Lakukan Amalan Ini, Dijamin Cepat Kaya Raya

 
Lakukan Amalan Ini, Dijamin Cepat Kaya Raya
Sumber Gambar: Tayeb MEZAHDIA dari Pexels

Laduni.ID, Jakarta – Setiap orang menginginkan hidupnya banyak rezeki dan kaya raya atau milliarder. Memang untuk menjadi seorang yang kaya tidaklah mudah seperti layakya membalikkan telapak tangan. Namun perlu melakukan kerja keras dan ketekunan untuk menggapainya.

Tetapi jika semua itu kita mengetahui kuncinya maka akan terasa mudah dan akan menjadi kenyataan. Jadi bukanlah hal yang mustahil yang tidak dapat dilakukan oleh kita untuk menjadi kaya.

Menjadi kaya tidak hanya dengan keinginan dan kerja keras saja, melainkan harus diiringi dengan ketekunan agar terwujud. Selain itu, dalam mewujudkan keinginan menjadi kaya harus diiringi dengan berdoa dan amalan seperti yang dikisahkan oleh sahabat Nabi SAW dibawah ini.

Satu ketika seorang sahabat datang menghadap Rasulullah SAW. Kepadanya, sahabat itu mengeluhkan perihal kefakiran dan kesulitan hidup yang dihadapinya. Kiranya dengan mengadukan permasalahannya kepada Rasulullah ia berharap akan mendapat jalan keluar agar ekonomi keluarganya dapat lebih baik di kemudian hari.

Mendengar aduan seperti itu Rasulullah lalu menyarankan kepada sahabatnya untuk melakukan satu amalan. “Ketika engkau masuk ke dalam rumah ucapkanlah salam bila di dalamnya ada orang. Bila tak ada maka ucapkanlah salam untuk dirimu sendiri. Setelah itu bacalah surat Al-Ikhlas satu kali.”

Mendapat amalan demikian sahabat ini melakukannya dengan penuh semangat. Setiap kali ia memasuki rumahnya ia beruluk salam lalu membaca surat Al-Ikhlas satu kali. Demikian ia lakukan terus menerus. Pada akhirnya Allah melimpahkan banyak harta kepadanya. Sahabat itu kini terbebas dari kefakiran. Keluarganya kini hidup dalam gelimang harta. Begitu banyaknya harta yang dianugerahkan oleh Allah. Tidak hanya keluarganya, tetangga di sekitar rumahnya juga ikut menikmati kelebihannya.

Kisah di atas banyak ditulis oleh para ulama dalam berbagai kitabnya. Dalam penafsiran Surat Al-Ikhlas Syekh Nawawi menuturkan kisah tersebut sebagai berikut:

عن سهل بن سعد جاء رجل إلى النبي صلّى الله عليه وسلّم وشكا إليه الفقر فقال: «إذا دخلت بيتك فسلم إن كان فيه أحد وإن لم يكن فيه أحد فسلم على نفسك واقرأ قل هو الله أحد مرة واحدة. ففعل الرجل فأدر الله عليه رزقا حتى أفاض على جيرانه

Artinya: “Dari Sahl bin Sa’d, seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan mengadu kepadanya perihal kefakiran. Rasul bersabda, ‘Bila engkau memasuki rumahmu, ucapkanlah salam bila di dalamnya ada seseorang. Bila tidak ada seorang di dalamnya, maka bersalamlah untuk dirimu dan bacalah surat qul huwallâhu ahad sekali.’ Lelaki itu mengamalkannya. Allah melimpahkan kepadanya rezeki hingga meluber kepada para tetangganya.”

Ucapan salam kepada penghuni rumah sudah maklum. Setiap Muslim pasti bisa mengucapkannya. Lalu bagaimana mengucapkan salam kepada diri sendiri saat penghuni rumah sedang tidak ada?

Apa yang disampaikan oleh Syekh Nawawi dalam penafsiran ayat ke-61 Surat An-Nur menjadi jawabannya. Dalam kitab tersebut ia menuturkan ajaran dari Ibnu Abbas dan Qatadah sebagai berikut:

وقال ابن عباس: إن لم يكن في البيت أحد فليقل: السلام علينا من قبل ربنا

Artinya, “Ibnu Abbas berkata, ‘Bila tak ada siapapun di dalam rumah, maka ucapkanlah ‘assalamu ‘alaina min qibali rabbina’ (keselamatan bagi kami dari Tuhan kami).”

وقال قتادة: إذا دخلت بيتك فسلم على أهلك فهم أحق بالسلام ممن سلمت عليهم، وإذا دخلت بيتا لا أحد فيه فقل: السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين

Artinya, “Qatadah berkata, ‘Bila engkau memasuki rumahmu, maka ucapkanlah salam kepada keluargamu. Mereka lebih berhak mendapatkan salam daripada orang lain yang engkau salami. Bila engkau memasuki sebuah rumah yang tak ada seorang pun di dalamnya, ucapkanlah, ‘assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis shalihin,’ (keselamatan bagiku dan bagi hamba-hamba Allah yang saleh).”

Dari keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kita bisa mengucapkan salam bagi diri sendiri salah satunya dengan kalimat “Assalamu ‘alaina min qibali rabbina” (keselamatan bagi kami dari Tuhan kami) atau “Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis shalihin” (keselamatan bagi kami dan bagi hamba-hamba yang saleh).


Sumber: Syekh Nawawi Banten dalam kitab Tafsir Marâh Labîd atau lebih dikenal dengan nama Tafsîr Al-Munir.
Editor: Nasirudin Latif