Biografi Habib Umar bin Muhammad bin Hud Al-Attas (Cipayung)
- by Rozi
- 27.242 Views
- Kamis, 19 Januari 2023

Daftar Isi Biografi Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Nasab Keluarga
1.4 Wafat
2. Sanad Keilmuan
2.1 Guru-guru
3. Penerus
3.1 Anak-Anak
3.2 Murid-Murid
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Perjalanan Hidup
4.2 Perjalanan Dakwah
4.3 Menjadi Ulama Diakui di Mancanegara
5. Karomah
6. Teladan Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas
7. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Al-Allamah Al-Arifbillah Al-Quthub Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas dilahirkan oleh seorang wanita shalihah bernama Syarifah Nur binti Hasan Al-Attas di Huraidhah, Yaman Selatan pada tahun 1313 H (1892 M).
Suatu saat Al Allamah Arifbillah Al Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, seorang Waliyullah besar di kota Huraidhah menyampaikan bisyarah perihal kehamilan Syarifah Nur. Berkata Habib Ahmad, “Beliau akan melahirkan seorang anak laki-laki yang panjang usianya, penuh dengan keberkahan serta akan banyak orang yang datang untuk bertawassul dan bertabarruk padanya, hendaklah beliau diberi nama Umar, sebagai pengganti kakaknya yang juga bernama Umar, yang telah wafat ketika berada di Indonesia bersama ayah beliau.” Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Habib Ahmad, beliau diberi umur yang panjang, usia beliau mencapai 108 tahun dan seluruh usianya itu senantiasa berada dalam keberkahan.
1.2 Riwayat Keluarga
Dalam pernikahan Habib Umar bin Muhammad bin Hud Al-Attas di karuniai beberapa orang Putra dan putri diantaranya adalah :
1 Habib Husain
2 Habib Muhammad
3 Habib Salim
4 Syarifah Raguan.
1.3 Wafat
Beliau berpulang ke hadirat Tuhan Yang Agung pada Rabu malam Kamis, tanggal 11 Agustus 1999 M (1420 H) pada usia 108 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Al Hawi, Cililitan, Kalibata, Jakarta sesuai dengan wasiat beliau.
Banyak Kejadian Aneh Ketika Beliau Meninggal Dunia Jalan Condet Tutup Karena banyaknya Para Jamaah....Dari Pasar Rebo Sampai Kompor Cawang Nuki Jalan Sepanjang Itu Dipenuhi lautan Jamaah Yang Berwarna Putih
Seorang nenek-nenek Berkata "Masya Allah sudah 5 kali saya pergi Haji tapi belum pernah saya melihat orang sebanyak Ini" padahal secara logika ga mungkin jamaah yang hadir lebih banyak daripada jamaah Haji di Tanah Suci karena di sana berjuta-juta orang yang datang untuk melaksanakan ibadah Haji.
2. Sanad Keilmuan
Ketika berada di Indonesia, Selain belajar kepada ayahandanya, beliau juga menimba ilmu kepada ulama-ulama Ahlubait di Indonesia.
Diantara ketekunan beliau dalam menimba ilmu, beliau senantiasa mendatangi majelis Habib ‘Abdullah bin Muhsin Al-Attas di Keramat Empang, Bogor dengan menggunakan sepeda, padahal beliau tinggal di Jakarta.
2.1 Guru-guru Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas
- Habib Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas
- Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas Keramat Empang, Bogor
- Habib Muhsin bin Muhammad Al-Attas Al-Hawi, Jakarta
- Habib Alwi Al Attas Az-Zabidi Jakarta
- Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad Bogor
- Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi Gubah Ampel, Surabaya
- Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor Bondowoso
3. Penerus Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas
3.1 Anak-anak
1 Habib Husain
2 Habib Muhammad
3 Habib Salim
4 Syarifah Raguan.
3.2 Murid Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Perjalanan Hidup
Habib Umar Bin Hud Al-Attas adalah seorang ulama dan konon beliau juga seorang Wali Quthub usianya lebih dari 100 tahun dilahirkan di penghujung abad ke 19 di Hadramaut, Yaman Selatan.
Habib Muhammad, ayah Habib Umar telah lebih dulu tinggal di Indonesia, setelah sebelumnya selama 20 tahun beliau mengabdikan dirinya menjadi imam di Masjid Syaikh Abdul Qadir Al Jailani yang berada di kota Huraidhah.
Habib Umar mempunyai beberapa orang saudara, diantaranya Habib Umar (kakaknya yang telah meninggal sebelum beliau lahir) dan Habib Salim yang mengasuh beliau ketika kecil. Di sana beliau tinggal bersama Ibunya, Sedangkan Ayahnya berada di Indonesia. Dengan sabar beliau mengurus Ibundanya yang lumpuh dan sudah terbaring di ranjang selama bertahun- tahun. Setelah Ibunda beliau meninggal dunia tepatnya ketika beliau berumur 15 tahun, beliau diminta datang ke Indonesia oleh Ayahandanya.
4.2 Perjalanan Dakwah
Setelah dirasa cukup dalam menimba ilmu beliau akhirnya menetap di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Beliau berdakwah sambil berjualan kain di Pasar Tanah Abang. Kemudian dilanjutkan dengan membuka pengajian dan Majelis maulid di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat.
Majelis Maulid yang beliau pimpin mungkin lain dibandingkan dengan acara-acara maulid di majelis lain adalah, tidak ada ceramah-ceramah setelah baca maulud. Acaranya langsung saja yakni baca maulud, dzikir dan ditutup dengan do’a. Tidak adanya ceramah-ceramah yang sudah tradisi sejak lama itu, karena Al Habib Umar khawatir akan menimbulkan saling serang dan fitnah.
Tahun 1965 M, beliau mendapat isyaroh untuk menetap di Kota suci Makkah Al-Mukarromah. Maka berangkatlah Habib ‘Umar bersama 11 orang saudaranya dengan menggunakan kapal laut. Ketika di tengah laut, datang badai yang menyebabkan kapal itu akan oleng. Melihat hal demikian, maka beliau memerintahkan semua yang ada di kapal itu untuk membaca Rotib Al-Attas, hingga dengan izin Allah meredalah badai itu. (Subhanallah)
Setelah beberapa tahun mukim di Makkah, beliau hijrah lagi ke Singapura, kemudian kembali lagi ke Indonesia dan tinggal di kawasan Pasar Minggu, Jakarta. Disana beliau membangun sebuah Masjid dan Madrasah yang diberi nama Assa’adah. Nama Assa’adah yang berarti kebahagiaan adalah pemberian dari Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Tanggul, Jember). Kepengurusan masjid dan madrasah tersebut kemudian dipegang oleh putra beliau, Habib Salim bin ‘Umar Al ‘Atthos.
Setelah sekian lama tinggal disana, beliau pindah lagi ke kawasan Condet, Jakarta Timur hingga akhir hayat beliau. Setiap hari beliau memimpin shalat Shubuh di kediamannya, di Condet, pada hari biasa terdapat sekitar 300 orang, dan khusus pada hari Jum’at meningkat menjadi 1.000 orang. Setiap Sabtu beliau mengajar Fiqih, dan setiap malam Jum’at mengadakan pembacaan Maulid Addiba’i di Cipayung, Bogor, dari sanalah beliau dikenal dengan nama Habib Umar Cipayung.
Setiap tahun Habib ‘Umar senantiasa melaksanakan acara Maulid Akbar di Cipayung, Bogor. Peringatan Maulid ini dihadiri oleh ribuan orang, dari dalam dan luar negeri. Untuk jamuannya, beliau menyembelih 1.600 kambing, dua unta dan memasak 25 ton beras. Jika ditanya darimana uang sebanyak itu, beliau hanya menjawab “Dari Allah.”
Karenanya tidak heran kalau orang menyebut Maulid Nabi yang diselenggarakan Habib Umar di Cipayung sebagai Maulid Internasional. Maulid ini dihadiri sekitar 100.000 jamaah, termasuk ratusan jamaah dari mancanegara.
4.3 Menjadi Ulama Yang Diakui di Mancanegara
Sekitar tahun 1950-an, beliau ke Mekkah dan bermukim selama beberapa tahun dan selama di Mekkah beliu menggunakan kesempatan tersebut untuk belajar kepada ulama-ulama setempat. Tapi, sayangnya, saat hendak kembali ke Indonesia, beliau tertahan di Singapura.
Pasalnya, pada awal 1960-an terjadi konfrontasi antara RI dan Malaysia, sementara Singapura masih merupakan bagian negara itu. Al Habib Umar baru kembali ke Tanah Air setelah usai konfrontasi, pada awal masa Orde Baru. Tapi, rupanya banyak hikmah yang diperoleh di balik kejadian tersebut. Karena, selama lebih dari lima tahun di Malaysia dan Singapura, ternyata beliau sangat dihormati oleh umat Islam setempat, termasuk di Brunei Darussalam.
Seperti dikatakan oleh pihak keluarga, Habib Umar bukan saja dihormati oleh Sultan Johor, juga Sultan-sultan lainnya di Malaysia. Sedangkan di antara pejabat Malaysia yang sering mendatangi kegiatan Habib Umar di Indonesia, di antaranya Menteri Pendidikan Naguib Tun Razak. Sedangkan dari Singapura, Achmad Mathar, Menteri Lingkungan Hidup juga beberapa kali mendatangi Habib Umar. Juga menteri dari Brunei, termasuk beberapa anggota kerajaan. Sedangkan menurut Haji Ismet, mereka itu sering datang mengunjungi Habib Umar, bukan hanya pada saat-saat peringatan Maulid saja.
5. Karomah Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas
Pernah waktu semasa hidupnya waktu SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) sedang boomingnya karena SUDOMO (Sekarang Tenarnya TOGEL), ada seseorang minta nomer sama beliau, dan beliau memberikan nomer tersebut dengan syarat apabila nanti dapat uangnya di bawa kesini tepatnya Cipayung tempat Pesantren Beliau di Puncak.
Setelah beberapa hari akhirnya orang itu datang ke Cipayung Puncak dengan membawa uang itu sebanyak 2 karung karena memang cukup besar hadiah SDSB itu, yaitu 1 Milyar. Lalu beliau menyuruh menaruh uang itu di dalam bak plastik lalu ditutupi Kain. setelah di buka ternyata Uang itu Berubah Menjadi Darah....Lalu Beliau Berkata "Inilah bentuk asli uang Itu, Jika kau gunakan uang Itu..sama saja kau menghisap darah saudaramu sendiri" lalu orang Itu langsung bertaubat di hadapan beliau.
6. Teladan Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al-Attas
Habib Umar Cipayung anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tua dan beliau adalah sosok yang tekun dalam menimba ilmu, beliau senantiasa mendatangi Majelis Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas di Keramat Empang, Bogor dengan menggunakan sepeda, padahal beliau tinggal di Jakarta.
Beliau mencurahkan seluruh waktu, tenaga, dan harta hanya untuk kepentingan dakwah, yang dimulai dengan membukan Majelis Maulid di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Kemudian membangun Masjid dan Madrasah di daerah Pasar Minggu yang diberi nama Assa’adah. Nama Assa’adah yang berarti kebahagiaan adalah pemberian dari Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Tanggul, Jember). Kepengurusan masjid dan madrasah tersebut kemudian dipegang oleh putra beliau, Habib Salim bin Umar bin Hud Al-Attas.
Setiap hari beliau memimpin shalat Shubuh di kediamannya, di Condet, pada hari biasa terdapat sekitar 300 orang, dan khusus pada hari Jum’at meningkat menjadi 1.000 orang. Setiap Sabtu beliau mengajar Fiqih, dan setiap malam Jum’at mengadakan pembacaan Maulid Addiba’i di Cipayung, Bogor, dari sanalah beliau dikenal dengan nama Habib Umar Cipayung.
Setiap tahun Habib ‘Umar senantiasa melaksanakan acara Maulid Akbar di Cipayung, Bogor. Peringatan Maulid ini dihadiri oleh ribuan orang, dari dalam dan luar negeri. Untuk jamuannya, beliau menyembelih 1.600 kambing, dua unta dan memasak 25 ton beras. Jika ditanya darimana uang sebanyak itu, beliau hanya menjawab “Dari Allah.”
Karenanya tidak heran kalau orang menyebut Maulid Nabi yang diselenggarakan Habib Umar di Cipayung sebagai Maulid Internasional. Maulid ini dihadiri sekitar 100.000 jamaah, termasuk ratusan jamaah dari mancanegara.
7. Referensi
Diambil dari berbagai sumber
Lokasi Terkait Beliau
Belum ada lokasi untuk sekarang
Memuat Komentar ...