4 Alasan Psikologis Seseorang Berbohong

 
4 Alasan Psikologis Seseorang Berbohong
Sumber Gambar: unsplash/Kristina Flour

Laduni.ID, Jakarta – Bohong adalah perbuatan yang dilakukan dengan memberitahukan suatu informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Perilaku bohong bisa sangat merugikan orang lain, sebab dapat menimbulkan rasa benci, amarah, dan hilang harga diri karena dibohongi.

Kebohongan terjadi disebabkan beberapa alasan psikologis, yaitu:

1. Kehendak tuk mendapatkan keuntungan (ارادة جلب النفع)

Tidak jarang dijumpai para pengusaha/pedagang yang berbuat curang demi mendapatkan keuntungan yang lebih dari hasil jualannya, padahal Allah telah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ

Artinya: “Allah berfirman, ‘Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” (QS. Al-Mu'minun: 51)

2. Kehendak tuk menghindari bahaya (ارادة دفع الضرر)

Dalam beberapa kondisi, bohong demi keselamatan diri dan orang lain sangat perlu. Pakar ahli Tafsir, Prof. Quraish Shihab dalam sebuah video yang diunggah Najwa Shihab di YouTube mengatakan jika diperbolehkan untuk berbohong demi menjaga keselamatan diri serta orang lain dari kejaran orang jahat.

3. Persepsi bahwa dengan berbohong akan selamat kendati pun sementara (ان الانسان قد يرى فى الكذب السلامة العاجلة)

Nyatanya, berbohong dengan alasan yang tidak baik hanya akan mencelakakan diri sendiri, malah akan melahirkan kebohongan-kebohongan selanjutnya. Sehingga berbohong menjadi sesuatu yang biasa dilakukan dan celakalah orang tersebut. Misalnya, jika seseorang berbohong dengan alasan sudah divaksin, percayalah hal tersebut hanya akan memunculkan masalah yang lebih besar ke depannya. Oleh karena itu, merubah mindset sangat penting untuk hal ini.

4. Persepsi bahwa dengan jujur akan membawa kesialan (ويرى فى الصدق ضدها)

Terkadang ketika orang mengatakan sesuatu dengan jujur, hal tersebut malah menjadi kekecewaan untuk dirinya, sehingga ia lebih nyaman ketika berbohong ketimbang berkata jujur. Pengalaman tidak menyenangkan saat berkata jujur sangat mempengaruhi perilaku masa depan.

Sumber: Kitab "Taisirul Kholaaq" karya Al-Mudaris Hafidz Hasan Mas'udi seorang Guru Senior Darul Ulum Al-Azhar Mesir

Disadur dari unggahan Rakimin Al-Jawiy


Editor: Daniel Simatupang