Kisah Orang yang Dikejar oleh Dunia

 
Kisah Orang yang Dikejar oleh Dunia
Sumber Gambar: Capture/YT Majelis Azzahir

Laduni.ID, Jakarta – Semua makhluk yang ada di dunia, bahkan yang Allah ciptakan dari Nabi Adam a.s hingga akhir zaman, telah ditentukan baginya tiga hal yang sudah pasti akan datang kepadanya; jodoh, maut dan rezeki.

Sebagai makhluk yang diciptakan dengan akal dan hawa nafsu, manusia tentunya tidak akan bisa lepas atau melepaskan diri dari tiga hal tersebut, termasuk rezeki. Sekeras apapun ia berusaha maka akan datang kepadanya rezeki yang telah Allah tetapkan bagi orang tersebut.

Habib Ahmad Al-Habsyi dalam sebuah video menceritakan sebuah kisah orang selalu dikejar-kejar oleh dunia yang ia tinggalkan, hingga waktunya banyak tersisa untuk dunia. Namun apa daya, semakin ditinggal, semakin dikejar dan begitu seterusnya hingga ia putus asa.

Pergilah ia ke satu ulama dan mencurahkan kegundahannya terhadap dunia yang mengejarnya.

“Ya Syekh, semua harta yang kumiliki telah kubuang (sedekahkan). Namun kenapa semakin hari semakin banyak,” kata orang tersebut.

“Sudahlah, jangan dibuang. Masih ada cara lain, apa yang kau inginkan?” tanya Syekh.

“Saya ingin seperti dulu lagi, dekat dengan Allah SWT. Dulu saya lima waktu di masjid, baca Al-Qur’an, baca istigfar, hadir majelis ilmu. Kalau saya punya dunia, habislah waktuku untuk mengurusi dunia itu. Lebih banyak waktu saya yang tersisa,” jawab orang itu.

“Ya sudah, tinggalkan uang itu dan diamlah di rumah,” kata Syekh.

“Tidak bisa wahai Syekh, saya juga manusia yang pasti saja ada waktu yang tersisa untuk ngurusin dunia. Saya ingin membuang semua harta saya dan kembali miskin seperti dahulu tidak apa-apa. Karena ketika saya dalam keadaan miskin, saya merasa dekat dengan Allah SWT,” kata orang tersebut.

“Sudah, jangan dibuang. Percuma kau buang, karena itu akan datang kembali kepadamu. Jika kau ingin benar-benar tidak terganggu oleh dunia itu, besok kau pergi shalat Jumat di masjid Jami’. Nanti di masjid Jami’ ada seorang sultan yang juga akan shalat Jumat, maka kau shalat di sampingnya. Selesai shalat pukullah kepala sultan itu, nanti kau akan ditangkap dan dipenjara, sehingga kau bisa lepas dari dunia. Duniamu akan terus bertambah, namun tidak akan masuk penjara, sehingga kau tidak ada waktu untuk mengurusi dunia,” ujar Syekh.

“Baiklah Syekh, besok akan kucoba melakukan itu,” tutur orang itu.

Esok harinya, jam 10 pagi ia telah hadir di masjid dan mencari tempat di sebelah sultan. Setelah shalat Jumat, orang itu langsung memukul kepala sultan hingga terjatuh mahkota dari kepalanya. Semua ajudan sultan menangkap orang tersebut dan hendak dihukum pada saat itu juga, namun sultan menghentikannya.

“Cukup, cukup! Jangan diapa-apakan orang ini,” sergah sultan.

“Ya sultan, orang ini telah memukulmu hingga mahkotamu terjatuh,” kata salah satu ajudan sultan.

“Orang ini justru menyelamatkan saya, ternyata di dalam mahkota saya ada seekor kalajengking yang hendak membunuh saya. Karena berkat dia memukul kepala saya, saya akhirnya terselamatkan. Maka untuk rasa terima kasih, saya berikan setengah dari harta saya untuknya,” kata sultan.

Ketika rezeki seseorang telah dicatat oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menghindarinya, sekeras apapun ia berusaha. “Tapi kalau sudah dicatat sama Allah SWT rezekinya sedikit, dia mau ngapain aja juga gak bisa dapat banyak. Semuanya mugaddar, sudah ditentukan oleh Allah SWT,” dawuh Habib Ahmad Al-Habsyi.

Ketika Allah sudah menetapkan rezeki seseorang, maka orang tersebut hanya tinggal mencari asbaburriziq, sebab datangnya rezeki. Pada umumnya manusia melakukan ikhtiar menjemput rezeki, namun ada beberapa manusia yang dicintai oleh Allah tidak perlu ikhtiar menjemput rezeki, karena rezeki itulah yang datang sendiri kepadanya.

“Makanya terkadang ada orang, ucapan inikan doa. Ada orang ditanya, ‘mau kemana?’, ‘mau keluar, kerja,’ ‘ngapain?’, ‘cari rezeki’. Nyari itukan belum tentu dapat, makanya terkadang ada orang yang keluar dari rumahnya niatnya mencari rezeki itu mutar-mutar aja gak dapat, karena nyari. Nyari ini biasanya sesuatu yang hilang, hilang itu kalau dicari susah ketemunya. Tapi ada orang-orang yang paham, ucapan adalah doa, ‘mau kemana?’, ‘mau menjemput rezeki,’ karena dia tahu rezekinya sudah ditentukan oleh Allah, saya tinggal keluar ikhtiar untuk apa? Menjemput rezeki saya,” tegas Habib Ahmad.


Editor: Daniel Simatupang