Biografi Sayyid Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath

 
Biografi Sayyid Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Daftar Isi Biografi Imam Al Faqih Muqaddam

1.         Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Wafat
1.3       Keluarga

2.         Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Guru Beliau
2.1       Murid Beliau

3.         Silsilah Khirqah

4.         Teladan
4.1       Sosok Agung dan Karismatik

5.         Karomah Beliau
6.         Keistimewaan Beliau
7.         Untaian Kata Para Ulama
8.         Referensi

 

Beliaulah Sayyidunal Imam Al Faqih Al Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.

1.  Riwayat Hidup dan Keluargai

1.1 Lahir
Beliau dilahirkan  tahun 574 H, di Tarim, Hadhramaut Yaman Selatan,

1.2 Wafat
Beliau wafat  pada malam minggu atau malam jum’at akhir bulan Dzulhijjah sekitar tahun 653 H / 1255M pada usia 79 tahun, dan dimakamkan di “Zanbal

1.3 Keluarga
Beliau meninggalkan lima orang anak, Alwy, Abdullah, Abdurrahman, Ahmad dan Ali. Abdullah tidak memiliki keturunan kecuali dua orang anak yang bernama Muhammad An Naqiti dan Fatimah ibu Sayyid Syekh Ahmad bin Abdullah bin Alwy bin Faqihul Muqoddam Ayah dari Sayyid Jamalullail bin Ahmad Faqihul Muqodddam yang dikubur di Mushaf di kota Qasam. Ibunya adalah Aisyah binti Ali bin Alwy, Jamallulail disini bukan Muhammad bin Hasan

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1 Guru Beliau
Permulaan Beliau menimba ilmu dari beberapa Imam yang besar, di antara yang paling utama adalah Al Imam Al Allamah Al Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim bin Muhammad bin Ali bin Salim bin Marwan Al Hadrami At Tarimi penulis kitab fatwa yang besar dan buku-buku yang agung lainnya, Beliau ini termasuk salah satu Imam besar di Tarim dalam segi ilmu, amalan, zuhud dan wara’nya.

Di antara guru yang paling banyak diambil manfaatnya oleh Faqih Muqoddam adalah Syeikh Salim bin Fadl dan Al Imam Al Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Ubaid penulis kitab Al Ikmal Alaa Tanbih, biografi disebutkan oleh Al Asnawi dalam kitabnya Thabaqatul Fuqaha’ Syafi’iyah, Beliau tidak memulai pelajarannya kecuali bila Sayyidunal Faqih telah hadir,

Dalam kitab Al Jauhar pada hikayat yang ke-12 Al Khatib menyebutkan bahwa Al Imam Al Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Ubaid ini pernah bertemu dengan Imamul Haramain di Kota Mekkah beserta rombongan banyak ulama fiqih,dalam pertemuan itu Imamul Haramain mengetengahkan sebuah permasalahan yang sangat jeli, tak seorangpun bisa menjawabnya kecuali Al Faqih bin Ubaid ini, setelah itu Immaul Haramain berkata, Aku mengira tak seorangpun di muka bumi ini bisa memberi jawaban yang istimewa atas pertanyaan ini kecuali Al Imam Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Ubaid At Tarimi, mendengar hal ini Beliau berkata,Akulah orangnya.

Selain itu seperti yang disebutkan oleh Al Allamah Muhammad bin Abu Bakar Syillih bahwa Al Faqih Muqaddam juga menimba ilmu dari Al Faqih Ahmad bin Muhammad ba Isa, Al Imam Muhammad bin Ahmad bin Abil Hab.Syeikh Sofyan Al Yamani,Al Imam Salim bin Basri, Syeikh Muhammad bin Ali Al Khatib, Syeikh Sayyid Alwi bin Muhammad Shahib Mirbat yaitu paman Beliau sendiri.

2.2 Murid Beliau
Di antara yang mendapat pendidikan dari Faqihul Muqoddam adalah Syekh Al Kabir Abdullah BA Qusyair, Syekh Abdurrahman bin Muhammad Abad saudara dari Syekh Abdullah bin Yahya ba Fadl,Syekh Ali bin Muhammad Al Khatib dan saudaranya Syekh Ahmad Al Khatib serta saudaranya Syekh Sa’ad in Abdullah Akdar beserta sepupu-sepupunya dan masih banyak para ulama besar lainnya.

3. Silsilah Khirqah

Beliau memiliki silsilah Khirqah yang banyak dari segi dhahir dan juga jalan yang banyak dari isyarat batin dan kasyaf, hal ini terjadi melalui jalur mimpi melihat Nabi saw bersama para Nabi lainya, para Malaikat,para auliya’, juga pertemuan dengan Al Khidir dan para rohaniyawan juga penduduk Barzakh dan yang lainya, masih banyak lagi penjelasannya.

Di antara silsilah dhahir dalam nisbat Khirqah ini ada dua jalan, yang pertama Sayyidunal Faqih Muqoddam menimba pendidikan dari Ayahnya Ali dan Pamannya Alwy, Ayah dan Pamannya menimba pendidikan dari Ayah Mereka Muhammad Shahib Mirbat, Muhammad Shahib Mirbat menimba pendidikan dari Ayahnya Ali Khali’ Qosam, Ali Khali’ Qosam menimba pendidikan dari Ayahnya Alawy, Alawy menimba pendidikan dari Ayahnya Muhammad.

Muhammad menimba pendidikan dari Ayahnya Alwy Shahib Samal, Alwy menimba pendidikan dari Ayahnya Ubaidillah, Ubaidillah menimba pendidikan dari Ayahnya Amad Al Muhajir, Ahmad menimba pendidikan dari Ayahnya Isa, Isa menimba pendidikan dari Ayahnya Muhammad, Muhammad menimba pendidikan dari Ayahnya Ali Al Uraidli, Ali Al Uraidli menimba pendidikan dari Ayahnya Ja’far Shadiq,Ja’far Shadiq menimba pendidikan dari Ayahnya Muhammad Al Baqir.

Muhammad Al Baqir menimba pendidikan dari Ayahnya Ali Zainal Abidin, Ali Zainal Abidin menimba pendidikan dari Ayahnya Al Husain dan Pamannya Al Hasan ra, keduanya menimba pendidikan dari Ayahnya Ali bin Abi Thalib ra,Sayyidina Ali dan kedua Anaknya menimba pendidikan dari Nabi Muhammad saw, dan beliau saw bersabda : ‘Addabanii Robbii Fa Ahsana Ta Dibii,’ “Aku dididik oleh Tuhanku dan Ia telah mendidikku dengan baik.”

Sedangkan silsilah Sayyidinal Faqih yang kedua, Beliau memakai pakaian sufi dari Sayyidina Syekh Abu Madyan Syuaib dengan perantara Abdurrahman Al Maq’ad dan Abdullah As Saleh keduanya berasal dari Maroko.

Syekh Abu Madyan menimba Khirqah dari Syekh Abu Ya’za Al Maghribi, Syekh Abu Ya’za mengambilnya dari Syekh Abul Hasan bin Hirzihim, Syekh Abul Hasan mengambilnya dari Imam Abu Bakar bin Abdullah Ibnul Arabi Al Maghafiri, Al Qadi Ibnu Arabi mengambilnya dari Hujjatul Islam Muhammad Al Ghazali, Al Ghazali mengambilnya dari gurunya Imam Haramain.

Imam Haramain mengambilnya dari Ayahnya Imam Muhammad Al Juwaini, Imam Al Juwaini mengambilnya dari Syekh Abu Thalib Al Makki, Abu Thalib mengambilnya dari Syekh As Syibili, As Syibili mengambilnya dari Imamul Junaid bin Muhammad, Al Junaid mengambilnya dari Pamannya Sirri As Saqoti, Sirri As Saqoti mengambilnya dari Ma’ruf Al Kharqi.

Ma’ruf Al Kharqi mengambilnya dari Dawud At Tho’i, Dawud At Tho’i memakainya melalui tangan Habib Al Ajami, Habib Al Ajami memakainya dari Hasan Al Basri, Hasan Al Basri memakainya dari tangan Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam Ali mengambilnya dari Rasulullah saw, sedangkan Beliau saw mengambilnya dari Jibril as dan Jibril as mengambilnya dari Allah swt.

Syekh Ma’ruf juga memiliki jalur lain dari ahlul bait, Beliau menimba pendidikan dari Imam Ali Ar Ridha, Ali menimba pendidikan dari Ayahnya Musa Al Kadzim, Musa menimba pendidikan dari Ayahnya Ja’far Shadiq, Ja’far Shadiq menimba pendidikan dari Ayahnya Muhammad Al Baqir, Muhammad Al Baqir menimba pendidikan dari Ayahnya Ali Zainal Abidin, Ali Zainal Abidin menimba pendidikan dari Ayahnya Al Husain As Sibit, Al Husain As Sibit menimba pendidikan dari Ayahnya Ali bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib menimba pendidikan dari Nabi saw dan Nabi saw bersabda :

“Addabanii Robbii Fa Ahsana Ta Dibii”

Artinya : Aku dididik oleh Tuhanku dan Ia telah mendidikku dengan baik.

Sayyidinal Faqih pernah mendengar sebuah seruan yang berkata, Tiada yang dapat membuka kunci hatimu kecuali Syekh Abdurrahman Al Maq’ad, kala itu Beliau sedang berada di kota Mekkah, lalu Sayyidunal Faqih berangkat menuju kepadanya, di tengah jalan Beliau mendapat kabar bahwa Syekh Abdurrahman wafat lalu Beliaupun kembali ke Tarim.

Lalu datanglah kepada Beliau seorang penduduk Syam dan berkata, Aku datang hanya untukmu, tapi Aku mendapati Syekh Abdurrahman bertengger di hatimu, kalau Ia telah datang padamu, maka mintalah baiat darinya, Ia masiih perlu pengorbanan untuk mendapatkan ini, sedangkan Engkau orang yang telah memiliki sambungan, Beliau bertanya, Apa sambungan itu, Orang itu menjawab, Sidratul Muntaha.

Syekh Abdurrahman Al Maq’ad ini termasuk murid senior Syekh Abu Madyan, Beliau disuruh Abu Madyan berangkat ke hadromaut, Syekh Abu Madyan berpesan, Sesungguhnya disana ada sahabat-sahabat kami, berangkatlah kesana dan ambillah baiat dari Mereka dan pakaikanlah pada Mereka baju sufi ini, lalu berikanlah kepada Al Faqih Muqoddam.

Abu Madyan memberinya pakaian itu dan kembali berpesan, Sesungguhnya Kamu akan wafat di tengah perjalanan nanti, kalau begitu kirimlah orang kepada Mereka untuk membaiat Mereka.

Memang Beliau wafat di kota Mekkah tetapi Beliau telah berpesan kepada muridnya Abdullah Saleh Al Maghribi dengan memberinya baju itu dan berkata, bawalah baju ini ke Hadramaut, kamu akan memasuki kota Tarim disana kamu akan mendapati seorang Syarif Muhammad bin Ali Alawy sedang menimba ilmu pada Al Faqih Ali bin Ahmad Ba Marwan, Beliau membawa pedangnya di bawah kakinya, kalau sudah tiba, tariklah diam-diam dari Ba Marwan dan baiatlah, lalu pakaikanlah baju ini padanya, selanjutnya pergilah ke kota Qaidun di sana ada Sa’id bin Isa juga baiatlah.

Syekh Abdullah Saleh bercerita, Sesampainya aku di kota Tarim, aku mendapati Al Faqih Muhammad bin Ali Alawy seperti yang di sifatkan oleh guruku Syekh Abdurrahman Al Maq’ad, aku menariknya diam-diam lalu aku membaiatnya.

Beliau belum merundingkan perkara ini kepada gurunya Ba Marwan, ketika Beliau kembali padanya ternyata Beliau telah memakai pakaian ahli sufi, hal ini membuat gurunya jengkel dan berkata, Sebenarnya Aku mengharapkan dirimu menjadi seorang Imam besar seperti Ibnu Faurak tetapi Kamu melepas persahabaatan Kita dan Kamu kembali dengan memakai pakaian sufi ini, Beliau menjawab, Kefakiran ini lebih baik. Setelah itu Ba Marwan menjauhi Beliau hingga Ia wafat.

Ketika Ba Marwan wafat Sayyidunal Faqih sedang bepergian ke kota Ijiz, Beliau bergegas kembali untuk  menghadiri jenazahnya ternyata jenazahnya telah dikubur, sejak itu Beliau bertekad untuk tidak keluar dari tempatnya hingga bisa berkumpul dengan gurunya untuk menghilangkan beban dalam hatinya terhadap sang guru.

Pada malam berikutnya tukang adzan masuk ke masjid disana Ia mendapati Beliau dengan gurunya Ali Ba Marwan sedang berbicara, keduanya merindukan surga, tetapi Ia enggan meninggalkan keduanya begitu saja, lalu Beliau berkata, Tetaplah disini dengan syarat jangan kamu ceritakan kepada siapapun tentang kejadian kami ini, tukang adzan menolak lalu beliau berkata, Kalau begitu bersabarlah sampai Aku wafat, ketika Beliau wafat Ia menyeru dengan suara keras saat menghadiri jenazah dikuburnya dan menceritakan peristiwa di atas, Aku sengaja mengulanginya disini untuk memberi tambahan faedah.

Inilah riwayat dari Al Faqih Al Imam Abdurrahman bin Hasan dalam tarikhnya, Ketika Syekh Abdullah As Saleh Al Maghribi berkumpul dengan Sayyidunal Faqih,Ia berkata, Ada mutiara yang masih buntu,andaikan Engkau mau melubanginya, Beliau bertanya, Melubangi apa, Ia menjawab, Maksudku baiat, Sejak saat itu Beliau melepas pakaian ahli fiqih berganti dengan pakaian sufi.

Para ulama berkata, Saat itu Beliau mendoakan tiga perkara untuk keturunannya, pertama, Pengorbanan diri dalam arti agar Mereka tidak kembali seperti kalangan awam yaitu selalu dalam keadaan miskin kepada Allah, kedua, Agar Allah menjauhkan Mereka dari kekuasaan orang dzalim yang menyakiti Mereka, ketiga, Jangan sampai salah seorang dari Mereka wafat  melainkan dalam keadaan tertutupi urusan duniawinya, dalam arti jangan sampai Ia terdesak kebutuhan yang dapat membahayakan urusan agamanya, doa ini dikabulkan semuanya oleh Allah swt.

Selanjutnya Syekh Abdullah Saleh berangkat menuju Syekh Sa’id bin Isa Al Amudi,Ia membaiatnya dan Ia juga dibaiat oleh Syekh Ba Umar dan Syekh Ba Hamran, ketika Beliau jatuh sakit, Sayyidunal Faqih mengunjunginya sambil dikelilingi oleh murid-muridnya, saat itu Beliau berpesan, Guru kalian sepeninggalku adalah yang memiliki tasbih ini, Beliau meninggalkan tasbih dan tongkat,ternyata tasbih dan tongkat itu melekat di tangan Al Faqih Muqoddam, disamping itu Beliau juga meninggalkan tungku api dan belanga, juga Habwa dan Sopra untuk Ba Hamran, sedangkan tungku dan belanga tadi untuk Syekh Sa’id, adapun pedangnya diperuntukan Ba Amru.

Syekh Abdullah Saleh ini merupakan keturunan raja di Maroko tetapi Beliau lebih mementingkan menempuh jalan ahlu tasawuf, Beliau termasuk murid senior Syekh Abdurrahman Al Maq’ad, keduanya memiliki keramat yang luar biasa dan nasehat-nasehat hikmah yang berharga.

4. Teladan

4.1 Sosok Agung dan Karismatik
Beliau ra merupakan sosok yang agung, karismatik, diterima oleh seluruh kalangan khusus maupun umum, dicintai oleh Allah dan senantiasa mendapat pemeliharaan-Nya, setiap kali menghadiri majelis pasti Beliau ibarat permata besar pada kalung permata, Beliau berkepribadian mulia, berakhlak luhur, Allah mengunggulkan Beliau diatas para guru dizamannya, dan orang-orang yang berada ditingkatannya, nampaklah untaian-untaian hikmah dihatinya melalui ucapan Beliau, banyak kalangan yang rela menempuh perjalanan jauh, mengarungi hutan belantara, kota-kota dan pedesaan hanya untuk mendapatkan keberkahan Beliau,hingga keberkahannya menyebar kesegala penjuru bahkan disetiap daerah selalu ada golongan yang bernisbatkan kepada Beliau.

Pada diri Beliau terkumpullah segenap sifat-sifat terpuji dari segala sisi, berbagai kesempurnaan dan kema’rifatan yang terbagi-bagi pada wali qutub yang sempurna, betapa indahnya ungkapan penyair tentang Beliau :

“Jamaluddin (Beliau) semua golongan mengakui
Keutamaannya tak seorangpun yang ragu ataupun mengingkari
Kami melihat seluruh Syeikh memiliki kuasa
Pada Syeikh yang lainnya tetapi tidak pada Beliau
Begitu juga maha guru yang telah meninggal dunia
Kuasa Beliau pada mereka sama seperti kuasa mereka
Sungguh aku memuji Beliau dengan pujian panjang dan melebihi
Sifat-sifat kemampuanku dan pengetahuanku tentang Beliau
Tuhanku, berkat qutub ini terangilah hatiku
Dan golongkanlah aku wahai Tuhan bersama para salaf salehku”

Sayyidunal Faqih Muqoddam merupakan sosok yang selalu menutup diri, mengatur gerak-geriknya, dhahir dan batinnya untuk tetap berada dijalur Al Kitab dan Sunnah, Beliau bukan semata-mata menghafal teori dan menjaga penampilan saja apalagi yang mengundang ketenaran, bahkan ajaran Beliau adalah kefakiran yang sungguh-sungguh secara menyeluruh dan menghapus jati diri di hadapan Allah,bahkan ketika ditanya,Siapa yang menjadi penggantimu, Beliau menjawab, Ummul Fuqara (isteri Beliau)

5.  Karomah Beliau

Beliau dikenal sebagai sosok yang selalu terjaga dan mendapat perhatian Ilahi sejak dari masa kecilnya, Beliau juga tergolong sosok yang selalu terbimbing menuju jalan yang benar dan mendapatkan bantuan Allah secara dahir dan batin, sangat berupaya dalam mendekatkan dirinya kepada Allah melalui berbagai macam ibadah,sangat memegang teguh kitabullah dan sunnah Rasulullah serta mengikuti jalan para sahabat dan para salaf, beliau dikenal besar pengorbanannya dalam melatih budi luhur dan mentaati adab syariat dan pelatihan diri, bersemangat tinggi dalam meraih berbagai macam ilmu syariat Aqli dan Naqli, menyelami lautan mutiaranya guna meraih lautan ilmu yang terpendam, hingga berhasil mengungguli yang lainnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan pemahaman.

Seluruh Imam di masannya mengakui keunggulannya dan kesempurnaan keimaman dan sifat warisan Nabawi yang agung pada diri Beliau, mereka melihat pada diri Beliau sifat-sifat para khulafa-ur Rosyidin, tanda-tanda para Siddiqin, rahasia para Muqrrabin dan keistimewaan para ulama besar lainnya.

Permulaan Beliau ibarat terminal akhir bagi ulama ahli tarekat yang setingkat Beliau, Beliau diberikan kekokohan yang sangat kuat dan kemantapan dalam kesempurnaan tauhid dan hakikat keyakinan yang belum pernah dianugerahkan kepada para wali Qutub Al Arifin dan Muqarrabin selain Beliau, hal ini diakui oleh para ahli kasyaf bahwa setiap saat Beliau senantiasa mabuk karena minuman cinta yang murni kepada Allah, hingga di akhir umurnya Beliau mendapat berbagai anugerah yang sangat agung dan penyaksian hakikkat serta anugerah rahasia Ladunni yang sangat besar,hal ini menyebabkan Beliau hilang kesadaran selama seratus malam, Beliau berdiri tenggelam dalam lautan-lautan rahasia Ilahi, hilang dari apapun yang selain Tuhannya, senantiasa melazimi-Nya tanpa makan dan minum.

Di saat tidak sadarkan diri itu dikatakan pada beliau :

Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian,(Qs.Ali Imran:185).
Beliau menjawab : Aku tidak memiliki jiwa,dikatakan lagi,

Dan apa saja yang ada di atas bumi akan lenyap.(Qs Ar Rahman:26).
Beliau menjawab : Aku tidak diatasnya.

Di katakan lagi,

Segala sesuatu akan binasa,kecuali Dzat Allah.(Qs.Al.Qhasahash:88).
Beliau menjawab : Aku berasal dari cahaya wajah-Nya.

Dalam keadaan di bawah titik kesadaran itu, Beliau menggambarkan hal-hal gaib yang akan terjadi di masa depan, rahasia-rahasia Ilahi dan ilmu-ilmu alam malakut, dalam keadaan itu Beliau menggambarkan bahwa akan terjadi kebakaran besar di Baghdad dan khalifah yang berkuasa akan terbunuh, ternyata apa yang Beliau kabarkan terjadi, Beliau juga memberi tahu tentang banjir bandang yang akan terjadi, Beliau mengatakan, Sesungguhnya lautan telah mengalami air pasang besar, ternyata terjadilah banjir bandang di Hadramaut yang memakan korban sekitar 400 jiwa dan menghancurkan beberapa kota, banjir ini disebut dengan Jahisy.

Selain di Hadramaut juga terjadi banjir bandang di Baghdad tepatnya pada bulan jumadil akhir tahun 654 H kala itu sungai Dajlah mengalami air pasang hingga menjebol bendungan dan pintu kota yang menghancurkan rumah menteri dan para punggawa khalifah, semuanya sekitar 330 rumah dan menelan banyak korban jiwa akibat terkena reruntuhan rumah di samping banyak korban lainnya yang tenggelam dalam kejadian itu.

Peristiwa ini diceritakan oleh Sayyid Al Allamah Muhammad bin Abu Bakar Syillih dalam kitab Masyra’Rawi, Beliau telah menyebutkan bahwa Sayyidina Faqih Muqoddam menyebutkan kejadian banjir yang akan terjadi di Baghdad itu saat Beliau dalam keadaan di bawah titik kesadaran itu, Beliau juga mengabarkan akan terjadi kebakaran di Masjid Nabawi dan ternyata di hari pertama bulan Ramadhan sekitar tahun 656 H terjadilah kebakaran di masjid itu, Beliau juga memberitahukan tentang serbuan tentara tatar dan Khalifah akan terbunuh pada bulan Shafar tahun 650 H.

6. Keistimewaan Beliau

Keistimewaan diri Beliau banyak sekali nampak di hadapan penduduk zamannya, hingga membuat mereka tercengang dan mereka tidak dapat memaknai maupun menafsirkannya  dengan sesuatu yang benar.

Betapa indahnya ungkapan salah seorang penyair :

“Kepribadian Beliau telah mencengangkan setiap arif billah
Mereka tidak dapat memaknai dengan tafsiran yang memuaskan
Ucapan Beliau mencengangkan otak orang-orang yang cerdas
Rahasia maknawinya mematahkan setiap orang yang pandai
Untuk memahami  keseluruhannya telah kepayahan
Seluruh lisan orang-orang fasih yang handal dalam ungkapannya
Tiada satu ungkapanpun yang dapat menyelesaikan kesamaran ini
Apalagi mereka dapat berharap untuk menggapainya sedikitpun”

Beliau merupakan maha guru yang memiliki tangan kuasa setelah kematiannya, hingga para maha guru Arifin Billah mengatakan, Tidaklah kami menghadiri sholat jenazah melaikan Al Faqih Muhammad Bin Ali tetap sholat bersama kami meski setelah kematiannya.

Sewaktu guru Beliau Al Imam Abul Hasan Ali Bin Ahmad Ba marwan wafat, Beliau sedang keluar kota, setelah itu Beliau bertekad untuk tidak keluar dari tempatnya yaitu dimenara masjid Jami’ Tarim hingga gurunya mendatanginya dari kuburnya, setelah itu terjadilah percakapan yang panjang dan agung diantara keduanya, percakapan mereka didengar oleh sebagian orang sholeh yang kassyaf, Ia bisa memahami percakapan itu dan diantara yang Ia dengarkan adalah Sayyidunal faqih bertanya kepada gurunya, Bagaimana kedudukanku di sisi kalian (ahli barzakh),Ia menjawab, Para ahlu barzakh sangat mengharap kedatanganmu layaknya para petani mengharap datangnya masa panen.

Salah seorang muridnya telah lama pergi Ia bernama Abu Khuraitsah, pergi entah kemana tanpa ada kabar sedikitpun tentangnya, lalu datanglah berita yang menyebutkan Ia telah wafat, mendengar hal ini Beliau menunduk sejenak kemudian mengangkat kepala dan berkata, Tidak, sebenarnya Ia belum mati karena Aku telah menyelidiki di surga ternyata Ia tidak ada disana dan tidak mungkin Ia masuk neraka, ternyata memang benar setelah beberapa lama Abu Khuraitsah masuk ke kota Tarim.

7.  Untaian Kata Para Ulama

Sayyidina Al Fardul Ghauts Syeikh Abdurrahman Assegaf berkata : “Aku tidak pernah melihat,Aku tidak pernah mendengar perkataan yang dapat menandingi untaian Al Faqih Muqaddam bin Ali kecuali untaian kata para nabi as, kami tidak mengunggulkan seorang walipun di atas Beliau kecuali orang yang berpangkat Sahabat atau orang yang telah disebutkan keistimewaannya berdasarkan riwayat shahih dari nabi saw seperti Uwais dan lainnya.”

Beliau berkata : “Aku bagi kalian seperti Muhammad bagi kaumnya.” Bahkan dalam versi lain selain Syeikh Abdurrahman Assegaf bahwa Sayyidunal Faqih berkata : “Aku bagi kalian seperti Isa bagi kaumnya,” hal yang senada juga diungkapkan oleh Syeikh Abdurrahman Assegaf.

Seikh Al Kabir Abul Ghaits Ibnul Jamil berkata : “Kami tidak bisa mencapai kedudukan Sayyidunal Faqih Muhammad bin Ali Ba’alawy walau setengahnya saja,” inilah jawaban Beliau mengungkap kedudukan sebagian guru-guru Hadromaut ketika ada orang yang hendak menanyai Beliau tentang kedudukan Sayyidunal Faqih.

Syeikh Al Kabir Abdullah bin Muhammad ba Abad berkata : “Tiada sesaat pun yang berlalu bagi Sayyidunal Faqih Muhammad bin Ali melainkan Beliau dalam keadaan mabuk karena minuman cinta kepada Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.

Syeikh Al Jalil Al Faqih Muhammad bin Abu Bakar ba Abad berkata : “Menurut perkiraanku Syeikh Muhammad bin Ali ini akan memberi syafaat meskipun bagi Nahd yaitu para penguasa di Hadramaut.

6. Referensi

Riwayat Hidup Para Wali dan Shalihin (Penerbit: Cahaya Ilmu Publisher).

 


 

Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 04 November 2021, dan terakhir diedit tanggal 08 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya