Keistimewaan dan Inspirasi dalam Mencari Ilmu

 
Keistimewaan dan Inspirasi dalam Mencari Ilmu
Sumber Gambar: highexistence.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dikisahkan, Jamil bin Qois berkata, "Suatu ketika aku sedang duduk di salah satu masjid kota Damaskus bersama Abu Darda', lalu datanglah seorang laki-laki kepadanya sambil berkata, ‘Wahai Abu Darda' aku datang dari kota madinah untuk menemuimu dan aku ingin tau tentang Hadis Nabi yang telah sampai kepadaku bahwa engkau mengatakannya dari Rasulullah SAW.’ Lalu Abu Darda' berkata kepada laki-laki tersebut, ‘Apa engkau kemari tak karena urusan bisnis atau keperluan tertentu? Apa engkau datang ke sini hanya untuk mendengarkan Hadis Nabi SAW dariku?’ ‘Iya benar, aku datang kemari hanya untuk ini,’ jawab orang tersebut. Kemudian beliau pun menuturkan Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkannya;

إِنِّي سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ بِهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ وَإِنَّ الْعَالِمَ يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمَ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوْرِثُوْا دِرْهَمًا وَلَا دِيْنَارًا وَإِنَّمَا وَرَثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

"Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Barangsiapa yang meniti jalan demi menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga , sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya untuk menaungi penuntut ilmu karena senang dengan apa yang ia lakukan. Dan semua penduduk langit dan bumi serta ikan-ikan yang ada di laut memintakan ampunan kepada orang alim. Dan keutamaan orang alim mengalahkan orang ahli ibadah layaknya cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya bintang-bintang di langit. Sesungguhnya Ulama' adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewarisi dirham maupun dinar (harta duniawi), mereka hanya mewarisi ilmu, dan barangsiapa yang mengambil warisan tsb maka sungguh ia telah mendapatkan bagian yang sempurna.’"

Muhammad bin Sirin pernah berkisah, ia menuturkan; "Suatu hari aku masuk di salah satu masjid di kota Basroh. Di dalamnya ada Aswad bin Sari' sedang memberikan mau'idhoh kepada orang-orang yang ada di masjid, sedangkan di belakang beliau banyak para ahli fiqih sedang mengkaji ilmu fiqih dan membahasnya. Lalu aku duduk di antara kedua halaqoh tersebut dan berkata dalam hati, ‘Jikalau aku ikut duduk di majelisnya Aswad bin Sari' niscaya mereka akan memperoleh rahmat dan doanya akan mustajab, dan aku juga akan mendapatkan hal demikian bersama mereka. Sedangkan jika aku ikut majelis fiqih, barangkali aku mendengarkan suatu ilmu yang belum pernah aku ketahui sehingga aku bisa mengamalkannya.’ Aku terus menerus berkata demikian dalam hatiku hingga aku pun bingung memilih yang mana, sampai aku tidak pernah ikut salah satu dari kedua halaqoh itu. Ketika hari sudah gelap aku tidur dan mendapat petunjuk dalam mimpiku. Aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku, ia berkata, ‘Sungguh jika engkau ikut duduk di majelis fiqih/ilmu yang sedang mengkaji dan mendiskusikan ilmu di dalamnya, niscaya kau akan menemukan malaikat Jibril ikut duduk bersama mereka.’”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَا عُبِدَ اللهُ بِشَيْئٍ أَفْضَلَ مِنْ فِقْهٍ فِي الدِّيْنِ وَلِفَقِيْهٍ وَاحِدٍ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ، وَإِنَّ لِكُلِّ شَيْئٍ عِمَادًا وَعِمَادُ الدِّيْنِ اَلْفِقْهُ

"Tiada ibadah kepada Allah yang lebih utama melebihi mempelajari ilmu agama, sungguh satu orang yang pandai ilmu agama lebih berat bagi syaiton untuk ia goda daripada seribu orang ahli ibadah, dan sesungguhnya segala sesuatu memiliki pilar dan pilar agama adalah ilmu."

Membincang tentang keistimewaan ilmu, diriwayatkan bahwa Abu Darda' pernah berkata:

لِأَنْ أَتَعَلَّمَ مَسْأَلَةً أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ

"Sungguh mempelajari satu masalah ilmu lebih aku sukai daripada menunaikan ibadah di malam hari."

Selain itu, ada juga Hadis tentang keistimewaan ilmu yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW bersabda:

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِغَيْرِ اللهِ لَمْ يَخْرُجْ مِنَ الدُّنْيَا حَتَّى يَأْتِيَ عَلَيْهِ الْعِلْمُ فَيَكُوْنُ للهِ وَمَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ للهِ فَهُوَ كَالصَّائِمِ نَهَارَهُ وَالْقَائِمِ لَيْلَهُ وَإِنَّ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ يَتَعَلَّمُهُ الرَّجُلُ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ أَبُوْ قَبُيْسٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

"Barang siapa yang menuntut ilmu karena selain Allah niscaya ia tidak akan mati hingga ilmu datang kepadanya dan ia bertujuan mencari ilmu hanya karena Allah. Dan barang siapa yang mencari ilmu karena Allah maka ia dihitung (pahalanya) sebagai orang yang berpuasa di siang hari dan orang yang beribadah di malam harinya. Sesungguhnya satu bab ilmu yang dipelajari oleh seseorang lebih baik baginya daripada ia bersedekah emas sebesar gunung abi qubais."

Para kyai pesantren juga sering mengingatkan betapa istimewanya kedudukan ilmu. KH. Maimoen Zubair pernah dawuh, "Ora ono kemanfaatan zaman saiki kejobo wong iku iso ngaji." (Tiada sesuatu yang lebih bermanfaat di zaman ini kecuali jika ia bisa mengaji (paham ilmu agama).

Karena itu, mari kita bersemangat dan mendorong sanak saudara, teman, tetangga, dan lain-lain untuk menimba ilmu agama/ngaji, khususnya mondok atau belajar ilmu di pesantren. Sebab di pesantren, ada keutuhan ilmu agama yang dipelajari dan tentu bersanad secara jelas. Selain itu, tidak hanya mempelajari ilmu di dalam berbagai kitab, di pesantren juga secara langsung dapat mempelajari ilmu hal, atau ilmu akhlak yang tercermin langsung dari tindak lampah para pengasuh yang ikhlas dan tulus. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 31 Mei 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim