Rahasia Dibalik Bantahan Gus Najih dan Gus Miftah

 
Rahasia Dibalik Bantahan Gus Najih dan Gus Miftah
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Abdul Adzim Irsad

Saat ini santer sekali berita beredar melalui WA, baik tertulis maupun video pendek Youtube seputar bantahan Gus Miftah terhadap Gus Najih. Begitu juga bantahan Gus Najih terhadap Gus Miftah atas pidatonya di sebuah Gereja. Bagi kalangan medsoser dan youtuber kondisi seperti ini sangat asyik, renyah dan legit, karena bisa mendatangkan duit. Kondisi seperti, akan terus digoreng, sampai ada berita lebih asyik lagi.

Tidak dipungkiri, sejak tahun 2019-2021 Gus Miftah itu memang waw dikalangan anak-anak muda, puncaknya ketika Deddy Corbuzier masuk islam di kediamanya. Dikalangan anak milenial, baik dari kalangan artis, penyanyi, sampai kalangan pejabat sekalipun berdatangan dan berbondong-bondong mendekat kepada sosok Gus Miftah. Pada tahun 2021, semakin waw, karena meng-akadkan Atta Halilintar menikah dengan Aurel Hermansyah, sehingga makin terkenal tanpa batas dikalangan artis dan selebritis Nusantara.

Restu Habib Luthfi dan Mbah Maimoen Zubair.

Ada yang sangat menarik dari dakwah dan kiprah Gus Miftah, bahwasanya Gus Miftah sangat dekat nan erat dengan sosok Habib Luthfi yang memiliki jutaaan follower. Habib lutfi salah satu zdurriyah Rasulullah SAW, sekaligus pimpinan Thariqoh Mu’tabarah di Indonesia. Beliau bukan sembarang Habib, beliau juga seorang ulama.

Sudah pasti, Habib Lutfi memandang perjuangan Gus Miftah dalam dakwahnya dikalangan kaum milenial serta artis, dan selebritis, serta kalangan “tempat pelacuran” bukan dengan mata telanjang, namun dengan mata batin (bashirah). Gus Miftah sangat percaya diri dalam dakwahnya, karena mendapat restu seorang cucu Rasulullah SAW, sekaligus menjadi mursid dalam perjalanan ruhaninya.

Dalam bahasa Syekh Ahmad Ibn Atolillah dikatakan, “ada satu golongan yang ditempat oleh Allah SWT Yang Maha Benar untuk berkhidmah kepadanya, dan ada juga golongan yang diistimewakan dengan cinta kepada-Nnya”. Kelihatannya, Allah SWT menempatkan Gus Miftah pada makamnya, keluar masuk tempat pelacuran, studio, berkumpul dengan kalangan selebritis untuk mengenalkan Allah SWT dan juga mengenalkan kepada kekasih Allah SWT, Rasulullah SAW. Hanya dengan dekat dengan merekalah, bisa mengajak mereka ke jalan Allah SWT. Inilah yang biasa disebut dengan “fikih dakwah”.

Tidak heran jika Mbah Maimun Zubair, pernah menghadiakan sorban kepada Gus Miftah. Gus Miftah sendiri pernah melakukan Video Call dengan Mbah Maimun sebelum wafat. Gus Miftah sangat sumringah ketika mendapat tiga hadiah dari Mbah Maimun Zubair, seperti sorban, sandal, dan parfun. Hadiah paling keren bagi seorang santri, berkah luar biasa. Siapapun akan merasa bangga dan bahagia ketika mendapat sebuah hadiah dari seorang yang sangat dihormati.

Dukungan dari Habib Lutfi dan Mbah Maimun sudah cukup menjadi arguentasi ruhani untuk terus menjalankan dakwah di dalam dunia malam. Karena, tidak mungkin Habib Lutfi, dan Mbah Maemun Zubair berdakwah seperti Gus Miftah. Masing-masing memiliki makom yang berbeda. Sorban, serta perangkat dakwah dari kedua ulama Kharismatik tersebut menjadi bekal perjuangan sesuai dengan jalan hidupnya.

Gus Najih dan Gus Miftah Sedang Menuju Allah SWT.

Nah, baru-baru ini, Gus Miftah diundang di sebuah Gereja, bersamanya adalah Anis Baswedan Gubernur DKI Jakarta. Rupanya, sebagian Kyai kurang setuju dengan Langkah Gus Miftah. Justru, Anis Baswedan aman-aman saja, sedangkan Gus Miftah harus menghadapi nyiyiran dan hujatan dari kanan dan kiri. Bahkan kritikan super tajam dari seorang ulama pakar fikih dan hadis, Gus Najih ibn Maemun Zubair. Bahkan Gus Najih mengambarkan, “Miftah bukan anak Kyai, bukan seorang Gus, juga ngak bisa membaca Kitab”.

Gus Najih bukan Gus sembarangan, beliau benar-benar dalam ilmunya, karena pernah nyantri di bawah asuhan Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz Al-Maliki. Gus Najih di bawah asungan Sayyid Muhammad, sementara Gus Miftah di bawah asuhan Habib Luffi Pekalongan. Keduanya sama-sama dekat dengan zdurriyah Rasulullah SAW, itu ciri khas dari akidah Ahlussunah Waljamaah.

Sangat benar pernyataan Gus Najih, bahwa Gus Miftah bukanlah santri yang ahli bidang membaca kitab, seperti halnya Gus Najih bukan ahlinya mengajak kaum milenial, selebritis memeluk islam. Gus Najih sangat faham isinya ta’bir dalam kitab-kitab fikih, sedangkan Gus Miftah sangat faham ta’bir dakwah di dunia malam dan selebritis. Allah SWT telah menempatkan hamba-hamba yang shalih sesuai dengan makomnya masing-masing. Keduanya, sedang menuju Allah SWT sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Gus Najih bidangnya mengajarkan dan menjaga eksistensi ilmu kepada santri-santri yang bersanad hingga Rasulullah SAW. Sementara Gus Miftah mengajak kaum abangan di jaman now, mengenal Allah SWT. Setelah mereka sadar, maka putra-putra mereka diajak belajar di pesantren. Tugas Gawawis (gus-gus) yang kompeten di bidang kitab, mengajar. Karena gus-gus yang pakar Alquran, hadis, dan kitab fikih tidak akan mampu menghadapi selebritis yang supercantik, dan busana serta tipis nan asyik. Bisa-bisa, ilmunya habis karena sering melihat maksiat.

Bisa jadi, Gus Miftah dan Gus Najih itu sama-sama sedang berjalan menuju Allah SWT melalui jalurnya masing-masing. Bisa jadi, kritikan Gus Najih kepada Gus Miftah, menjadikan Gus Miftah semakin hati-hati, sehingga perjalanan menuju kekasih Allah SWT tetap berjalan dengan baik. Kritikan Gus Najih, sebenarnya obat paling ampuh bagi seorang Gus Miftah, agar selalu istikomah di jalan Allah SWT melalui dakwahnya.

Banyaknya orang-orang Kristen, Hindu, Budha datang ke kediaman Gus Miftah dan memeluk islam, menjadi bukti nyata kalau Gus Miftah itu sosok yang luar biasa. Karena belum pernah terdengar kabar, puluhan orang Kristen datang ke kediaman Gus Najih pingin di bimbing membaca syahadat. Saya meng-analogikan “Gus Miftah mengenalkan jamaah cinta Allah, Rasulullah dan ulama, sementara Gus Najih mendapat bagian mengajarkan ilmu kepada jamaah yang sudah cinta kepada ulama”. Di dalam kitab “Tanqihu Al-Qaul” Imam Nawawi Al-Bantani menerangkan, “memuliakan ulama itu sama dengan memuliakan Rasulullah SAW, siapa yang memuliakan Rasulullah SAW berarti memuliakan Allah SWT, siapa yang memuliakan Allah SWT, maka surga-lah tempatnya”.

Dibalik kritikan tajam Gus Najih, seolah-oleh Gus Najih tidak rela jika proses pejalanan Gus Miftah menjadi kekasih Allah SWT ternoda dengan gemerlapan duniawi yang sangat rentan menjerumuskan. Bagi seorang kekasih Allah SWT, ujian dalam kenikmatan, keberhasilan, pujian jauh lebih membahayakan dari pada kondisi kesulitan.

Karena banyak sekali dari kalangan orang yang nyaman dan mapan, ternyata justru terlena, sehingga semakin jauh dari Allah SWT. Sebaliknya, dalam kondisi sempit dan kemiskinan, justru sangat rajin ibadah kepada Allah SWT. Bisa jadi, Gus Najih sedang memperingatkan saudaranya Gus Miftah, agar tidak lalai, sehingga perjalanan menjadi kekasih Allah SWT tidak terhalang dengan dunia yang bersifat sementara.

Ketika Abdul Aziz Munif Seputar Dua Kekasih Allah SWT.

Etika seorang santri awam, jika ada seorang Ulama atau Habaib berbeda pendapat, maka jangan mendukung salah satunya. Apalagi sampai nyinyir, bahkan sampai mengeluarkan kata-kata kasar kepada salah satu ulama tersebut. Karena kadang ada hikmah yang sangat besar di balik perbedaan pendapat tersebut.

Konon, ada seorang zdurriyah Rasulullah SAW datang kepada KH. Muhammad Khalil Al-Banglani ra, sang Habib meminta doa agar diberikan sebuah amalan doa agar laris dagangannya. Maklumlah, sang Habib ini sering bangkrut dalam usahanya.  KH Muhammad Khalil Bangkalan sangat hormat kepada Dzurriyah Rasulullah SAW. KH Khalil Bangkalan tidak tega melihat cucu Rasulullah SAW, hidupnya kok sengsara urusan ekonomi. Karena takut mengecewakan dzurriyah Rasulullah SAW, maka KH Khalil memberikan tulisan doa agar diamalkan, agar dagangnnya laris manis. Kemudian menjadi orang kaya.

Setelah mendapat amalan berupa doa yang ditulis langsung oleh KH Khalil Bangkalan. Maka, salah satu dzurriyah Rasulullah SAW kembali ke Pasuruan. Sesampai di Pasuruan, beliau sowan ke kediaman Habib Abdullah Al-Haddad Bangil.

Sesampai dirumah Habib Al-Haddad, langsung ditanya, “dari mana Hib." Sang Pedagang menjawab “ini saya mendapat doa yang ditulis langsung oleh KH Kholil Bangkalan,” sambil memperlihatkan doa tersebut.

Melihat tulisan doa tersebut, Habib Abdullah Al-Haddad langsung mengambil dan merobek-robek doa itu. Padahal sang pedagang yang juga habib belum hafal doa tersebut. Ketika merobek doa tersebut, Habib Abdullah berkata “ini doa apaan?” dengan nada kurang menyenangkan. Seolah-olah, Habib Abdullah Al-Haddah menyalahkan KH Khalil Bangkalan, karena memberikan doa kepadanya.

Habib yang pedagang tersebut, akhirnya kembali lagi ke Madura, sowan menemui kembali ke kediaman KH Khalil Bangkalan. Sesampai kediaman KH Khalil, tiba-tiba KH Khalil berkata “ini Bib, sudah saya tuliskan kembali doa yang dirobek-robek oleh Habib Abdullah Al-Haddad”. Habib semakin kaget dan terperanjat dengan karomah KH Khalil. Kira-kira hatinya berkata “betapa saktinya KH Muhammad Khalil, ternyata sudah tahu tujuan kedatanganku”.

Sebagai catatan, KH Khalil Bangkalan salah satu pendiri NU yang sangat memuliakan dzurriyah Rasulullah SAW. KH Khalil tidak tega melihat dzurriyah Rasulullah SAW kesulitan dalam urusan ekonomi. Dan, KH Khalil tidak kuasa menolak permintaan dari dzurriyah Rasulullah SAW yang sedang dirundung masalah ekonomi. Memuliakan Dzurriyah Rasulullah SAW bagi NU adalah harga mati. Tidak ada ceritanya orang NU, berani dengan habaib.

Kembali kepada KH Khalil Bangkalan dan Habib Abdullah Al-Haddad. Setelah sang pedagang kembali ke Pasuruan, beliau sowan lagi kepada Habib Abdullah Al-Haddad. Nah, saat itulah Habib Abdullah Al-Haddad berkata “memang benar, doa dari Syekh Muhammad Kholil Bangkalan itu doa menjadi orang kaya, saya merobek-robek doa itu karena saya khawatir, jika engkau membaca doa ini engkau menjadi orang kaya raya. Ketika berubah menjadi orang kaya, engkau akan sibuk dengan kekayaanmu, sehingga lupa dengan membaca wirid Al-Haddad, membaca wirid dan ibadah lainnya”.

Bisa jadi sikap Gus Najih kepada Gus Miftah, seperti cerita antara KH Khalil Bangkalan kepada Habib Abdullah Al-Haddad. Gus Najih khawatir, jika Gus Miftah kebablasan, sehingga lupa dengan tujuan semula yaitu “menuju Allah SWT”. Di kalangan NU, sering terjadi, karena itu bagian dari perjalanan seorang sufi, meniti jalan kepada Allah SWT. Bagi masyarakat awam, tidak perlu khawatir.

 

Malang, 7/05/2021

Ahmed Azzimi