Gus Nadir: Kembali ke Titik Nol (bagian 2)

 
Gus Nadir: Kembali ke Titik Nol (bagian 2)
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Po ditahbiskan sebagai The Dragon Warrior. Tugasnya melindungi orang-orang kampung agar kehidupan berjalan dengan damai. Tapi bagaimana dia bisa menjaga perdamaian kalau dia belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Inilah episode kedua mencari jati diri yang disajikan dalam Kung Fu Panda. Barang siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya. Hanya dengan menzikirkan nama Tuhanmu, engkau akan damai.

Namun Po, siapa sebenarnya dirimu?

Po adalah anak terbuang. Dia hanya punya sepenggal kenangan berupa warna dan gambar abstrak yang tak dia pahami. Seringkali ini menjadi mimpi buruknya. Konsentrasinya buyar seketika bila bayangan masa silam itu datang. Dia tahu dia bukan anak seekor Angsa penjual mie yang selama ini merawatnya. Jadi siapakah Po sebenarnya dan mengapa ia bisa sampai diambil anak oleh Mr Ping?

Musa alaihis salam punya pertanyaan yang sama. Bisik-bisik tedengar bahwa dia bukanlah putra kandung Firaun. Tapi bagaimana bisa dia tinggal di istana Firaun. Kenapa ia dibuang keluarganya? Begitu tegakah ibunya membuang dirinya? Perjalanan Musa mencari jati diri sungguh penuh liku dan pilu. Pada momen dia tahu bahwa dia bukanlah putra Firaun tapi seorang budak Yahudi, hidupnya terguncang. Dia lari ke perkampungan menyelamatkan dirinya dari kejaran pasukan. Dia mengetuk pintu rumah Syuaib dan tinggal di sana bekerja bertahun-tahun tanpa dibayar. Dia belajar kembali akan makna hidup dari Syuaib, seorang Nabi yang menjadi mentor dan sekaligus mertuanya. Musa mencari ketenangan dalam pelarian. Dia pun bertanya-tanya pada dirinya: Siapakah engkau, wahai Musa?

Po dan Musa sama-sama terbuang karena sebuah prophecy: hanya merekalah yang akan meruntuhkan arogansi penguasa. Tapi musuh utama mereka bukanlah Lord Shen atau Firaun. Mereka membawa misi perdamaian menaklukkan tirani. Belakangan mereka sadar bahwa musuh utama yang harus mereka taklukkan adalah diri mereka sendiri.

Inilah jihad akbar. Bagaimana mereka hendak mengusung perdamaian dan menebarkan kasih sayang kalau dalam diri mereka masih ada bara api. Hanya dengan memenangkan pertempuran melawan diri sendiri itulah akan mengalir kedamaian dari dalam diri mereka (inner peace) dan menebarkannya ke semesta alam. Sekarang kita mengerti mengapa Allah memilihkan nama “Islam” yang bermakna kepasrahan dan kedamaian, bukan arogansi dan fentungan.

Tapi bisakah Po berdamai dengan masa lalunya? Hanya dengan menyadari anugerah kehidupan yang telah ia terima dan jalani selama ini Po dapat menemukan kedamaian dalam dirinya. Dia sadar akan misi hidupnya. Bayangan buruk masa silam diubahnya menjadi kenangan indah bersama orang tuanya yang entah ada dimana. Sejauh-jauh engkau berjalan mencari kedamaian, sejatinya kedamaian itu tidak pernah menjauh dari dirimu. Anda tidak perlu berlari keluar mencari jawaban. Anda hanya butuh masuk ke dalam diri untuk menemukan jawaban.

Jika hidup tidak juga memberimu jawaban yang engkau cari, jangan khawatir. Mungkin sudah tiba waktunya untuk kita mengganti pertanyaannya.

Aku hamba Allah.

Dan kamu siapa?

Dikutip dari Gus Nadirsyah Hosen


Editor: Daniel Simatupang