Makna Iqra' (bacalah)

 
Makna Iqra' (bacalah)
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pexels

Laduni.ID, Ngawi – Suatu hari saat Nabi sedang berdiri di atas gunung Jabal Nur, Malaikat Jibril menampakkan diri di hadapannya, dan mengatakan, "Selamat atas anda, Muhammad. Aku Jibril dan anda adalah utusan Tuhan kepada umat ini." la merengkuh tubuh Nabi sambil mengatakan, "Bacalah."

Muhammad SAW menjawab, "Aku tidak bisa membaca." “Bacalah,” katanya lagi. Muhammad mengulangi jawaban yang sama. Jibril lalu menarik dan mendekapnya dengan cukup kuat sampai menyulitkan beliau bernapas. Setelah dilepaskan, Jibril mengulangi lagi perintahnya dan di jawab dengan jawaban yang sama.

Hingga pada yang ke empat kalinya, Muhammad SAW kemudian mengucapkan kalimat suci ini.

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَق خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS: Al-alaq 1-5).

Begitu selesai, sosok misterius itu menghilang entah kemana. Muhammad tetap merasa ketakutan. Tubuhnya menggigil. Keringat dingin mengalir deras dari pori-pori tubuhnya. Beliau bergegas pulang menemui Khadijah, istrinya, dengan hati yang diliputi rasa galau, cemas dan takut. Katanya, "Selimuti aku, selimuti aku, sayangku." Khadijah segera menyelimuti seluruh tubuhnya rapat-rapat sambil menenangkannya. Setelah rasa takutnya mereda, beliau lalu menceritakan peristiwa yang baru saja di alaminya dan mengatakan, "Aku takut diriku, sayang, aku takut."

Khadijah mengatakan dengan lembut, membesarkan hatinya:

كلا، أبشر، فوالله لا يخزيك الله أبدا؛  والله إنك لتصل الرحم، وتصدق الحديث، وتحمل الكل، وتقري الضيف، وتعين على نوائب الحق

"Tidak, sayangku. Demi Allah, Dia tidak akan pernah merendahkanmu. Engkaulah orang yang akan mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia, memikul beban derita orang lain, bekerja untuk mereka yang papa, menjamu tamu."

Sungguh menakjubkan dan mungkin dapat dipandang sangat aneh, Tuhan menurunkan titah-Nya yang pertama dengan kata "اقرأ" bacalah. Mengapa bukan "اعبد ربك" sembahlah Tuhanmu? Bukankah tujuan utama agama adalah mengajak manusia untuk menyembah Tuhan?

Iqra' secara literal bermakna "bacalah". Lalu apakah yang dibaca oleh Nabi saat itu? Bukankah beliau tak bisa membaca dan menulis? Apakah Malaikat Jibril telah membawakan untuk beliau bahan bacaan? Tetapi, bukankah Muhammad tidak pernah belajar menulis dan membaca?

Tentu saja, Iqra' tidak hanya dimaknai sesederhana itu. Ia adalah kata bernuansa metaforis (majaz) yang padat makna. Ia mungkin bermakna:

Lihatlah dan pandanglah semesta, pikirkan dan renungkan inti manusia dan kebudayaan bangsa-bangsa. Lihatlah langit yang menaungimu, bumi yang menyanggahmu. Lihatlah gunung-gunung yang bertengger di puncak bumi dengan begitu kokoh. Pandanglah lautan biru yang membentang dan menukik ke dalam perut bumi.

Lihatlah dirimu sendiri dan renungkan dalam-dalam. Kau sebelumnya hanyalah air mani yang menjijikkan, lalu membentuk darah, daging, tulang, dan seterusnya menjadi dirimu sendiri yang indah. Lalu akan menjadi apakah kau kelak? Bukankah kau akan kembali menjadi tulang-belulang yang tertimbun di perut bumi dan yang tak berharga?

Lihatlah tingkah laku manusia-manusia di sekelilingmu! Bukankah kau lihat, mereka rajin memperbudak manusia, menindas mereka yang miskin, merendahkan kaum perempuan begitu rendah. Perhatikan, mereka begitu congkak, arogan, dan munafik.

Sesudah itu, melangkahlah engkau, wahai Muhammad. Bebaskan bumi manusia dari ystem penindasan dan pembodohan. Selamatkan umat manusia dari cengkeraman para kapitalis dan kaum borjuis itu. Bawakan lilin, cerahkan kaummu. Beri mereka pengetahuan.

Senin, 1 November 2021

Salam,

Oleh: Salman Akif Faylasuf


Editor: Daniel Simatupang