Perbedaan Paradigma Membuat Makan Kambing Jadi Terasa “Aneh”

 
Perbedaan Paradigma Membuat Makan Kambing Jadi Terasa “Aneh”
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Nabi SAW pernah menganjurkan shahabatnya yang menikah untuk mengundang makan alias walimah, bahkan meski hanya dengan seekor kambing. Sebagaimana sabda Nabi SAW kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu anhu:

 أَوْلِمْ وَلَوْبِشَاةٍ

“Adakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing.”

Bagi kita seekor kambing itu bisa untuk kasih makan lumayan banyak orang, bisa satu RT kebagian semua. Soalnya yang dimakan itu nasi, adapun kambingnya cuma buat lauk pauk saja. Dapat jatah setusuk dua tusuk sate sudah bahagia.

Tapi teman saya yang orang Saudi itu kalau melihat orang kita makan sate kambing malah tertawa. Buat mereka, caranya kita makan kambing itu aneh. Bagi mereka makan kambing ya makan kambing, dalam arti hanya kambing. Wajar kalau satu orang makan satu paha kambing. Jadi kalau ngundang makan kok cuma nyembelih satu kambing doang, ya jatahnya cuma buat berempat. Karena pahanya cuma empat. Kalau dibandingkan dengan kita, satu paha itu bisa dimakan ramai-ramai. Memang beda jauh, bukan semata ukuran perut tapi juga beda paradigma.

Orang kita kalau menyebut makan kambing itu maksudnya makan nasi dengan lauk daging kambing. Sedangkan orang Arab sana, makan kambing itu adalah makan kambing doang. Kambing saja, cuma kambing, tanpa embel-embel nasi atau lainnya. Kalau pun ada nasinya, posisinya terbalik. Makanan utamanya kambing lalu nasi itu peranannya hanya sebatas jadi cocolan atau cemilan saja.

Kayak waktu saya ngundang makan kambing aqiqah anak saya di salah satu resto Arab-Hadhramaut di Jakarta. Para tamu undangan puas sekali makan hidangan kambingnya, tapi mereka mengeluhkan kok nasinya sedikit banget, jadi pada minta nambah nasi. Dalam sambutan, saya sampaikan bahwa acara ini undangan aqiqah. Mohon dicek lagi undangannya, di kartu undangan tertera ajakan makan kambing, bukan makan nasi.

Grrr….

So, yang saya sediakan memang kambing plus sedikit nasi. Jadi mohon maaf kalau nasinya tekor. Memang judulnya bukan makan nasi, tapi silahkan yang mau nambah nasi boleh-boleh saja tetap saya yang bayar, tenang saja. Lalu para tetamu pada nambah nasi sekalian pesan buat dibungkus bawa pulang. “Kapan lagi ngerjain tuan rumah,” gitu kata mereka. Ah dasar…

Note:

Fotonya bukan di resto tempat aqiqah, tapi ilustrasi bagaimana orang Arab makan kambing atau unta dengan budaya dan paradigma mereka. Kalau di kita makan kambing kayak gitu sudah dinyinyiri, mubazzir itu, israf itu, jangan terlalu bermewah-mewah. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dan bla, bla, bla…

Oleh: Ustadz Ahmad Sarwat


Editor: Daniel Simatupang