Biografi Sunan Prawoto ( Sultan Demak Bintoro ke IV )

 
Biografi Sunan Prawoto ( Sultan Demak Bintoro ke IV )

Daftar Isi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga Sunan Prawoto
1.3  Nasab Sunan Prawoto
1.4  Wafat

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan Sunan Prawoto  

2.1  Guru-guru Sunan Prawoto

3.  Penerus Sunan Prawoto

3.1  Anak-Anak Sunan Prawoto

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah Sunan Prawoto

5.  Keteladanan Sunan Prawoto

6.  Referensi

 

1   Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Sunan Prawoto lahir sekitar tahun 1415 an. Beliau adalah putra dari Raden Trenggono (Sultan ke 2 di Kesultanan Demak) dan ibunya adalah Kanjeng Ratu Pambayon (Puteri Sunan Kalijaga atau Raden Syahid) 


1.2 Riwayat Keluarga Sunan Prawoto

Dari pernikahan beliau dikarunia putra :

  1. Arya Pangiri
  2. Rara Semangkin
  3. Rara Prihatin

1.3 Nasab Sunan Prawoto 

Jika diambil dari garis keturunan Kakek beliau adalah cicit/ buyut dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi dengan silsilah sebagai berikut :

  1. Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi
  2. Raden Patah
  3. Raden Trenggono
  4. Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto 

Jika diambil dari garis keturunan Nenek beliau adalah masih keturunan dari Rasulullah SAW, dengan Silsilah sebagai berikut :

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
  3. Al-Imam Al-Husain
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shadiq
  7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. As-Sayyid Ubaidillah
  12. As-Sayyid Alwi
  13. As-Sayyid Muhammad
  14. As-Sayyid Alwi 
  15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
  16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
  17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih 
  18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
  19. As-Sayyid Abdullah
  20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
  21. As-Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar/ Syekh Jumadil Kubro
  22. As-Sayyid Ibrahim Asmoroqondi
  23. As-Sayyid Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel
  24. Dewi Murtasimah atau Asyiqah Istri Raden Patah
  25. Raden Trenggono
  26. Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto 

Jika diambil dari garis keturunan dari ibu beliau masih keturunan dari Rasulullah SAW dengan urutan Silsilah sebagai berikut :

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
  3. Al-Imam Al-Husain
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shadiq
  7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. As-Sayyid Ubaidillah
  12. As-Sayyid Alwi
  13. As-Sayyid Muhammad
  14. As-Sayyid Alwi 
  15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
  16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
  17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih 
  18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
  19. As-Sayyid Abdullah
  20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
  21. As-Sayyid Ali Nuruddin
  22. As-Sayyid Maulana Mansur
  23. Ahmad Sahuri alias Raden Sahur alias Tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban ke-8)
  24. Sunan Kalijaga alias Raden Said 
  25. Kanjeng Ratu Pembayun
  26. Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto

1.4 Wafat

Sunan Prawoto wafat pada tahun 1546. Dan dimakamkan di bukit Sukodono di Gunung Prawoto (pegunungan Kendeng/pegunungan Kapur Utara) yang lebih dikenal sebutan bukit Kamdowo 

2  Sanad Ilmu dan Pendidikan Sunan Prawoto

Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahanda Raden Trenggono dan kakek beliau Sunan Kalijaga

2.1 Guru-guru Sunan Prawoto

  1. Raden Trenggono
  2. Sunan Kalijaga

3  Penerus Sunan Prawoto

3.1 Anak-anak Sunan Prawoto

  1. Arya Pangiri
  2. Rara Semangkin
  3. Rara Prihatin

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah Sunan Prawoto

Konflik yang terjadi di kerajaan Demak pada tahun 1546-1549 berawal dari wafatnya Sultan Trenggana dan pelantikan Sunan Prawoto menjadi penerus Sultan Trenggono sebagai raja kerajaan Demak ke-4.Sunan Prawoto adalah putra dari  Sultan  Trenggana  dan  dianggap  berhak  menjadi  penerus  dari  Sultan Trenggana atas dukungan dari Sunan Giri. Sebelum dipilihnya Sunan Prawoto menjadi raja keempat Demak, terjadi perbedaan penafsiran dari beberapa anggota walisongo  untuk  menentukan  siapa  penerus  dari  Sultan  Trenggana,  karena diantara beberapa wali mempunyai calon masing-masing  untuk dijadikan sebagai penerus Sultan Trenggono sebagai raja di kerajaan Demak.

Selain dijelaskan diatas, beberapa penyebab terjadinya konflik di kerajaan Demak ialah jauh sebelum terjadinya konflik yang terjadi pada tahun 1546 yang nantinya membuat kerajaan Demak ini runtuh adalah pemilihan Sultan Trenggana menjadi  raja sebagai  pengganti dari Pati Unus  yang  gugur ketika menyerang Malaka  yang  mana  pada  waktu  itu  ada  persaingan  tidak  sehat  antara  Sultan Trengana dan Pangeran Seda Lepen. Penyebab lainnya adalah Arya penangsang ingin membalas dendam kepada Sunan Prawoto yang telah membunuh Pangeran Seda Lepen, ayah Arya Penangsang, dan Arya Penangsang juga merasa sangat berhak  atas  tahta  kerajaan  Demak  dan  ingin  merebutnya  dari  tangan  Sunan Prawoto.

Peristiwa  ini  menimbulkan  peperangan  berkepanjangan  yang  nantinya diteruskan  oleh  putra-putra  mereka  dan  berakhir  dengan  kehancuran kerajaan Demak.  Perebutan  kekuasaan  terjadi  antara  keturunan  keluarga  Kerajaan Demak yaitu  Pangeran  Sekar  Seda  Lepen  dengan  Pangeran  Trenggono.Kedua pangeran menilai dirinya pantas menduduki tahta kerajaan Demak. Dari segi usia, Pangeran Sekar Seda Lepen lebih tua sehingga merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak daripada Pangeran Trenggono, dan dalam tradisi Jawa, memang seharusnya putra yang lebih tua yang berhak menjadi putra mahkota. Namun Pangeran Trenggono tidak menerima alasan itu, dia tetap menginginkan tahta kerajaan Demak.dijelaskan bahwa Pangeran Seda Lepen lahir dari selir  Raden  Patah  yang  ke  tiga,  sedangkan  Pangeran  Trenggono  lahir  dari permaisuri Raden Patah, yaitu putri Sunan Ampel. Atas dasar itu,  Pangeran Trenggono merasa lebih berhak menduduki tahta kerajaan Demak. 

Tahun 1521 Pangeran Prawoto, putra Pangeran Trenggono, membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen yang dianggap sebagai penghalang bagi Pangeran Trenggono untuk mewarisi tahta Kerajaan Demak. Pembunuhan terjadi di sebuah jembatan sungai saat Pangeran Sekar Seda Lepen dalam perjalanan pulang dari salat Jum‟at. Oleh karenanya pangeran Kikin di sebut dengan nama Sekar Seda ing  Lepen,  yang  artinya  sekuntum  bunga  yang  wafat  di  tepi  sungai. Bisa dikatakan pembunuhan Pangeran Seda Lepan di picu oleh umur, dan memang dalam adat, putra yang lebih tua mempunyai hak lebih besar dalam pewarisan tahta, dan itu alasan Sunan Prawoto membunuh Pangeran Seda Lepen. Setelah pangeran  Seda  Lepen  wafat,  secara  otomatis  tinggal  Sultan  Trenggono  yang merupakan ayahnya saja yang berhak menduduki tahta kerajaan Demak, dan Sultan Trenggono memerintah selama 25 tahun. 

Pada  masa  kepemimpinan  Sultan  Trengono,  perselisihan  paham  dan perbedaan sikap belum muncul diantara para putra-putra Sultan Trenggono dan Pangeran  Seda  Lepen.  Baru  setelah  wafatnya  Sultan  Trenggono  saat  hendak menaklukan  Panarukan,  terjadi  perselisihan  tentang  siapa  yang  berhak menggantikannya.Pembunuhan ini menjadi pangkal persengketaan di kerajaan Demak. Arya Penangsang,  putra  Pangeran  Sekar  Seda  Lepen  berusaha  menuntut  balas  atas kematian  ayahnya,  sehingga  Arya  Penangsang  berusaha  untuk  menumpas keturunan  Sultan  Trenggono.  

Di dalam Babad Tanah Jawi, tidak disebutkan siapa pengganti Sultan Trenggono setelah beliau wafat.Hanya saja menurut berita Portugis, pengganti Sultan Trenggono adalah anaknya sendiri yaitu Sunan Prawoto. Tahun  1546  Sunan  Giri  dengan  sesepuh  kerajaan  Demak  bersepakat mengangkat putra sulung Sultan Trenggono, yaitu Sunan Prawoto sebagai raja Demak keempat dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Jiem-Boen-ningrat IV. Sunan Prawoto dinobatkan sebagai raja karena merupakan keturunan langsung dari  Sultan  Demak  III  yaitu  Sultan  Trenggono.Semasa  menjadi  raja  Sunan Prawoto didampingi oleh seorang istri dan dikaruniai seorang putra bernama Arya Pengiri dan putri yang bernama Rara Semangkin dan Rara Prihatin.

Sunan Prawoto bukan raja yang tidak faham politik dan perang, bukan pula seorang yang gagap dalam memanajemen kerajaan, sebab dimasa mudanya, Sunan Prawoto adalah sosok dibalik  kejayaan Demak. Pemikiran dan kecerdasan Sunan Prawoto turut memberikan sumbangsih pada ayahnya Sultan Trenggono ketika menaklukan negeri-negeri jauh seperti Banjarmasin, Sunda Kelapa, Banten, Cirebon, dan lainnya, bahkan diangkatnya Sultan Trenggono menjadi Sultan ke tiga Demak pun karena jasa Sunan Prawoto, sebab  sebagaimana diketahui selepas Sultan Demak II meninggal, Raden Kikin yang terlibat perseteruan perebutan tahta dengan Trenggono dibunuh oleh Sunan Prawoto.

Setelah Sunan Prawoto pada saat dilantik menjadi Sultan Demak ke IV  bukan menjalankan sumpah yang terdahulu, tapi sumpah yang sudah benar-benar akan terwujud jika saja Sunan Prawoto mau melaksanakannya.Berhentinya upaya Sunan Prawoto untuk dapat menjadikan dirinya sebagai Sultan di Nusantara yang kekuasaannya luas sehingga menyamai Sultan Turki dikarenakan suatu hal yang menyentuh hatinya. Dimasa paruh bayanya, Sunan Prawoto rupanya banyak membaca ajaran-ajaran agama Islam tentang kasih sayang dan kesejatian abadi, ia mencintai sedikit demi sedikit ajaran cinta dan hakikat hidup selayaknya seorang Sufi.

Merasuknya ajaran itu, sedikit demi sedikit menghilangkan watak dan sikap masa lalunya, jika dahulu Sunan Prawoto dikenal sebagai politikus ulung yang menghalakan segala cara demi kekuasaan, kini beliau menjadi seorang yang peka terhadap penderitaan sesama manusia. Sunan Prawoto selepas itu lebih memilih berkelana dari gunung satu ke gunung lainnya untuk melakukan penghayatan pada ajaran agama yang ia pelajari,sehingga akhirnya beliau gandrung untuk bertafakur dan menyepi pada satu Gunung kecil yang dikenal dengan nama Prawoto.Bagi Sunan Prawoto Bukit Prawoto adalah tempat damai nan tenang, dari tempat ini beliau bisa mengajarkan pengetahuan agamanya kepada sesamanya. Selepas gandrung dan terlampau cinta pada tempat tinggal barunya di Bukit Prawoto, Sunan Prawoto rupanya membuat kebijakan menggemparkan, sebab  ia memindahkan Ibukota kesultanan Demak ke Bukit Prawoto. 

Sunan Prawoto memindahkan ibukota kerajaan Demak dari Bintara ke daerah bukit Prawoto di Desa Prawoto, Sukojiwo, Pati (saat ini). Nama Sunan Prawoto sendiri, di dapat dari nama gunung (Gunung Prawoto), tidak jauh dari ibu kota yang lama, yang menjadi tempat tinggalnya. Gelar Susuhunan yang dalam bentuksingkatnya  “Sunan”  juga  dipakai  oleh  orang-orang  suci  Islam  seperti Kalijaga, memberi petunjuk bahwa kekuasaan raja ini pertama-tama bersumber pada kewibawaannya sebagai pelindung agama. Nama pribadi "Susuhunan dari Gunung" itu agaknya tidak dikenal. Dalam Serat  Kandhayang  sudah  diterjemahkan  ke  dalam  bahasa  Belanda,  mengenai Sunan Prawoto diberitakan bahwa "volgens eijgen verkiezing Priai Moenkim ofte eeti Heilige soesoehoenan van Prawoto" (karena pilihannya sendirilah ia telah menjadi Priayi Munkim atau Susuhunan Suci di Prawoto). Tetapi Sunan Prawoto dalam beberapa teks Jawa ternyata juga disebut Sunan Mukmin, yang berarti Orang Beriman yang Sejati (Arab: mu'min).

Dalam mengemban tugas pemerintahan di kerajaan Demak Sunan Prawoto dianggap  lemah,  terutama  ketika  berurusan  dengan  masalah  politik  Kerajaan Demak. Salah satu bukti kelemahan pemerintahan Sunan Prawoto adalah Sunan Prawoto  lebih  memilih  jalan  hidup  sebagai  ulama  daripada  sebagai  raja. Kelemahan Sunan Prawoto dalam memerintah Kerajaan Demak sejalan dengan catatan Manuel Pinto dari Portugis. Menurut catatan, Tahun 1548 Sunan Prawoto berencana untuk  mengislamkan  seluruh  Jawa  dan  ingin  berkuasa  seperti  Sultan  Turki. Namun  kenyataannya,  rencana  Sunan  Prawoto  hanya  terhenti  pada  rencana. Keinginan  Sunan  Prawoto  tidak  pernah  tercapai  karena  Sunan  Prawoto  lebih mementingkan  urusan  agama  dari  pada  politik  kerajaan  Demak.  Atau  bisa dikatakan ketrampilan Sunan Prawoto dalam hal politik tidak begitu bagus karena dia lebih memilih menjadi seorang ulama. Akibat ketidak seriusan Sunan Prawoto menjalankan Kerajaan Demak, banyak wilayah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gersik melepaskan diri dari Demak. Kerajaan-kerajaan  yang  melepaskan  diri  dari  kerajaan  Demak  ketika terjadi konflik di kerajaan Demak ini adalah kerajaan Cirebon, dan Kesultanan.

Banten yang awalnya bagian dari wilayah kerajaan Islam Demak dan itu terjadi pada tahun 1552 M.Demikian juga di Jawa Timur, berdiri kerajaan di daerah Gresik bernama Giri Kedhaton dengan tokoh terkenalnya bernama Sunan Prapen atau Sunan Giri III, cucu dari Sunan Giri pertama. Manuel Pinto memberitakan, raja Jawa itu sedang berusaha mengislamkan seluruh Pulau Jawa.Raja berkata, bila usaha ini berhasil, ia akan menjadi segundo turco, maksudnya menjadi sultan Turki yang kedua, setaraf dengan Suleiman I, Sang Pencinta Kemewahan.Dari hal ini, kita bisa menyebutkan bahwa raja Demak keempat ini sudah mengetahui informasi-informasi tentang bangsa-bangsa eropa, dan kemungkinan dia mengetahui informasi ini dari seorang portugis yang sudah memeluk islam dan menjadi bawahannya. 

Seperti yang dikatakan Dr. Crucq bahwa di kerajaan Demak ada seorang yang  berasal  dari  Algarvia,  daerah  Portugis  Selatan  yang  semula  beragama Khatolik lalu masuk Islam. Namanya adalah Coje Geinal (Khoja Zainal). Coje Geinal adalah orang Portugis yang banya memperluas pengetahuan di kerajaan Islam Demak tentang Eropa dan penyebaran Islam disana.sewaktu Sunan Prawoto berkeinginan untuk menaklukkan Makasar dan menutup jalur perdagangan beras ke Malaka dan akan mengirimkan ekspedisi ke Sulawesi Selatan dengan bermaksud menaklukan dan mengislamkan daerah itu, dan  pada  waktu  yang  sama  Pastor  bernama  Vicente  Viegas  juga  ingin menyebarkan ajaran Katolik ke Sulawesi Selatan.Mengetahui  keinginan  Sunan  Prawoto  untuk  mengislamkan  seluruh Sulawesi  Selatan, Manuel  Pinto berusaha mempengaruhi Sunan Prawoto  agar tidak meneruskan rencana tersebut.oleh karena ekspedisi pasukan kerajaan Islam Demak dari Jawa ini jelas akan merugikan Pastor Vicente Viegas. Manuel Pinto sendiri adalah seorang Portugis yang mengantar surat dari Malaka untuk Uskup Agung Pastor Vincente Viegas di Makasar. Dia singgah ke Jawa sepulang dari mengantar surat untuk uskup itu. 

Tidak lama Sunan Prawoto menduduki tahta kerajaan Demak, beliau dibunuh oleh Arya Penangsang Bupati Jipang, sebagai pembalasan atas kematian ayahnya yang dibunuh oleh Sunan Prawoto.Menurut cerita, Arya Penangsang membunuh Sunan  Prawoto  bukan  hanya  ingin  menuntut  balas  atas  kematian  ayahnya, melainkan juga menginginkan tahta kerajaan Demak, karena Arya Penangsang merasa lebih berhak untuk menduduki tahta kerajaan Demak. Arya  Penangsang  menjadi  aktor  dalam  konflik  kerajaan  Demak  yang terjadi pada tahun 1546 ini.Rasa ketidak puasan, dendam, dan ambisi menjadi penguasa  dari  Arya  Penangsang  menjadi  bom  waktu  terhadap  kehancuran kerajaan ini. Sunan Prawoto memimpin kerajaan Demak hanya sekitar 2,5 tahun dan akhirnya terbunuh oleh suruhan Arya Penangsang. 

5   Keteladanan Sunan Prawoto

Sunan Prawoto Pada saat dilantik menjadi Sultan Demak ke IV, Sunan Prawoto bersumpah, ia akan menjadi Sultan yang lebih besar dari  ayahnya Sultan Trenggono, ia ingin seperti Sultan Turki yang kekuasannya membentang luas, dari itulah Sunan Prawoto berencana menaklukan seluruh Jawa, Makasar, dan menghancurkan Portugis di Melaka. Tapi cita-cita yang diucapkannya itu belakangan sulit terwujud selepas ia diilhami  kesejatian abadi saat menyepi di bukit Prawoto. Dimasa paruh bayanya, Sunan Prawoto rupanya banyak membaca ajaran-ajaran agama Islam tentang kasih sayang dan kesejatian abadi, ia mencintai sedikit demi sedikit ajaran cinta dan hakikat hidup selayaknya seorang Sufi.

Merasuknya ajaran itu, sedikit demi sedikit menghilangkan watak dan sikap masa lalunya, jika dahulu Sunan Prawoto dikenal sebagai politikus ulung yang menghalakan segala cara demi kekuasaan, kini ia semacam menjadi seorang yang peka terhadap penderitaan sesama manusia.Raden Mukmin selepas itu lebih memilih berkelana dari gunung satu ke gunung lainnya untuk melakukan penghayatan pada ajaran agama yang ia pelajari,sehingga akhirnya ia gandrung untuk bertafakur dan menyepi pada satu Gunung kecil yang dikenal dengan nama Prawoto.Bagi Raden Mukmin Bukit Prawoto adalah tempat damai nan tenang, dari tempat ini ia bisa mengajarkan pengetahuan agamanya kepada sesamanya. Selepas gandrung dan terlampau cinta pada tempat tinggal barunya di Bukit Prawoto,

6   Referensi

  1. Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
  2. Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
  3. Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
  4. Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
  5. Dakwah Wali Songo, Purwadi dan Enis Niken,
  6. Suroyo,  A.M.  Djuliati,  dkk.  1995.  Penelitian  Lokasi  Bekas  Kraton  Demak.Kerjasama Bappeda Tingkat I Jawa Tengah dengan Fakultas Sastra UNDIP Semarang.
  7. Serat Kandhaning Ringgit Purwa. Koleksi KGB. No 7.
  8. Sudibya, Z.H. 1980. Babad Tanah Jawi. Jakarta: Proyek Peneribitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  9. Kartodirdjo, Sartono (ed.). 1977. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka.
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya