Khutbah Jumat: Memaknai Al Qur’an Sebagai Petunjuk

 
Khutbah Jumat: Memaknai Al Qur’an Sebagai Petunjuk
Sumber Gambar: Koleksi Laduni.ID

KHUTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Al Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada rasulnya yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW, sekaligus sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat-mukjizat yang lain. Al Qur’an diturunkan dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun dan dibagi dalam dua fase, yakni fase Makkah atau disebut ayat-ayat makkiyah dan fase Madinah atau disebut ayat-ayat Madaniyah.

Baca juga: Khutbah Jumat: Memanfaatkan Kesempatan Pertama

Al Qur’an sebagai kitab terakhir diperuntukkan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia (hudan linnas) sampai akhir zaman. Bukan cuma diperuntukkan bagi bangsa Arab dimana kitab ini diturunkan akan tetapi untuk seluruh umat manusia. Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia lainnya maupun hubungan dengan alam sekitarnya. Fazlurrahman(dalam Asmuni, 1997) mengemukakan tentang tema pokok-pokok yang terdapat dalam Al-Qur’an yang meliputi: tentang ketuhanan, kemanusiaan (individu/masyarakat), alam semesta, kenabian, eskatologi, kejahatan serta masyarakat muslim.

Baca juga: Khutbah Jumat: Memaknai Kematian

Menurut Ahmad Van Denffer (1998)  pendekatan terhadap Al-Qur’an dapat dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu pertama menerima Al-Qur’an lewat membaca dan mendengarnya. Kedua berusaha memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan cara menghayati dan kemudian mengkaji makna yang terkandung di dalamnya. Dan ketiga menerapkan pesan-pesan Al-Qur’an melalui pelaksanaan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Oleh karena itu Al-Qur’an senantiasa harus dipelajari, dipahami dan dimanifestasikan dalam amalan praktis dalam kehidupan sehari-hari agar cahaya dan petunjuk Al-Qur’an dapat diterima dan meresap dengan baik. 

Al-Qur'an diimani kaum muslim sebagai kitab hidayah, petunjuk bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil. Dalam berbagai versinya Al-Qur'an sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri yang melekat dalam dirinya, di antaranya bersifat transformatif yaitu membawa misi perubahan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan.

Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11, yang artinya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ -١١-

"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah selalu menciptakan segala sesuatu dalam keadaan seimbang, tidak berat sebelah. Demikian halnya dalam penciptaan manusia. Manusia juga tercipta dalam keadaan seimbang. Dari keseimbangan penciptaannya, manusia diharapkan mampu menciptakan keseimbangan diri, lingkungan dan alam semesta. Karena hanya manusia yang mampu melakukannya sebagai bentuk dari tugas kekhalifahan manusia di muka bumi.

Manusia tidak dianjurkan oleh Islam hanya mencari pengetahuan yang hanya berorientasi pada urusan akhirat saja. Akan tetapi, manusia diharapkan tidak melupakan pengetahuan tentang urusan dunia. Meskipun kehidupan dunia ini hanyalah sebuah permainan dan senda gurau belaka, atau hanyalah sebuah sandiwara raksasa yang diciptakan oleh Tuhan semesta alam. Namun, pada dasarnya manusia diharapkan mampu menjaga keseimbangan dirinya dalam menjalani realita kehidupan ini, termasuk dalam mencari pengetahuan.

Sebagai muslim kita harus meyakini dan mengimani bahwa Al Qur’an merupakan petunjuk bagi segenap manusia, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam. Surat Ali Imran Ayat 138:

هَـذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ -١٣٨-

"Inilah penjelasan bagi seluruh manusia, petunjuk, dan nasihat bagi orang-orang yang bertakwa".

Al-Qur’an merupakan risalah Allah yang terakhir yang diturunkan kepada manusia, dan merupakan bukti nyata yang mengandung petunjuk dan nasihat bagi mereka yang memiliki pemahaman. Dalam surat Al Ahzab 45-46 dijelaskan:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً -٤٥- وَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُّنِيراً -٤٦-

"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan(46)dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi".

AlQur’an hanyabisadipahami dengan cara memahaminya. Satu-satunya cara untuk memahami kedalaman Al-Qur'an adalah dengan "menanyai dan menelitinya." Ini berarti kita harus berinteraksi dengannya, membuatnya berbicara dengan kita dan menjawab permasalahan kita. Al-Qur'an bukan untuk dibaca secara pasif tanpa membutuhkan upaya, karena tanpa upaya yang ikhlas, ia tidak bisa diserap maknanya. Ketika pikiran kita dialihkan oleh peristiwa-peristiwa masa lampau atau kekhawatiran-kekhawatiran akan masa depan, kita tidak dapat membaca keesaan ilahi dari kitab Allah yang berada pada masa kini yang abadi.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari uraian diatas dapat ditarik benang merah bahwa kita umat Islam harus memahami makna dan kandungan Al-Qur’an. Hal ini agar petunjuk yang diberikan Al-Qur’an dapat menjadi cahaya yang terang yang menyinari membawa kebaikan. Sehingga kehidupan kita bernilai dan bermanfaat bagi orang sekitarserta membawa atmosfer perubahan yang nyata.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

 أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 

KHUTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

DO'A KHUTBAH:

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

_________________________________________
Oleh: Ahmad Baedowi, M.Si.