putri.

Lokal santri putra dan putri disekat oleh tembok pembatas, sehingga meskipun berada di dalam bangunan yang sama santri putra dan putri tetap terpisah. Hingga saat ini Pondok Pesantren Madrasatul Huffadz I telah melahirkan ratusan alumni penghafal al-Qur’an yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia bahkan hingga ke negeri tetangga.

Selain itu, menurut kesaksian KH. Aqil Siradj, Pondok Pesantren Madrasatul Huffadz 1 merupakan pesantren tahfizh pertama di Cirebon.

Teladan

Kiai Abu dimata masyarakat Gedongan adalah Kiai yang bersahaja dan dekat dengan rakyat, beliau juga dikenal sebagai Kiai yang dermawan, atau orang dusun Gedongan menyebutnya dengan istilah “Kiai Loman”. Banyak orang Gedongan yang sangat menykai Kiai Abu terutamanya orang-orang yang sering bersentuhan dengan beliau seperti tukang becak, tukang nangunan dan lain sebagainya.

Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Abu Bakar Shofwan Gedongan dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 20 Januari 2021, dan terakhir diedit tanggal 05 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya