Sejarah Singkat Sayyidah Fatimah Az-Zahra', Pemimpin Perempuan Surga (Bagian 1)

 
Sejarah Singkat Sayyidah Fatimah Az-Zahra', Pemimpin Perempuan Surga (Bagian 1)
Sumber Gambar: Ilustrasi/Kumparan.com

Laduni.ID, Jakarta – Sayyidah Fatimah binti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lahir pada hari Jum'at 20 Jumadil Akhirah lima tahun sebelum masa kenabian, ketika usia Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam 35 dan ikut andil dalam peletakan Hajar Aswad saat Ka'bah dibangun ulang oleh Quraisy.

Beliau merupakan anak terakhir dari enam bersaudara sekaligus putri terkecil Sayyidah Khadijah. Adapun saudara-saudarinya yang lain adalah Al-Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqoyyah dan Ummi Kultsum. Ditambah satu lagi yang beda ibu, yaitu Ibrahim dari Sayyidah Mariyah Al-Qibtiyah yang berdarah Mesir.

Setelah hijrah bersama ayahnya, Sayyidah Fatimah sudah memasuki usia yang sangat matang untuk menikah, bahkan termasuk sangat telat di masa itu. Saat itu usianya sekitar 18 tahun.

Adapun keterlambatan pernikahan beliau dikarenakan sibuk mendampingi ayah tercintanya sejak awal diturunkannya wahyu, terlebih setelah ketiga saudarinya menikah dan Sayyidah Khadijah wafat. Sehingga, mau tidak mau, Sayyidah Fatimah lah yang mengurusi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hingga beliau mendapat julukan: أُمُّ أَبِيْهَا, "Ibu bagi ayahnya."

Sebelum dilamar oleh Sayyidina Ali, beberapa sahabat dekat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mencoba untuk melamarnya, akan tetapi lamaran itu ditolak oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan alasan menunggu ketentuan dari Allah.  

Di antara mereka yang ditolak lamarannya adalah Abu Bakar, Umar dan Abdurrahman bin Auf. Setelah ketiga pembesar sahabat Nabi ini ditolak, akhirnya mereka menemui Sayyidina Ali agar melamar Sayyidah Fatimah. Sebagian dari mereka berkata, "Jika kau meminta Fatimah dari Nabi, sungguh Nabi akan menikahkanmu dengan putrinya."

Setelah melewati berbagai keraguan, akhirnya Sayyidina Ali memberanikan diri untuk melamar Sayyidah Fatimah dari ayahnya. Lamaran itu diterima dan menikahlah putra dan putri terbaik Bani Hasyim pada tahun 2 H setelah perang Badar.

Dari pernikahannya dengan Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dikarunia lima anak yaitu Hasan, Husein, Muhassin, Zainab dan Ummi Kultsum. Akan tetapi, hanya dari Hasan dan Husein-lah keturunan Ahlul Bait berlanjut. Sedangkan yang lainnya terputus, begitupun dari putra-putri dan cucu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang lainnya.

Sayyidah Fatimah wafat 6 bulan setelah ditinggal seseorang yang paling ia cintai selama hidupnya, yaitu ayahnya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Sayyidah Fatimah sudah tahu betul bahwasannya beliau adalah orang yang pertama yang akan menyusul Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah:

فَلَمَّا مَرِضَ النَّبِيُّ ﷺ دَخَلَتْ فَاطِمَةُ، فَأَكَبَّتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ رَفَعَتْ رَأْسَهَا فَبَكَتْ، ثُمَّ أَكَبَّتْ عَلَيْهِ وَرَفَعَتْ رَأْسَهَا فَضَحِكَتْ، فَقُلْتُ: إِنِّيْ كُنْتُ أَظُنُّ أَنَّ هَذِهِ مِنْ أَعْقَلِ نِسَائِنَا، فَإِذًا هِيَ مِنَ النِّسَاءِ. فَلَمَّا تُوُفِّيَ، قُلْتُ لَهَا: رَأَيْتُكِ حِيْنَ أَكْبَبْتِ عَلَى النَّبِيِّ فَرَفَعْتِ رَأْسَكِ فَبَكَيْتِ، ثُمَّ أَكْبَبْتِ عَلَيْهِ فَرَفَعْتِ رَأْسَكِ فَضَحِكْتِ، مَا حَمَلَكِ عَلَى ذَلِكَ؟ قَالَتْ: «إِنِّيْ إِذًا لَنَذِرَةٌ، أَخْبَرَنِيْ أَنَّهُ مَيِّتٌ مِنْ وَجْعِهِ هَذَا فَبَكَيْتُ، ثُمَّ أَخْبَرَنِيْ أَنِّيْ أَسْرَعُ أَهْلِ بَيْتِهِ لُحُوْقاً بِهِ فَذَاكَ حِيْنَ ضَحِكْتُ»

“Ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sakit, Fatimah masuk, dia mendekat ke Nabi, dia mengangkat kepalanya lantas menangis, kemudian mendekat lagi dan mengangkat kepalanya, lantas tertawa. Aku berkata, ‘Sungguh aku mengira Fatimah adalah wanita paling berakal, ternyata dia wanita biasa saja.’

Setelah Nabi meninggal, aku berkata kepada Fatimah, ‘Aku melihatmu ketika mendekati Nabi, kau mengangkat kepala lantas menangis, kemudian kau mendekat lagi mengangkat kepala lantas tertawa, apa yang membuatmu begitu?’

Fatimah menjawab, ‘Beliau mengabarkan bahwa beliau akan meninggal dari sakitnya ini, lantas aku menangis. Kemudian beliau mengabarkan bahwasannya aku adalah Ahli Baitnya yang paling cepat menyusulnya, lantas aku tertawa.’” (HR. Hakim no. 7715)

Dalam riwayat tambahan dari Thabrani di al-Mu'jam al-Kabir, Rasulullah bersabda:

"إِنَّكِ سَيِّدَةُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ إِلَّا مَا كَانَ مِنَ الْبَتُوْلِ مَرْيَمَ بِنْتِ عِمْرَانَ".

"Sesungguhnya engkau adalah pemimpin wanita ahli surga, selain Al-Batul Maryam binti Imran."

Beliau wafat pada tahun yang sama, yaitu 11 H. Tepat pada bulan Ramadhan malam selasa berdasarkan riwayat yang rojih. Sebagian menyatakan pada tanggal Raibul Akhir, Rajab, dan 3 Jumadil Akhiroh.

Setelah meninggal, beliau dimakamkan oleh Sayyidina Ali di Baqi'. Beliau berkata:

أَرَى عِلَلَ الدُّنْيَا عَلَيَّ كَثِيْرَةً #  وَصَاحِبُهَا حَتَّى الْمَمَاتِ عَلِيْلُ

لِكُلِّ اجْتِمَاعٍ مِنْ خَلِيْلَيْنِ فُرْقَةٌ #  وَكُلُّ الَّذِيْ دُوْنَ الْفِرَاقِ قَلِيْلُ

وَإِنَّ افْتِقَادِيْ فَاطِماً بَعْدْ أَحْمَدٍ #  دَلِيْلٌ عَلَى أَلاَّ يَدُوْمَ خَلِيْلُ

Kulihat rasa sakit yang disebabkan dunia kepadaku sangatlah banyak, sedangkan pemilik penyakit tersebut tetap akan merasakan sakit sampai mati.

Setiap kebersamaan sepasang kekasih akan menemui perpisahan, sedangkan yang tak menemui perpisahan sangatlah sedikit.

Sesungguhnya kehilanganku atas Fatimah setelah Ahmad (Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam), adalah tanda bahwa kekasih itu tidaklah abadi.

Diriwayatkan dalam satu kesempatan, ketika Sayyidina Ali menziarahi makam Sayyidah Fatimah, beliau menggubah sebuah Syair:

مَا لِيْ أَرَاهَا لَا تَرُدُّ سلامي #  هل حرمت عند اللقاء كلامي

Entah kenapa engkau tak lagi menjawab salamku. Apakah kau mengharamkan pembicaraan ketika bertemu (denganku)?

قال الحبيب وكيف لي بجوابكم #  وأنا دفين مقابر وترابِ

Sang Kekasih berkata, "Bagaimana aku bisa menjawabmu, sedangkan aku tertimbun tanah di bawah kubur?"

فعليكم مني السلام تقطعت #  مني إليكم خلة الأحبابِ

"Bagimu salam dariku, yang menyebabkan hati para pecinta tercabik-cabik."

Mukalla, 16 Jumadil Akhiroh 1443 H/19 Januari 2022
Oleh: Imam Abdullah El-Rashied, Mahasiswa Pascasarjana Hadramout University


Editor: Daniel Simatupang