Mengenal Tuan Guru KH Ahmad Riduan Amuntai yang Lahir 14 Ramadhan

 
Mengenal Tuan Guru KH Ahmad Riduan Amuntai yang Lahir 14 Ramadhan
Sumber Gambar: Foto ist

Laduni.ID, Jakarta - KH. Ahmad Riduan lahir di Amuntai pada hari Senin 12 Agustus 1946 M (bertepatan dengan 14 Ramadhan 1365 H). Ayah beliau bernama KH. Ahmad Dahlan Bin As'ad sedangkan Ibunda beliau bernama Hajjah Muntiara Binti H. As'ad bin Zainab Binti Tuan Guru KH. Muhammad Tayyib (Datu Taniran) Bin KH. As'ad Bin Syarifah Binti Maulana Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Beliau dulu Sekolah Rakyat dan meneruskan ke Pondok Pesantren "Rasyidiah Khalidyah" (Rakha) setelah itu meneruskan ke Pondok Pesantren "Darussalam" Martapura sampai selesai.

Guru-guru beliau Tuan Guru KH. Anang Sya'rani Arif  Kampung Melayu, Tuan Guru KH. Salim Ma'ruf, Tuan Guru KH. Husien Qadri, Tuan Guru KH. 'Abdul Qadir Hasan , Tuan Guru KH. Salman Mulya dan masih banyak yang lainnya.

Ada pun guru khusus beliau adalah Al-'Alimul Allamah Tuan Guru KH. Muhammad Zaini Bin H. 'Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) di samping mengajarkan ilmu dan mendidik beliau, Abah Guru Sekumpul juga memberikan ijazah amalan-amalan dan Thoriqat yang sanad sanadnya bersambung sampai kepada Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Sahabat dekat beliau adalah Tuan Guru KH. Muhammad Syukri Unus (Dari Desa Harus Amuntai) yang mana beliau berdua inilah ikut memperjuangkan pembangunan asrama "Ibnu Rasyid" di Martapura.

Tuan Guru KH. Ahmad Riduan wafat pada 5 Desember 1998 M (15 Sya'ban 1419 H) di Rumah Sakit Sari Mulya Banjarmasin dan di bawa ke Martapura untuk di mandikan dan di kafani serta di shalatkan yang langsung di imami oleh Abah Guru Sekumpul. Setelah itu jenazah beliau di berangkatkan menuju kota Amuntai untuk dimakamkan di Desa Lok Bangkai. Di kala itu langit pun mendung dan tak lama kemudian turun pun hujan seakan-akan turut bersedih ikut berduka atas kepergian beliau. Hal ini sesuai dengan apa yang di sabdakan oleh Rasulullah S'AW : "Apabila meninggal dunia orang yang 'alim niscaya menangislah oleh langit."

Diantara kalam beliau :

"Kehidupan manusia itu ibarat sebuah kompor. Apabila kompor dinyalakan maka lambat laun sumbu dan minyaknya akan habis. Begitu pula halnya dengan umur kita ini."

"Apabila kita ingin berhasil dalam segala sesuatu dan urusan maka dahulukanlah ketentuan-ketentuan Allah SWT. Shalatlah dahulu baru bekerja. Jangan sebaliknya, kita masih bekerja, siding, rapat, dan sebagainya padahal waktu shalat sudah berlalu. Shalatlah dahulu baru bekerja. Seperti firman Allah SWT : "Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jumu'ah (62) : 10)."

"Semua penduduk Surga nantinya akan menyesal dan merasa rugi melihat derajat masing-masing di Surga. Penduduk Surga merasa rugi karena tidak banyak beramal shaleh sewaktu didunia. Derajat masing-masing di Surga itu ibarat orang yang membangun rumah yang kecil merasa iri dan menyesal tidak dapat membangun rumah yang besar. Dan bagi yang mempunyai rumah yang besar merasa rugi dan menyesal tidak dapat memiliki rumah yang mewah dan megah."


Sumber : Majelis Ulama dan Wali