Biografi KH. Ahmad Basyir AS

 
Biografi KH. Ahmad Basyir AS
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-Guru Beliau
2.3       Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4          Organisasi, dan Karier
4.1       Riwayat Organisasi
4.2       Karier Beliau

5         Penghargaan
5.1      Kategori Tokoh Panutan Politik Bermartabat (kategori khusus) 

6         Referensi


1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Ahmad Basyir AS, adalah putra dari Pahlawan Kemerdekaan KH. Abdullah Sajjad bin Syarqowi dengan Nyi. Hj. Syafiyah. Lahir dan dibesarkan di pondok pesantren terkemuka daerah Madura, pesantren tersebut dikenal dengan sebutan PP. Annuqoyah. Sejak kecil, beliau diajarkan untuk mencintai ilmu dan mengabdi untuk ilmu.

KH. Ahmad Basyir AS Lahir di Sumenep pada tanggal 10 Agustus 1930/02 Safar 1349. Lahir dan besar di lingkungan salah satu pesantren besar di Madura, sudah sejak kecil beliau ditempa untuk mencintai ilmu dan mengabdikan hidupnya untuk ilmu.

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Ahmad Basyir AS menikah dengan Ny. Umamah Makkiyah. Dikaruniai 6 putra putri (yg masih hidup, asalnya 8 tapi meninggal 2), yang pertama Ny. Alif Layyinah,  Prof Dr Abdul A’la, MA, Ny Hj Nafhah, K M Hazmi, S.Ag, Ny Hj Uswatun Hasanah, dan K Ainul Yaqin.

1.3 Wafat
KH. Ahmad Basyir AS wafat pada tanggal 15 Juli 2017. Jenazahnya dikebumikan di komplek Pondok Pesantren Annuqoyah.

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
KH. Ahmad Basyir AS Pendidikannya bermula di Pondok Pesantren Annuqoyah sekitar tahun 1937-1945, kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur, tahun 1949-1952. Pondok Pesantren Sidogiri adalah satu-satunya pesantren tempat KH. Ahmad Basyir muda bermukim menuntut ilmu. Beliau pernah mengaji pada KH. Syamsuri, di Tebuireng selaku menantu KH. Hasyim Asy’ari, tetapi hanya dalam rangka khataman.

Pada saat berada di Pondok Pesantren Sidogiri, beliau adalah sosok santri yang selalu siap menegur teman-temannya yang sangat minim rasa ta’dzimnya kepada guru. Bahkan ketika klompen (peccak, madura) milik KH. Cholil Nawawi selaku pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri sering hilang karena dighosab santri Jawa, beliau membeli lampu strongking ke Pasuruan untuk mencari klompen tersebut, dan ketika klompennya ditemukan beliau tak segan-segan akan memarahi santri yang nakal itu habis-habisan. Hal menarik lainnya adalah ketika beliau menjadi santri kesayangan pengasuh dan mengikuti pengajian khusus dengan KH. Zayadi (Kanigaran, Probolinggo) kepada KH. Cholil Nawawi.

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. KH. Abdullah Sajjad
  2. KH. Cholil Nawawi
  3. KH. Zayadi

2.3 Mengasuh Pesantren
Pada tahun 1953 sampai tahun 2017 beliau menjadi pengasuh Pondok Pesantren Annuqoyah daerah Latee.  

3.  Penerus Beliau

3.1 Anak-anak Beliau
Anak-anak KH. Ahmad Basyir AS yang menjadi penerus beliau adalah:

  1. Ny. Alif Layyinah
  2. Prof Dr Abdul A’la, MA
  3. Ny Hj Nafhah
  4. K. M Hazmi, S.Ag
  5. Ny Hj Uswatun Hasanah
  6. K Ainul Yaqin.

3.2 Murid-murid Beliau
Murid-murid beliau adalah para santri di pesantren Annuqoyah Guluk-guluk Madura

4.  Organisasi, Karya dan Karier

4.1 Riwayat Organisasi
Selain mengabdikan hidupnya menjadi pengasuh pesantren, sosok kharismatik, tawadlu’, dan meneduhkan tersebut juga aktif di Nahdlatul Ulama dan menjadi ulama yang sangat disegani, termasuk dalam pilihan politik. KH. Ahmad Basyir AS sangat istiqamah dalam NU maupun juga di politik. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Syura DPC PKB Sumenep dua periode. Kemudian di akhir kepemimpinannya di PKB, menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Sumenep yang pernah dijabat sebelumnya di tahun 80-an, hingga akhir hayat.

4.2 Jasa-jasa beliau
KH. Ahmad Basyir AS merupakan ulama kharismatik yang sangat disegani. Selain itu, beliau juga merupakan tokoh pejuang kemerdekaan yang pernah bergabung dalam barisan Sabilillah. Yang sangat patut untuk dikagumi adalah kegigihannya dalam memanggul senjata sendiri untuk bertempur melawan penjajah Belanda, dalam rangka mengangkat harkat martabat bangsa dan negara. Beliau selalu berada di barisan paling depan dalam membela tanah air.

Ketika tentara Dai Nippon mendarat di Pulau Madura, keadaan rakyat tidak tentu arahnya alias sengsara, khususnya di daerah Sumenep. Penjajah selalu berusaha merampas hasil jerih payah para masyarakat, serta memperkosa kemerdekaan rakyat. Setelah pasukan tentara Jepang pergi, tentara Belanda datang dengan tujuan menjajah lagi, pada saat itulah para pengasuh Pondok Pesantren Annuqoyah Guluk-guluk ikut andil dalam peperangan demi memberantas kejahatan yang menyebabkan bangsa ini sengsara dan membuat malapetaka.

KH. Abdullah Sajjad merupakan pemimpin kelompok pejuang yang berada di wilayah Guluk-guluk dan sekitarnya dengan membentuk barisan Sabilillah. KH. Ahmad Basyir yang masih remaja sebagai pejuang pertama dalam barisan Sabilillah. Pada tanggal 08 Oktober 1947, tentara Belanda yang saat itu menguasai Desa Cenlecen, Pakong, Pamekasan. Bersinergi untuk menyerang wilayah pertahanan di Guluk-guluk (Desa Pakeong), dalam menghadang pertempuran tersebut maka pasukan (Bridge Mobile) dan barisan sabilillah berjuang mati-matian untuk melawan tentara Belanda.

Pertempuran tersebut mampu menggugurkan komandan barisan Sabilillah, yaitu KH. Abdullah Sajjad yang dilakukan dengan sangat licik oleh orang-orang Belanda. Tetapi, keadaan itu tidak memudarkan semangat juang orang yang masih tersisa dalam barisan Sabilillah untuk tetap memerdekakan bangsa. Demikian pula KH. Ahmad Basyir tetap semangat sekali pun ayahandanya gugur di medan perang sebagai putra terbaik bangsa.

Ketika Belanda menjadikan pulau Madura sebagai pulau boneka, maka KH. Ahmad Basyir bersama masyarakat Madura membuat strategi gerakan bawah tanah seperti, Gerakan Rakyat Indonesia Madura (GRIM), Gerakan Tentara Pemuda Madura (GPM), Persatuan Alim Ulama Madura (PAUM). Pada akhirnya strategi tersebut berhasil dan dapat mengalahkan tentara Belanda.

4.3 Karier Beliau
Pengasuh pesantren Annuqoyah

5.  Penghargaan

5.1 Kategori Tokoh Panutan Politik Bermartabat (kategori khusus)
KH. Ahmad Basyir AS, namanya sudah harum sejak dahulu. Bukan hanya sebagai tokoh agama dan pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Latee, Guluk-Guluk,

Bupati Sumenep, A Busyro Karim menyerahkan penghargaan secara langsung terhadap 18 peraih Sumenep Award 2017, di malam pergantian tahun, Minggu 31 Desember 2017 malam di depan masjid Jami' setempat.

6.  Referensi

https://ulamanusantaracenter.com/


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 25 Desember 2021, dan terakhir diedit tanggal 08 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya