Gus Nadir: Mengubah Diri dari Air Menjadi Emas

 
Gus Nadir: Mengubah Diri dari Air Menjadi Emas
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Ngawi – Apa jadinya hidup kita tanpa air? Tidak mungkin kita bisa bertahan hidup, bukan? Maka air menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan. Air yang bersih, jernih dan mengalir terus adalah sesuatu yang sangat bermanfaat. BJ Habibie, misalnya, mengenang bagaimana almarhum bapaknya berpesan agar dia menjadi mata air bagi sekelilingnya.

Kalau mata air itu bersih dan jernih maka dia akan menghidupi banyak orang, tetumbuhan dan juga hewan. Sebaliknya kalau mata air itu tercemar maka efek jeleknya juga bisa terus mengalir kemana-mana.

Namun mengapa sesuatu yang sangat dibutuhkan itu kurang diapresiasi keberadaannya? Seolah air itu menjadi sesuatu yang tak berharga. Air ada dimana-mana sehingga harganya menjadi murah. Ini berbeda dengan emas. Harganya mahal padahal tanpa emas pun kita bisa tetap hidup. Emas menjadi mahal karena orang sukar mendapatkannya dari mulai menyaring dan mendulang emas, membakarnya, sampai kemudian membentuknya menjadi perhiasan. Semakin dicari, semakin mahal harga emas.

Saat ini menjadi mata air saja tidak lagi cukup. BJ Habibie mampu mengubah dirinya dari air menjadi emas. Saat bangsa ini masih hidup susah, Habibie sudah membayangkan untuk membuat pesawat terbang. Dia telah memikirkan hal-hal yang tak terpikirkan. Orang lain masih memikirkan isi perut, tapi dia sudah memikirkan bagaimana menyambungkan satu pulau dengan pulau lainnya lewat pesawat terbang. Ilmunya menjadi sangat dibutuhkan.

Untuk mengubah diri dari air menjadi emas kita harus memiliki ‘comparative advantage’. Kita tidak bisa mengikuti orang-orang yang berjalan di arus utama (mainstream). Harus ada hal yang unik dan berbeda yang kita lakukan sehingga apa yang kita hasilkan menjadi lebih murah biayanya tapi lebih efisien hasilnya. Ini artinya kita membutuhkan visi, strategi dan lompatan dalam hidup.

Orang pandai itu banyak, tapi keberadaan mereka sama dengan air yang ada di mana-mana dan karenanya dibutuhkan tapi tidak dicari; diperlukan tapi tidak dihargai. Orang pandai yang strategis akan tahu memilih bidang kajian yang menjadi emas pada saatnya kelak, ia akan siap melewati proses penyaringan dari biji emas, untuk kemudian dibakar dengan berbagai problem kehidupan, lantas dibentuk dalam berbagai peran hingga bernilai mahal bagaikan emas perhiasan.

Banyak orang pandai yang hidupnya biasa-biasa saja, monoton dan rutin belaka. Tentu hidup mereka bermanfaat bagi sesama. Namun kalau anda tidak mau hanya sekedar biasa-biasa saja, tapi ingin hidup Anda menjadi luar biasa, maka mulailah mengatur ulang strategi hidup Anda. Kadang kala harus mengambil langkah mundur ke belakang, atau bergerak ke samping sebelum maju ke depan. Seringkali pula kita harus melakukan pengorbanan untuk hidup yang jungkir balik. Tapi semua dilakukan secara strategis, bukan sporadis.

Anda harus menjadi emas untuk dilirik dan direkrut. Jadi, jangan protes kalau orang lain yang Anda anggap kurang pandai tapi dia justru lebih dicari dan dihargai. Mungkin dia mampu menjadi emas sementara anda tetap menjadi air. Tidak perlu pula Anda sibuk mencari-cari kelemahannya atau mengumbar cerita dusta tentangnya. Dimanapun dia berada, emas akan tetap emas, seperti air tetaplah menjadi air.

Ketimbang Anda terus hasud kepada mereka yang memiliki ‘comparative advantage’, mari yuk kita sama-sama berdoa:

Tuhan

Jadikan kami seperti air yang jernih

Yang bermanfaat bagi sesama

Jadikan pula kami seperti emas yang bersinar

Yang dicari dan dihargai semesta

Oleh: Gus Nadirsyah Hosen


Editor: Daniel Simatupang