Memetik Pelajaran Berharga Dari KH. Moh. Zuhri Zaini

 
Memetik Pelajaran Berharga Dari KH. Moh. Zuhri Zaini
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Beliau itu sabar, sederhana, peduli, penuh tanggung jawab, istikamah, pengabdi, pengayom, motivator, dan pastinya tak ada kata yang kurang pantas untuk disematkan pada diri beliau.

Iya, Kiai Zuhri memang bukan Nabi, bukan Malaikat pula. Tapi beliau adalah manusia yang sama seperti kita. Pelajaran itu dari beliau. Tercatat pada tutur katanya yang lembut, sikapnya yang halus, tak pernah satupun kata dan sikap kasar, arogan yang pernah beliau tampilkan. Beliau sudah selesai pada dirinya sendiri dalam melepaskan ke-aku-an dan ke-ego-an.

Itu Kiai Zuhri. Yang tak kenal lelah dan waktu. Baginya dakwah lahan juang pengabdiannya. Dakwah bil lisan, dakwah bil fi'li, menjadi panutan setiap manusia yang memiliki akal.

Baginya, umat adalah segala-galanya. Santri adalah anaknya. Pengurus adalah saudaranya, dan bahkan menjadi anaknya. Iya itu Kiai Zuhri.

Pelajaran itu bernama Kiai Zuhri, ia telaten mengajari santri-santinya. Tak pernah terpancar wajah lesuh, cemberut saat menemani santri-santrinya belajar ajaran agama yang sahih. Itulah Kiai Zuhri, teladan yang nyaris sempurna karen kesempurnaan milik Tuhan yang memiliki kita semua.

Bukannya Kiai Zuhri sedang tidak mengalami ujian dari Allah. Tapi antara ujian dan nikmat baginya adalah dua hal yang sama, sama-sama dari Allah. Kata beliau, orang yang berakal dan beriman, menghadapinya dengan sabar dan bersyukur.

Beberapa waktu yang lalu, tepat pada hari senin, 26 April 2021, saya sedang ikut pengajian beliau kitab Nashoihul 'Ibad. Ungkapnya, tentang bala' itu memiliki tiga macam makna, Ujian, Musibah dan Laknat. Orang berakal pula yang mengerti tempat dan posisi ketiga-tiganya.

Pelajaran itu ada pada beliau, istikamah mengajar santri meski sedang salah satu puteri kesayangan beliau sedang diuji sakit oleh Allah, dan menghantarkannya pada keharibaan Allah yang maha suci. Itulah Kiai Zuhri, yang tak nampak pada aura wajahnya kesedihan atas musibah, selalu menghadirkan keceriaan pada wajahnya. Karena beliau menyadarinya, tidak ada satupun yang diujikan Allah kecuali untuk meningkatkan kualitas iman seorang hamba. Selesai.

Kini, saya, kami dan kita telah ikut berduka cita atas kepergian puteri terbaik beliau, Ny. Hj. Hanunah Nafi'iyah, seorang tauladan yang sangat baik. Laha al-Fatihah.

Mari kita petik pelajaran berharga ini, tulisan yang tidak tertulis yang terus bisa kita baca setiap hari. Pada Njenengan Kiai, do'a sehat panjang umur, berkah dan tetesan air mata bahagia, sebab menjadi muridmu sebuah anugerah tuhan yang terindah.

 

Paiton, 28-04-2021

Santri PP. Nurul Jadid