Gus Baha: Akibat Meninggalkan Dosa Besar, Dosa Kecil Terampuni

 
Gus Baha: Akibat Meninggalkan Dosa Besar, Dosa Kecil Terampuni
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – “Dalam akidah Ahlussunnah seseorang yang sukses meninggalkan dosa besar, insyaallah dosa kecilnya ikut terampuni,” begitulah yang kira-kira Gus Baha sampaikan dalam pengajiannya. Beliau menjelaskan bahwa bisa saja dosa-dosa kecil seseorang terampuni karena ia telah berhasil membuat dirinya tidak melakukan dosa besar.

Gus Baha tentunya berdasar pada firman Allah yang berbunyi:

إِن تَجْتَنِبُوا۟ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا

Artinya: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31)

“Semisal Rukhin setiap harinya mangkal di perempatan, memandang perempuan. Ya dicatat oleh Allah. ‘Mata Rukhin telah berbuat dosa, hatinya membayangkan sesuatu, tapi sia-sia.’ Semua ditulis. Tapi dirinya sukses meninggalkan zina, ‘Pokoknya kalau melihat, saya mau, tapi kalau zina tidak akan pernah!’ Itu di akhirat bisa saja dosa kecilnya akan diampuni. Karena berkah dari meninggalkan dosa besar,” kata Gus Baha.

Hal tersebut juga berlaku dalam lingkup kehidupan sehari-hari, seperti seseorang yang yang membenci tetangganya dan selalu membicarakan tetangganya, hal tersebut memang menimbulkan dosa, tapi insyaallah kelak dosanya akan diampuni sebab orang tersebut tidak memiliki niat untuk mencelakakan atau bahkan sampai membunuh tetangganya.

“Jadi dalam urusan dosa itu kan, ada yang termasuk kelas atas. Semisal tidak setuju pada orang lain, lalu membunuh. Itu dosa kelas atas. Tapi kalau hanya membicarakan, maka kelas ringan. Suka perempuan, zina. Itu kelas berat. Tapi kalau hanya melihat, kelas ringan. Bisa saja kelak di akhirat, berkat menghindari dosa besar, Intajtanibuu kabaa ira tanhu 'anhu, jika kamu menjauhi dosa-dosa besar, Nukafir ankum syaiatikum, maka akan Saya (Alllah) ampuni kesalahanmu,” kata Gus Baha.

Ini memang harus diimani sebab itu adalah firman Allah, jika tidak mengimaninya maka kita akan diganjar dengan neraka. Namun yang menjadi pertanyaannya ialah, dalam kitab Fathul Mu’in, “Masalahnya, dosa-dosa kecil itu sudah terlanjur banyak, sehingga jadi besar. Sehingga tidak lagi bisa dikatakan dosa kecil.”

Jadi, mungkin saja dosa-dosa kecil seseorang sudah terlalu banyak hinggan berumah menjadi gunung (dosa besar). “Makanya menurut Fathul Mu'in, ‘Siapakah orang shaleh itu? Orang shaleh ialah orang yang ketaatannya lebih banyak dibanding maksiatnya.’ Bukan yang sama sekali tidak pernah maksiat (karena) itu tidak mungkin. Cuma akumulasi dari maksiatnya ini kan tinggi sekali. Maksiat itu seperti misalnya, contoh mudahnya; orang miskin yang biasa nongkrong di perempatan. Maksiatnya adalah melihat perempuan, menggunjing orang kaya, iri dan dengki, bertengkar dengan istri juga maksiat. Bagi orang kaya, maksiatnya juga sama seperti urusan melihat perempuan, kaya-miskin sama saja. Melihat perempuan, sombong, meremehkan orang lain, menyombongkan hartanya, itu sama saja dosa. Nah, asal bisa menghindari dosa besar, maka insyaAllah dosa kecil kemungkinan ikut diampuni. Tapi syaratnya, harus tetap kecil,” kata Gus Baha.

“Syaratnya harus tetap kecil. Makanya, definisi taat ialah, tidak berbuat dosa besar, dan tidak rutin berbuat dosa kecil. Disebut, walam yushirru waa ‘ala maa fa'aluu, tidak rutin (berbuat dosa kecil),” kata Gus Baha.


Editor: Daniel Simatupang