Makna Hidup Berloma-lomba Dalam Kebaikan

 
Makna Hidup Berloma-lomba Dalam Kebaikan
Sumber Gambar: Pexels/Pixabay (Ilustrasi)

Laduni.ID, Jakarta – Hidup adalah perjuangan. Tidak mungkin kita menang kalau kita tidak bersungguh-sungguh dan serius menjalani kehidupan. Karena Al-Qur’an sendiri yang telah memberitahukan kita bahwa hidup adalah perjuangan untuk menjadi pemenang maka berlomba-lombalah kalian untuk melakukan kebaikan”

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah Ayat 148

وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ – ١٤٨

Artinya: "Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Al Baqarah: 148)

Ini perintah Allah dalam Al-Qur’an artinya kita sebagai hamba tidak punya pilihan lain kecuali menjalankan apa yang Allah perintahkan yaitu menjalani kehidupan dengan senantiasa penuh optimisme, penuh semangat, dan penuh komitmen.

Itulah makna hidup dari perlombaan, dalam hadis Rasulullah SAW kita diminta untuk menjadi terdepan dalam beramal shaleh. Bersegeralah dalam beramal shaleh, bersegeralah dalam mengerjakan kebaikan. Sebab yang kita kerjakan hari ini akan kita panen kelak di akherat.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Zalzalah ayat 7-8: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah ayat 7-8)

Berdasarkan ayat di atas kita harus selalu sadar bahwa yang diperintahkan oleh Allah SWT adalah berlomba lomba dalam berbuat baik dan berlomba lomba dalam menebarkan kebaikan dan kemaslahatan. Bukan berlomba lomba dalam kemaksiatan sebab berlomba lomba dalam kemaksiatan tidak hanya mendatangkan murka Allah tetapi juga akan menjadikan hati kita keras begitupun jika sebaliknya.


Editor: Nasirudin Latif