Biografi KH. Ahmad Nashoha

 
Biografi KH. Ahmad Nashoha
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Masa Menuntut Ilmu
2.2       Guru-Guru Beliau
2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4          Jasa, Organisasi dan Karier
4.1       Jasa-jasa Beliau
4.1.1     Mengangkat Senjata Melawan Penjajah
4.1.2     Mendirikan PCNU Kebumen
4.2       Riwayat Organisasi
4.3       Karier Beliau

5         Karomah Beliau

6         Referensi

7         Chart Silsilah Sanad


1       Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1       Lahir
Nama aslinya Ahmad Nasikhah, lahir di Wonoyoso Kebumen tahun 1894. Di kemudian hari beliau lebih dikenal sebagai KH. Ahmad Nashoha (1894-1966), pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Wonoyoso.
Beliau adalah putra dari KH. Muhammad Isma’il. Kiai Isma’il sendiri merupakan putra dari Kiai Muhammad Iman, pengasuh dari Masjid Saka Tunggal sebuah masjid yang berada di desa Pekuncen, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen.

1.2       Riwayat Keluarga
KH. Ahmad Nashoha menikahi Nyai Rojiah memiliki beberapa putra, tiga diantaranya perempuan adalah Fatmah, ‘Aisyah dan Khodijah. Dari pernikahan putri pertamanya, Ibu Nyai Fatmah dengan KH. Fathurrohman inilah kemudian lahir cucu beliau yang bernama KH. Muntaha Mahfudz atau Gus Taha. Gus Taha inilah yang sampai saat ini melanjutkan perjuangan KH. Ahmad Nashoha memimpin Pondok Pesantren Salafiyah.

1.3       Wafat
KH. Ahmad Nashoha wafat pada tahun 1966 dalam usia 70 tahun. Pesantren Salafiyah diteruskan oleh menantu beliau KH. Fathurrohman, namun berselang dua tahun kemudian sang menantu wafat menyusul mertuanya. Saat ini Pesantren Salafiyah diasuh oleh cucu beliau KH. Muntaha Mahfudz atau dikenal Gus Taha.

2        Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
KH. Ahmad Nashoha pertama-tama belajar agama kepada sang ayah KH. Muhammad Ismail. KH. Ahmad Nashoha muda merupakan seorang santri yang sangat tekun dan memiliki himmah yang kuat dalam menuntut ilmu. Pertama kali beliau belajar agama kepada ayahandanya, KH. Muhammad Isma’il. Kemudian melanjutkan menimba ilmu agama (tholabul ilmi) dan berkhidmah dari pesantren satu ke pesantren yang lain.

Beberapa pesantren di tanah Jawa pernah disinggahinya adalah Pondok Pesantren Demesan Magelang dan Pondok Pesantren Mangkang Semarang. Beliau juga pernah berguru kepada KH. M
uhammad Nuh yang dikenal seorang ulama ahli hikmah di Pondok Pesantren Darul Hikmah Desa Pageraji, Cilongok, Banyumas.

Selain itu,KH. Ahmad Nashoha pernah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng dan mengambil sanad keilmuan Islam langsung kepada beliau Hadhratussyekh KH. Hasyim Asy’ari, tokoh pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU).

Sekembalinya dari Tebuireng beliau melanjutkan cita-citanya untuk memperdalam ilmu (tabahhur fil ‘ilmi) ke tanah suci. KH. Ahmad Nashoha belajar di tanah suci Mekkah dan bermukim di sana selama kurang lebih 4 tahun. Dengan kesungguhannya dalam menimba ilmu, tidak mengherankan apabila di kemudian hari, KH. Ahmad Nashoha menjadi sosok ulama yang mumpuni, ‘alim dan disegani.

2.2       Guru-Guru Beliau

Guru-Guru Beliau saat beliau menuntut ilmu di antaranya:

  1. KH. Muhammad Isma’il
  2. Hadhratussyekh KH. Hasyim Asy’ari
  3. KH. Muhammad Nuh

2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
Sekembalinya dari tanah suci, KH. Ahmad Nashoha merintis sebuah pesantren pada sekitar tahun 1922. Model pengajaran yang digunakan masih menggunakan metode salaf, yaitu sistim sorogan dan bandungan. Bahkan hingga sekarang pesantren ini dikenal dikenal dengan nama Pondok Pesantren Salafiyah.

Metode madrasah baru dikembangkan pada sekitar tahun 1951 digagas oleh menantu beliau yang bernama KH. Fathurrohman, dan metode masih bertahan sampai sekarang.

3       Penerus Beliau

3.1       Anak-anak Beliau
Anak-anak beliau yang menjadi penerus beliau adalah:

  1. Fatmah
  2. ‘Aisyah
  3. Khodijah

3.2       Murid-murid Beliau
Murid-murid Beliau adalah para santri di Pesantren Salafiyah Kebumen.

4         Jasa, Organisasi, dan Karier

4.1        Jasa-jasa Beliau

4.1.1      Mengangkat Senjata Melawan Penjajah
Perjalanan perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di Kebumen tidak bisa dilepaskan dari torehan tinta dan tetesan darah para kiai dan ulama.

KH Ahmad Nashoha, adalah salah satu sosok ulama yang ikut terjun dalam perjuangan melawan penjajah dan berkontribusi dalam perkembangan Islam di Kebumen.

Hidup di masa penjajahan, menuntut KH. Ahmad Nashoha ikut berjuang melawan penjajahan. Menurut kesaksian KH. Muhdi Ali, keponakan beliau, KH. Ahmad Nashoha pernah berangkat perang ke Ambarawa. Beliau mendapat amanah tugas untuk membebaskan para kiai yang ditahan oleh penjajah kolonial Belanda.

Menurut cerita Kiai Ali Muhdi, KH. Ahmad Nashoha memiliki sebuah jimat berupa tongkat kecil seperti mata tombak. Konon, senjata ini diyakini sebagai pemberian dari Sunan Kalijaga. Sebagai keponakan yang cukup dekat dekat dengan KH. Ahmad Nashoha, Ali Muhdi saat masih kecil tidak hanya pernah melihat bahkan sering memegang senjata tersebut. Dengan berbekal jimat inilah, KH. Ahmad Nashoha menundukkan para penjaga tahanan dan membebaskan para kiai yang ditahan penjajah Belanda.

4.1.2     Mendirikan PCNU Kebumen
Nahdlatul Ulama Cabang Kabupaten Kebumen dirintis pada sekitar tahun 1936. Perjalanan dan perkembangan NU di Kebumen, merupakan salah satu buah perjuangan dari KH Ahmad Nashoha.

KH. Ahmad Nashoha yang merintis berdirinya PCNU Kebumen pada sekitar tahun 1936. Sebagai salah seorang santri dari Hadrotusy Syeikh KH Hasyim Asy’ari, beliau mendapat dawuh langsung membuat cabang kepengurusan NU di Kebumen.

Bukti sejarah berdirinya NU Cabang Kebumen bisa dilihat dari piagam pendirian yang ditandatangani oleh KH Mahfudz Sidiq dan Haji Aziz Dijar, selaku Ketua dan Sekretaris Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada saat itu.

Pengurus Cabang NU Kebumen pada periode pertama (1936-1942) dijabat oleh KH. Akhmad Nasoha sebagai Rais Syuriyah yang pertama kali. Didampingi para kiai yang lain, diantaranya KH. Abdullah Affandi (sebagai Ketua I), KH. Abu Jar’i (sebagai Ketua II) dan H Ashari (sebagai Sekretaris). Sekretariat PCNU Kebumen sendiri pada awal-awal pendirian ditempatkan di Pondok Pesantren Salafiyah Wonoyoso.

Menurut cerita Kiai Ali Muhdi, pernah dalam sebuah acara NU, Simbah KH. Hasyim Asy'ari sendiri menyempatkan untuk hadir di Kebumen. Sang Pendiri NU ini hadir bersama putra beliau KH Wahid Hasyim dan cucu kesayangannya, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang saat itu masih kecil.

Kehadiran tiga tokoh utama dari keluarga pendiri NU di Kebumen ini seakan-akan menjadi sebuah isyarat akan berkembang dan tumbuh suburnya NU di Kebumen. Tidak mengherankan apabila Kebumen saat ini menjadi salah satu basis kuat NU di Jawa Tengah. Dalam sebuah pidato Gus Dur pernah menyebutkan bahwa Kebumen adalah merupakan basis NU, atau menurut beliau Kebumen adalah daerah jalur hijau di Jawa Tengah bagian selatan.

4.2          Riwayat Organisasi
KH. Ahmad Nashoha dipercaya sebagai Rais Syuriyah NU di PCNU Kebumen

4.3           Karier Beliau
Pengasuh pesantren Salafiyah Kebumen.

5.         Karomah Beliau

Disela-sela kesibukan mengelola pesantren, KH. Ahmad Nashoha sering tirakat sebagai pendekatan beliau kepada Allah. Bahkan sekali waktu beliau melakukan ‘uzlah, menyendiri di sebuah tempat untuk beberapa waktu untuk mengasah ketajaman batin. Tempat yang pernah didatangi adalah hutan Kumbangkangkung di daerah Gunung Grenggeng, yang merupakan petilasan Syekh Baribin.

Menurut cerita dari Nyai Fatmah, putri beliau yang merupakan ibunda dari Gus Taha, ketika melakukan ‘uzlah di Gunung Grenggeng ini, karomah KH. Ahmad Nashoha sering muncul. Konon, setiap mau mengambil air wudlu beliau hanya menancapkan telunjuk jarinya ke tanah. Biqudrotillah, air yang segar memancar dari dalam tanah untuk beliau berwudlu.

6        Referensi

Akhmad Saefudin SS ME, (Penulis Buku 17 Ulama Banyumas)

Amir Syarifuddin, Katib Majelis Ilmi PC JQHNU Kebumen, Alumns Pondok Pesantren Darussa’adah Kebumen

7       Chart Silsilah Sanad 

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Ahmad Nashoha dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 21 Januari 2021, dan terakhir diedit tanggal 09 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya