Biografi Muhammad Amin Al Kurdi

 
Biografi Muhammad Amin Al Kurdi
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Daftar Isi Biografi Muhammad Amin Al Kurdi

1.         Riwayat Hidup
1.1       Lahir
1.2       Wafat

2.         Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Perjalanan Menuntut Ilmu

3.         Penerus Beliau
3.1       Murid Beliau

4.         Teladan
4.1       Sosok yang Hobi Mendengarkan Bacaan Al Qur’an

5.         Karya

6.         Referensi

Nama lengkap Muhammad Amin bin Fathullah Zadah al-Kurdi al-Irbili. Beliau adalah seorang sufi besar yang hidup pada abad tiga belas Hijriah. Muhammad Amin al-Kurdi merupakan penganut sekaligus mursyid tarekat Naqsyabandiyah. Dalam fikih, beliau menganut mazhab Imam Syafi’i..

1.         Riwayat Hidup
1.1       Lahir

Beliau Ia lahir di kota Irbil dekat kota Mosul. Irbil adalah salah satu kota di Irak. Namun tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Sebagian sejarawan memperkirakan ia lahir pada paruh kedua abad 13 Hijriyah.

1.2       Wafat

Syekh Muhammad Amin al-Kurdi wafat dan dimakamkan di Kairo tahun 1332 H/ 1914 M. Makam Syekh Amin terletak di dekat Perpustakaan al-Azhar dan Dâr al-Ifta, dekat jalan Sultan Ahmad Kitbai dan jalan Akâbir. Selain makam beliau, di situ juga terdapat beberapa makam tokoh sufi, antara lain: makam Syaikh Mahmud Abu ‘Alyan (mujaddid Tasawwuf), al-Sayyid Ibrahim al-Khalil al-Syadzily (keduanya termasuk Ahlu Bait). Makam keduanya terletak di Masjid ‘Asyîrah Muhammadiyah; pusat tarekat Syadziliyah Muhammadiyah di Kairo. Selain tokoh sufi, di dekat makam beliau juga terdapat makam ulama’ terkemuka Mesir antara lain: makam Syaikh Al-Bajuri (Syaikh al-Azhar), makam Syaikh Abdullah al-Syarqâwi (Syaikh al-Azhar), makam Syaikh Muhammad al-Embâbi (Syaikh al-Azhar), makam Syaikh al-Ahmadi al-Dhawâhiri (Syaikh al-Azhar), makam Syaikh Hasûnah al-Nawâwi (Syaikh al-Azhar) Di sana juga terdapat makam Syaikh Muhammad Abduh (Mujaddid al-Azhar). Di sekitar makam beliau juga terdapat makam wali besar. Diantaranya: makam Syaikh Musthafa al-Bakri al-Khalwati, makam Syaikh al-Hafani al-Khalwaty, makam Syaikh al-Haddad al-Khalwaty, makam Syaikh al-Marzûqy al-Syadzily, makam Syaikh Ali al-Waqâd al-Syadzily, makam Syaikh al-Bâbî al-Halaby al-Naqsyabandy.

2.         Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Perjalanan Menuntut Ilmu

Muhammad Amin al-Kurdi kecil tumbuh di bawah asuhan ayahnya sendiri yang bernama Syaikh al-‘ârif billah Fathullah. Fathullah adalah seorang ulama tasawwuf yang berpegang pada Thariqah Qâdiriyyah, bahkan merupakan seorang mursyid tarekat yang dinisbat-kan kepada Syaikh Abd al-Qadir al-Jailâni tersebut. Dari ayahnya itulah Muhammad Amin al-Kurdi belajar al-Quran dan ilmu-ilmu lainnya. Setelah menimba ilmu dari ayahnya, ia lantas berguru pada seorang Syaikh dari Thariqah Naqsabandiyyah yang bernama Syaikh al-‘ârif billah Umar. Selain itu, beliau belajar ilmu agama kepada para ulama di tempat kelahirannya. Kemudian beliau memperdalam tasawuf di bawah bimbingan ulama tarekat Naqsyabandiyah bernama Syaikh Umar Ibnu Syaikh Utsman al-Kurdi ath-Thawil. Oleh Syaikh Umar juga, Muhammad Amin al-Kurdi dibaiat sebagai penganut tarekat Naqsyabandiyah.

Dalam bimbingan Syaikh Umar, Muhammad Amin al-Kurdi selama bertahun-tahun sangat menjaga adab, sopan-santun dan tata krama dalam berkhidmah mencari ilmu. Di samping itu beliau juga senantiasa ber-mujahadah untuk membersihkan dan menjaga hati dari segala penyakit serta menghiasinya dengan akhlak yang mulia sehingga beliau mendapat anugerah dari Allah yang tiada kira. Karena syarat dalam menuntut ilmu tasawwuf akan terpenuhi, jika ada mursyid yang ma’rifat dan kesiapan diri, dalam arti selalu ber-mujâhadah dan patuh terhadap perintah mursyid. Beliau juga dipercaya oleh gurunya sebagai mursyid Thariqah al-Naqshabandiyah. Namun kemudian ia minta izin untuk berkhalwat dan ziarah ke makam para ulama yang salih. Setelah itu, Muhammad Amin al-Kurdi pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji dan menunaikan ibadah lainnya yang berkaitan dengan ajaran tasawuf. Usai dari Mekah, beliau menuju ke Madinah untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad saw. Di Madinah beliau kembali memperdalam ilmu agama di madrasah al-Mahmudiyyah.

Setelah sepuluh tahun di Madinah, beliau hijrah ke Kairo untuk menimba ilmu di Universitas al-Azhar dan aktif mengikuti pengajian di masjid al-Azhar termasuk pengajian di Ruwaq al-Akrad (majlis keilmuan pelajar Kurdi di al-Azhar) yang teletak di dalam masjid tersebut. Di lembaga pendidikan tertua di dunia tersebut, beliau memperdalam ilmu hadîs dari Syaikh Muhammad al-Asmuni al-Manufi, dan memperdalam ilmu fikih dari Syaikh Musthafa. Selama belajar, sufi agung ini tidak melupakan adab sebagai seorang murid dan menjaga hak-hak guru. Di samping memperdalam ilmu-ilmu lahir beliau tidak melupakan ilmu batin dengan terus ber-mujahadah untuk men-takhalî (membersihkan diri dari sifat tercela) dan men-tahalî (menghias diri dengan sifat keutamaan) hati, sesuai petunjuk Thariqah al-Naqsabandiyyah. Sehingga terkumpul dalam diri perintis Thariqah Naqsabandiyah di Mesir ini dua ilmu, Syari’at dan Hakikat. Oleh karena itu beliau merupakan seorang sufi sejati; menggabungkan antara Syari’at dan Hakikat. Salah satu faktor yang mendorongnya belajar di Mesir adalah kecintaanya kepada Ahlu Bait. Karena memang banyak keturunan Rasulullah SAW yang hijrah dan menetap di Mesir sebab peristiwa Karbalâ. Di antara keturunan Rasulullah yang ada di Mesir adalah makam kepala Sayyidina Husain bin Ali (cucu Rasulullah SAW), Sayyidah Zainab binti Sayyidah Fatimah (saudari Sayyidina Hasan dan Husain), Sayyidah Sukainah binti Sayyidina Husain, Sayyidah Fatimah binti Sayyidina Husain (saudari dari Sayyidah Sukainah), Sayyidah Nafisah binti Hasan al-Anwar, Sayyidah Ruqayyah binti Ali Ridha, Sayyidah Aisyah binti Sayyidina Ja’far Shadiq dan masih banyak lagi yang lainnya. Selain itu di Mesir juga terdapat makam kepala Sayyidina Muhammad bin Abu Bakr al-Shidiq.

Muhammad Amin al-Kurdi mengatakan, “Cinta kepada Ahli Bait telah membaur dalam hatiku, seperti membaurnya cahaya dan air mata. Sungguh aku telah tenggelam dalam cinta, biarkanlah aku sibuk menyebut mereka.”

Selama di Mesir, Muhammad Amin al-Kurdi juga sibuk berdakwah mengajarkan tajwîd, quran, hadîs, fikih, ilmu kalâm, ilmu tasawwuf dan tentunya juga menyebarkan ajaran Thariqah al-Naqsabandiyyah kepada yang cinta Thariqah dan serius dalam menekuninya. Seiring merayapnya waktu pengikut thariqah ini bertambah banyak. Dan ketika Imam Masjid al-Sananiyyah di Bulaq meninggal, Muhammad Amin al-Kurdi dipercaya untuk menggantikannya. Di tengah-tengah kesibukan berdakwah dan mengajarkan ilmu agama, beliau ini mempunyai hobi mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Alquran dari orang lain walaupun orang awwam. Dalam hal ini Muhammad Amin al-Kurdi mengatur waktu kumpul di masjid al-Sananiyyah untuk tadarrus dan tadabbur Alquran al-Karim. Dan sudah menjadi kebiasaan, ketika selesai tadarrus sang alim nan dermawan ini membagikan makanan dan minuman ala kadarnya.

3.         Penerus Beliau

Setelah Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi wafat, kepemimpinan tarekat diteruskan oleh Syaikh Salamah al-‘Azami. Setelah Syaikh Salamah wafat, kepemimpinan tarekat diteruskan oleh anak kandung Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi, yaitu Syaikh Najmuddin Muhammad Amin al-Kurdi.

Sebagai ulama yang menguasai berbagai bidang keilmuan, Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi memiliki banyak murid. Berikut ini adalah ulama-ulama dan tokoh-tokoh yang berguru kepadanya:

3.1       Murid Beliau

  1. Syaikh Salamah al-‘Azami
  2. Syaikh Muhammad Yusuf as-Saqa
  3. Al-Alim Ibrahim Naji
  4. Al-‘Alim al-‘Allamah Muhammad Yusuf al-Bahi
  5. Al-‘Allamah Syaikh Abu al-Khair Muhammad bin Abdul Wahid al-Ihnasi
  6. Al-‘Alim Syaikh Sulaiman Syakir
  7. Al-‘Alim Musa Zuhair
  8. Al-‘Allamah al-Muhaqqiq Syaikh Muhammad Radhi al-Hanafi
  9. Al-Adib Syaikh Sulaiman bin Ali bin Yunus al-Juhni
  10. Al-‘Arif Billah Syaikh Wafi Abdush Shamad Asy’at.

4.         Teladan
4.1       Sosok yang Hobi Mendengarkan Bacaan Al Qur’an

Selama di Mesir, Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi juga sibuk berdakwah mengajarkan tajwîd, quran, hadîs, fikih, ilmu kalâm, ilmu tasawwuf dan tentunya juga menyebarkan ajaran Thariqah al-Naqsabandiyyah kepada yang cinta Thariqah dan serius dalam menekuninya. Seiring merayapnya waktu pengikut thariqah ini bertambah banyak. Dan ketika Imam Masjid al-Sananiyyah di Bulaq meninggal, Muhammad Amin al-Kurdi dipercaya untuk menggantikannya. Di tengah-tengah kesibukan berdakwah dan mengajarkan ilmu agama, beliau ini mempunyai hobi mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an dari orang lain walaupun orang awam. Dalam hal ini Muhammad Amin al-Kurdi mengatur waktu kumpul di masjid al-Sananiyyah untuk tadarrus dan tadabbur Alquran al-Karim. Dan sudah menjadi kebiasaan, ketika selesai tadarrus sang alim nan dermawan ini membagikan makanan dan minuman ala kadarnya.

5.         Karya

  1. Tanwir al-Qulub fi Mu’amalati ‘Allam al-Ghuyub
  2. Mursyid al-‘Awam li Ahkam ash-Shiyam fi Madzahib al-Arba’ah
  3. Hidayah ath-Thalibin fi Ahkam ad-Din
  4. Irsyad al-Muhtâj ilâ Huqûq al-Azwâj
  5. Mursyid al-‘Awaam
  6. Dîwân Khatab
  7. Al-‘Uhûd al-Watsîq fî al-Tamasuk bi al-Syarîah wa al-Haqîqah
  8. Fî Manâqib al-Naqsybandiyyah
  9. Sa’adah al-Mubtadiin fi ‘ilmi al-Dîn
  10. Hidayah ath-Thalibin li Ahkam ad-Din
  11. Fath al-Masalik fi Idhahi al-Manasik

6.         Referensi

  1. Kitab an-Nur al-Abhar fi Thabaqat Syuyukh al-Jami’ al-Azhar karya Muhyiddin ath-Thughmi, hlm 105.
  2. Kitab Mu’jam al-Muallifin al-Mu’ashirin juz 1 karya Muhammad Khair Ramadhan Yusuf, hlm. 544.
  3. Kitab Natsr al-Jawahir wa ad-Durar fi ‘Ulama’ al-Qarn ar-Rabi’ ‘Asyar jilid pertama karya Yusuf bin Abdurrahman al-Mur’asyali, hlm. 1065.
  4. nahdlatululama
  5. sites.google.com
  6. Retrieved from https://wiki.laduni.id
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya