Tukang Becak Ini Menangis Saksikan Karomah Wali Jadzab Habib Bakar

 
Tukang Becak Ini Menangis Saksikan Karomah Wali Jadzab Habib Bakar

LADUNI.ID, Jakarta - Namanya Habib Abu Bakar Assegaf Gresik, biasa disapa sapa Habib Bakar. Beliau adalah cucu wali Qutub Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik. Habib Bakar ini dikenal wali jadzab. Dalam kesehariannya, Habib Bakar tidak sebagaimana seorang ulama’, bahkan tidak sedikit yang melihatnya orang biasa-biasa saja. Karena tak ada pakaian kebesaran yang melekat, sehingga mengenalinya memang tidak mudah.

Pada suatu hari, ada seorang tukang becak sedang bersedih karena menanggung beban hidup yang makin sulit. Sebut saja namanya Pak Imam.

Selesai shalat Subuh, Pak Imam langsung mangkal di tempat perjuangannya mengayuh becak, berharap segera ada penumpang datang. Pak Imam terus terngiang pesan istrinya, bahwa hari ini jatuh tempo bayar hutangnya dan bayar sekolah anaknya.

Tiba-tiba, datanglah Habib Bakar dari arah depannya dan langsung naik di atas becak Pak Imam. Tanpa sepatah katapun, Habib Bakar sambil menunjuk arah dengan jemarinya yang menandakan bahwa beliau minta diantar di arah tersebut.

Pak Imam termasuk sosok tukang becak yang sangat cinta para habaib. Dengan sangat bahagia, Pak Imam segera mengayuh becaknya sesuai petunjuk Habib Bakar.

Di tengah mengayuh becaknya, Pak Imam ingat kebiasaan Habib Bakar dalam merokok. Uang seadanya di sakunya dibelikan rokok untuk Habib Bakar, wujud penghormataan Pak Imam kepada cucu Rasulullah. Padahal, itulah uang terakhir di sakunya yang mau digunakan untuk sarapan. Tapi kecintaannya kepada cucu Rasulullah tak bisa dibendung.

Perjalanan becak kembali dilanjutkan. Tiba-tiba, ada mobil yang menyalib dan memberhentikan becak Pak Imam. Kaget dan sangat khawatir, karena Pak Imam baru membawa Habib Bakar.

Lima orang bersorban dan bergamis turun dari mobil. Mereka mengucapkan salam dan mencim tangan Habib Bakar. Salah satu dari rombongan itu mengeluarkan amplop tebal dan memberikannya kepada Pak Imam. Ragu dan kaget, Pak Imam merasa bingung seolah sedang di alam mimpi.

“Pak, terimalah amplop ini. Jangan ragu, ini rizki bapak. Bapak sangat membutuhkannya,” tegasnya.

Habib Bakar seketika turun dari becak itu dan memberikan isyarat kepada Pak Imam agar menerima amplop itu. Habib Bakar lalu pergi dengan jalan kaki tanpa sepatah katapun.

Pak Imam bergetar tubuhnya, sambil berlinang air mata, tangis bahagia wujud syukur kepada Allah SWT.

Dengan mencintai para zuriat Baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua berkumpul dengan Rasulullah SAW di surga Allah SWT. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin…(*)

***

Sumber: Raden Sanjaya
Editor: Muhammad Mihrob