Pesantren Al-Karimiyyah Sumenep pada awalnya berbentuk pesantren kelak dikenal dengan nama Darul Ulum berdiri pada tahun 1947. Pendiri sekaligus penebar Islam pertama di dusun Karang Desa Beraji Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep ini adalah KH. Kariman Birajuda bin Maljuna (Keturunan ke-6 dari Pangeran Katandur Sumenep sebagai cucu Sunan Kudus Jawa Tengah) bersama isteri Ny. Hj. Haerati asal kelahiran desa Karangduwak Kec.Kota Sumenep.
Sebagaimana keadaan masyarakat pra Islam pada umumnya, penebaran risalah Islam di dusun Karang Beraji mengalami tantangan yang cukup berat, tidak hanya pada sisi penerimaan risalahnya namun sampai pada tantangan fisik dalam bentuk adu ‘kekuatan’. Dengan petunjuk Allah SWT bekal fisik, mental spiritual mantap, maka KH. Kariman Birajuda dapat menyemaikan risalah Islam pada masyarakat Karang dan merambah ke dusun-dusun lainnya di desa Beraji bahkan terus berkembang ke desa-desa sekitar Beraji.
Perkembangan Islam yang dibawa oleh KH. Kariman Birajuda ini perlahan-lahan terus berkembang dan menguat sejalan dengan dukungan dan peran serta santri yang telah dibina, dididik dan dibimbing dengan kesabaran dan ketulusan yang sungguh-sungguh. Hasil perjuangannya semakin tampak dengan kedatangan berbagai santri yang ingin belajar agama Islam dari berbagai penduduk desa diluar desa Beraji meskipun dari sebagian diantara mereka memang tidak sampai bertempat tinggal (mondok).
Bersama dengan istri (Ny. Hj. Haerati) dan 1 orang putra keturunan beliau (K. Sa’ied), bimbingan, pendidikan dan pengajaran agama terus dilakukan pada santri dengan pola-pola pembelajaran/pengajian yang sangat sederhana. Model pembelajaran wethonan, sorogan dan bendungan sebagai ciri khas pola pembelajaran disetiap pondok atau pesantren acap kali mewarnai pada pola pembelajaran KH. Kariman Birajuda. Bahkan, kitab-kitab yang disampaikannyapun hanya seputar pembahasan tentang Iman, Islam, Akhlaq.
Pada biasanya santri dididik dan dibimbing belajar ngaji, sholat dan bersuci pada waktu sore hari, malam hari dan ba’da subuh sebagai kegiatan pembelajaran rutin. Sedangkan pagi harinya santri lebih banyak membantu kegiatan orang tua dalam bercocok tanam atau menyelesaikan tugas-tugas keluarga lainnya. Mencermati keadaan seperti itulah, maka dalam perkembangan perjuangannya, pada tahun 1960 KH. Kariman Birajuda
mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) meski tanpa lebel kelembagaan dengan jam belajar pagi hari seperti jam-jam sekolah saat ini. Tenaga pendidik disamping dibawa asuhan langsung beliau, juga diambil dari santri-santri senior yang telah dipercaya untuk melaksanakan pembelajaran dengan jumlah murid + dari 18 orang.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU.
KLIK
LOGIN
Relasi Pesantren Lainnya
Belum ada pesantren yang berelasi dengan pesantren ini.
Memuat Komentar ...