Ibadah Penduduk Mekkah Saat Nisfu Sya’ban

 
Ibadah Penduduk Mekkah Saat Nisfu Sya’ban
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pixabay

Laduni.ID, Jakarta – Para ulama kita sangat memerhatikan setiap momen besar dalam Islam. Di antara perhatian yang mereka kerahkan berupa karya untuk memberikan pencerahan kepada umat, tentang berapa berharganya momen ini di mata agama. Misalnya malam nisfu sya'ban yang sedikit lagi akan datang. Ada puluhan kitab yang ditulis pada tema ini.

Di antara ulama besar tersebut, ada Al-Faqih Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 975 H) penulis kitab Tuhfah Al-Muhtaj, yang menulis kitab Al-Idah wa Al-Bayan fi Lailah Al-Nisfi min Al-Sya'ban. Kemudian ada Al-Muhaddits Najmuddin Al-Ghaiti (w. 981 H) yang menulis kitab Mawahib Al-Karim Al-Mannan fi Al-Kalam 'ala Awail Surah Al-Dukhan wa Fadhail Lailah Al-Nisfi min Sya'ban. Yang kemudian kitab ini diringkas oleh murid beliau, Al-Faqih Salim bin Muhammad Al-Sanhuri (w. 1015 H) dalam kitab yang berjudul Al-Kasyfu wa Al-Bayan an Fadhail Laila Al-Nisfi min Sya'ban, yang baru saja kemarin kitab ini dibaca oleh guru kami, Syekh Mustafa Abu Zaid. Dan seterusnya, sangat banyak kitab para ulama yang membahas hal ini.

Ada banyak hadis yang secara gamblang menyebut kemuliaan malam Nisfu Sya'ban. Di antaranya hadis tersebut seperti apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya melalui jalur Mu'adz bin Jabal, bahwa Rasulullah bersabda:

يطلع الله الى خلقه في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن.

“Allah memandang (dengan pandangan khusus) kepada makhluk ciptaan-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, kemudian Allah ampuni mereka semua kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.”

Kemudian ada hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Al-Munzir, Al-Bazzar dan Al-Baihaqi melalui riwayat Abu Bakr dengan makna yang sama dengan hadis sebelumnya. Hanya saja beda pada beberapa kalimat, seperti awal hadis yang dalam riwayat ini disebut bahwa Rahmat Allah turun pada malam nisfu sya'ban, dan dengan rahmat ini Allah akan mengampuni semua makluk ciptaan-Nya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.

Syekh Al-Muhaddits Muhammad Al-Hafidz Al-Tijani, guru dari pada Syekh Ali Jum'ah, Syekh Yusri Jabr, dan Syekh Ali Shalih, menyatakan dalam salah satu kitab beliau yang menjelaskan keutamaan malam Nisfu Sya'ban. Bahwa dua hadis tersebut sudah cukup untuk menerangkan kemuliaan malam tersebut. Adapun jika ditemukan riwayat hadis yang lain dengan sanad yang masih dipertanyakan, maka hadis itu cukup sebagai penguat dua hadis di atas.

Pertanyaan yang sering dilayangkan masyarakat tentang ibadah apa yang harus dilakukan pada malam tersebut? Yang sering dilakukan oleh para guru-guru kami, mereka menghidupkan malam tersebut dengan membaca surat Yasin tiga kali dengan niat-niat khusus seperti panjang umur dan dipelihara dari keburukan.

Membaca Surat Yasin tiga kali yang biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia ini, sebagaimana yang difatwakan oleh Syekh 'Ali Jum'ah merupakan hal yang dilegalkan oleh syariat, karena masih masuk kepada anjuran untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban. Syekh 'Ali memberikan tambahan, hal tersebut diperbolehkan selama pelakunya tidak meyakininya sebagai hal yang wajib dilakukan, dengan sekira dianggap berdosa jika tidak melakukan kegiatan tersebut.

Beda negara beda juga ibadah yang dilakukan. Guru dari guru-guru kami, seperti Syekh Rasyid Ahmad Al-Kankuhi, Sayyid Husein Ahmad Al-Madani dan Syekh Zakariya Al-Kandahlawi dan mayoritas murid mereka akan menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan berbagai ibadah, bahkan mereka juga akan berpuasa di hari Nisfu Sya'bannya.

Flashback jauh ke belakang, pada abad ke-3 Hijriah, ada Khalid bin Ma'dan dan Luqman bin 'Amir, dua orang Tabi'in yang jika sudah masuk malam Nisfu Sya'ban, mereka akan menggunakan pakaian terbaik yang ada, membakar bukhur, dan memakai celak pada mata mereka.

Abad ke-4, Syekh Abdullah bin Muhammad Al-Fakihi Al-Makki (w. 353 H) dalam kitab Akhbar Mekkah mengisahkan bahwa para penduduk Mekkah saat malam Nisfu Sya'ban:

أهل مكة فيما مضى الى اليوم إذا كان ليلة النصف من شعبان، خرج عامة الرجال و النساء الى المسجد الحرام، فصلوا و طافوا و أحيوا ليلتهم حتى الصباح بالقراءة في المسجد الحرام، حتى يختموا القرآن كله، و يصلوا، و من صلى منهم تلك الليلة مائة ركعة يقرأ في كل ركعة بالحمد و قل هو الله أحد عشر مرات و أخذوا من ماء زمزم تلك الليلة، فشربوه و اغتسلوه به و خبؤوه عندهم للمرضى يبتغون بذلك البركة في هذه الليلة.

“Penduduk Mekkah dahulu hingga saat ini, jika masuk malam Nisfu Sya'ban, mereka semua akan keluar ke Masjid Al-Haram, untuk shalat, thawaf, dan menghidupkan malam tersebut hingga pagi dengan membaca Al-Quran di Masjid Al-Haram hingga khatam, dan kemudian mereka shalat. Dan di antara mereka pada malam tersebut ada yang shalat 100 rakaat, yang setiap rakaatnya membaca Al-Fatihah dengan 10x surat Al-ikhlas. Mereka juga mengambil air zamzam pada malam tersebut, untuk diminum dan digunakan untuk mandi. Juga air zamzam yang diambil pada malam tersebut mereka simpan untuk dijadikan obat bagi orang yang sakit dengan keberkahan malam tersebut.”

Intinya, para ulama tersebut, mulai dari menulis kitab hingga memberikan contoh dengan berbagai ibadah ingin mengajarkan kita akan pentingnya malam tersebut dengan mengikuti jalan mereka; menghidupkannya dengan ibadah, apapun itu, dan jangan peduli terhadap orang yang menuduh hal tersebut dengan bid'ah, atau dengan ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh salaf. Silahkan jika tidak ingin menghidupkan malam tersebut, tapi jangan ganggu saudara anda yang beribadah dengan tuduhan dan sumpah serapah.

Senin, 14 Maret 2022
Oleh: Gus Fahrizal Fadil


Editor: Daniel Simatupang