Dengan tekat sekuat baja, semangat membara serta sugesti yang tinggi akan keberhasilan mendirikan pondok pesantren, maka Kyai Shochih mampu mengetuk hati Nur Kholim Latief, Camat Ngawen kala itu, untuk mendukung mendirikan pesantren. Sehingga pada 4 Agustus 1987 tepatnya di pendopo Kecamatan Ngawen, didirikanlah sebuah pondok pesantren dengan nama Miftahul Ulum Ngawen (MUN) yang berarti kunci ilmunya Ngawen. Dan pada tanggal itulah menjadi titik awal perjuangan Kyai Shochih dalam mengembangkan pondok pesantren yang berahlakhul karimah.
Semangat mulai mengalir dari berbagai penjuru untuk kemajuan Miftahul Ulum Ngawen, dengan bukti-bukti masyarakat sekitar dan pejabat setempat selalu mendukiung demi kemajuan MUN. Bahkan tanpa negoisasi seorang warga yang bernama karimun langsung mewakafkan sebidang tanah yang seluas 822 m2 demi kemajuan pondok pesantren.
Seiring dengan tuntutan zaman yang semangkin komplek, MUN yang semula hanya mengajarkan kitab kuning, kemudian mengombinasikan dengan system pendidikan modern yakni dengan memasukkan pelajaran umum. Untuk legalitas, MUN mengajukan izin pendirian di Depag Blora untuk diproses dan mendapatkan izin resmi untuk mengadakan kegiatan belajar mengajar pada tanggal 11 Mei 2005 No. Kd 11.16/5/PP.0/2005dengan nomor statistic 5123316120006.
Kegiatan pendidikan yang diselenggarakan MUN ada empat.
Pertama, Pendidikan sekolah mengadopsi kurikulum dari Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan Nasional sebab pendidikan yang diselenggarakan adalah salafiyah, MTs, SMA Madrasah Diniyah Ula, Wustho dan Ulya. Serta ada pula opsi pendidikan kesetaran yakni program wajar Dikdas 9 tahun, Paket A, B dan C.
Kedua, Pendidikan pesantren. Pendidikan ini diberikan sebagai ciri khas dari pendidikan MUN, yaitu untuk lebih membekali santri dengan penguasaan ilmu agama. Kegiatan kepesantrenan diselenggarakan adalah kajian kitab kuning antara lain: Tauhid, Al-Aqaid Al-Diniyah, Safinatun Najah, Kifayatul Awam, Fathul Majid dan Dasuki Fiqul Mabadi’, Dll.
Ketiga, Pendidikan ketrampilan. Seperti: konveksi, pertanian (dari bercocok tanam sampai dengan mengelola hasil, dan sudah disediakan lahan kusus), peternakan, pertukangan. Keempat, pendidikan ekstrakulikuler/pengembangan diri. Diantaranya: pramuka, seni hadroh dan seni baca Al-Quran.
Pengasuh
KH. Achmad Shochih
PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
📖 Artikel Lengkap Tersedia untuk Member
Untuk membaca artikel lengkap dan mengakses semua fitur, silakan login atau daftar sebagai member.
Memuat Komentar ...