Biografi KH. Syansuri Badawi, Rektor Universitas Hasyim Asy'ari

 
Biografi KH. Syansuri Badawi, Rektor Universitas Hasyim Asy'ari
Sumber Gambar: KH. Syansuri Badawi (foto istimewa)

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Murid-Murid

5.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
5.1  Meneruskan Tradisi Khataman Shahih Bukhori Muslim
5.2  Menjadi Pengajar

6.    Karir-Karir
7.    Karya-karya
8.    Karomah
9     Chart Silsilah Sanad
10.  Referensi

1. Riwayat Hidup

1.1 Lahir
KH. Syansuri Badawi lahir di Majalengka pada 1918 M. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Badawi (Majalengka) dan Nyai Hamiyah (Cirebon). KH. Syansuri Badawi merupakan salah satu santri kinasih dari Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

1.2 Wafat
KH. Syansuri Badawi wafat Pada hari selasa, 15 Februari tahun 2000 M, pukul 08.30.WIB, KH. Syansuri Badawi wafat meninggalkan kita semua di rumahnya di Desa Ampel Gajah, Ngoro, Jombang.

Penyebab wafatnya beliau yaitu karena penyakit yang beliau idap yaitu penyakit diabetes, seperti yang dituturkan salah seorang putri almarhum, Ibu Nyai Afifah. Menurut putrinya beliau di saat menjelang akhir hayatnya, masih tampak sehat. Tidak ada gejala penyakit diabetesnya kambuh. Pagi hari sebelum meninggal, buya masih sempat meminta maaf pada keluarga lalu tidur.

Beliau dimakamkan pukul 13.30 WIB di kompleks pemakaman Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an, Tebuireng, Jombang. Makam almarhum berdekatan dengan makam KH. Yusuf Mashar (pendiri Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an). Hadir dalam pemakaman antara lain, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH. Yusuf Hasyim, Ketua Robithah Ma’ahid Islami (RMI) KH. Aziz Masyhuri, juga dihadiri, mulai para kyai, santri, murid, birokrasi, politisi, dan masyarakat umum. 

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Syansuri Badawi dididik langsung oleh orangtuanya, Beliau mendalami ilmu Al-Qur’an dan dasar agama lainnya. Selanjutnya beliau belajar ke Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Tidak cukup puas belajarnya di sana beliau kemudian melanjutkan menuntut ilmu belajar ke Pesantren Tebuireng Jombang.

Di Tebuireng, beliau dididik langsung oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Di antara kitab-kitab yang beliau pelajari adalah Shahih Bukhori, Shahih Muslim, Tafsir Al-Baidlowi, Al-Muhdzab, Fathul Wahhab, Ihya Al-Ulum Ad-Din, Al-Mahally, dan lain-lain. Ketika KH. Syansuri belajar di Tebuireng, beliau sudah memiliki bekal ilmu yang cukup banyak dan matang dari pesantren sebelumnya, sehingga ketika di Tebuireng beliau hanya mengembangkan keilmuan yang telah didapatkan dari pesantren sebelumnya.

Ketika nyantri di Tebuireng, beliau tidak seperti santri lainnya yang hanya fokus ngaji, belajar, dan menimba ilmu, akan tetapi karena dalam hal ekonomi mengalami persoalan, maka  beliau berdagang kecil-kecilan, untuk menutupi persoalan ekonominya.

Namun, kondisi itu tidak membuat spirit Kyai Syansuri kendo malah sebaliknya, justru hal itu malah melecutkan tekad beliau yang semakin berkobar-kobar dalam menuntut ilmu, agar kadar keilmuan beliau tak kalah dengan santri yang lainnya.

Pada tahun akhir 1930-an beliau sudah dipercaya oleh Hadratusayaikh untuk mengajar para santri. Ini menandakan bahwa beliau sudah diakui keilmuannya oleh KH. Hasyim Asy’ari. Mungkin sebab dipercaya gurunya untuk mengajar di Tebuireng, beliau enggan pulang dan memilih mengabdikan total jiwanya, untuk pesantren almamaternya, hingga beliau dipanggil Allah subhanahu wa ta'ala.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Badawi Majalengka (ayah),
  2. KH. Amin Sepuh,
  3. Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

3. Penerus

3. Murid-Murid
KH. Syansuri adalah sosok yang mampu mencetak murid-murid yang handal dan berlabel nasional bahkan internasional. Ini dilihat dari banyak santri beliau yang lulus dari Perguruan Tinggi di dalam dan luar negeri dan ada yang sebagian bergelar doktor dan professor juga ada yang menjadi ulama menjadi pengusaha, menjadi politikus dan aktifis nasional, dan lain-lain. Seperti:

  1. Prof DR KH. Ma’ruf Amin (Wakil Presiden),
  2. Prof. Dr. Ali Mustafa Ya’qub (Mantan Imam besar masjid Istiqlal),
  3. KH. Lukman Hakim (Pimred Majalah Sufi),
  4. KH. Musta’in Syafi’i,
  5. KH. Farid Zaini (Pengasuh pesantren Al-Munawwaroh),
  6. KH. Habib Ahmad, 
  7. KH. Kamuli Khudhari, dan lainnya.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Meneruskan Tradisi Khataman Shahih Bukhari dan Muslim
Sudah sejak lama KH. Syansuri meneruskan tradisi khataman kitab Shahih Bukhori dan Muslim yang dibacanya saat bulan Ramadhan, bahkan ketika beliau sudah di Jakarta (menjadi anggota DPR RI). Beliau termasuk generasi ketiga Qori’ Kitab Shahihain, yang mana beliau meneruskan dari KH. Idris Kamali.

Setelah beliau udzur karena sudah sepuh, tradisi ini sempat diteruskan oleh Gus Ishom Hadzik, akan tetapi hanya satu kali khataman, yaitu membaca kitab Shahih Muslim, sekitar tahun 1998-an. Selanjutnya tradisi ini dilanjutkan oleh murid KH. Syansuri, yaitu KH. Habib Ahmad dari Perak. Sekarang yang melanjutkannya adalah KH. Kamuli Khudhari yang juga muridnya KH. Syansuri, dikarenakan KH. Habib Ahmad sudah udzur sepuh.

Dikisahkan, ketika beliau ngaji kitab Shahih Bukhori dan Muslim, pengajian yang dimulai setelah shalat Tarawih, hingga menjelang waktu sahur,  itupun diingatkan oleh santrinya. Sungguh jiwa beliau dipenuhi oleh cinta ilmu, hingga waktupun sampai lupa. Juga, ketika beliau mengaji, gaya duduk beliau tidak berubah-ubah, tetep dengan keadaan sila, walaupun pengajiannya menghabiskan waktu yang cukup lama. Seakan-akan beliau itu tidak ada capeknya ketika mengajar. Ada joke di kalangan santri, “Niru duduknya saja tidak mampu, apalagi niru ilmunya”.

5.2 Menjadi Pengajar
Selain mengajar dua kitab babon tersebut, KH. Syansuri juga mengajar berbagai kitab di pesantren Tebuireng, seperti kitab Ihya Ulumiddin, Al-Mahlli, Fathul Wahab, Al-Muhadzab, Al-Qulyubi, Tafsir Al-Baidlowi, Asybah wa Nadoir, dan lain sebagainya. Adapun waktunya, pengajian ini dilaksanakan  setelah shalat Maghrib dan setelah shalat Subuh. Selain mengajar di Masjid pesantren, beliau juga mengajar di Madrasah Salafiyah Syafiyah Tebuireng, dengan mata pelajaran Fathul Muin, Ilmu Faroid, Al-Luma’, dan Asybah wa Nadoir.

Di mata beliau, ngaji adalah hal yang utama dan itu adalah makanan pokok santri. Beliau sangat tidak suka dengan santri yang puasa-puasa tirakat, sehingga menyebabkan ketika ngaji ngantuk dan tidak fokus. Beliau pasti marah jika ada santri yang seperti itu.

Thoriqohnya beliau itu Ta’lim dan Ta’allum, ini yang beliau pegang sampai akhir hayat. Dikisahkan oleh putranya, ketika KH. Syansuri masih menjabat DPR, suatu saat beliau sakit, sehingga beliau minta pulang ke Tebuireng untuk mengajar, dengan mengajar itu sakit beliau langsung sembuh. Ngajar sebagai obat sakitnya orang yang cinta ilmu.

Dan di antara hal yang sulit ditinggalkan KH. Syansuri adalah mutola'ah kitab sebelum mengajar. Walaupun beliau sudah Alim Allamah, beliau tidak pernah meninggalkan mutola’ah kitab. Walaupun, seandainya beliau langsung mengajar kitab yang baru dikenalnya, pasti beliau langsung bisa mengajarkannya. Akan tetapi, hal seperti ini beliau tinggalkan. Thoriqoh Mutola'ah sebelum mengajar yang beliau pilih.

6. Karir-Karir

  1. Rektor Universitas Hasyim Asy'ari,
  2. Anggota DPR RI.

7. Karya-karya
Salah satu dari semangat beliau dalam ta’lim wa ta’allum yang harus dicatat adalah keaktifannya dalam mengembangkan khzanah islam, terlebih dalam dunia literasi. KH. Syansuri adalah termasuk kyai yang memiliki tradisi menulis. tradisi menulisnya ini mungkin tumbuh dari tradisi membacanya yang kuat, dan uswah yang sudah diajarkan oleh gurunya Hadratussyiakh KH. Hasyim Asy’ari yang aktif menulis, sehingga menghasilkan 20 lebih karya.

Beliau juga senantiasa aktif membaca buku dan mutholaah kitab. Yang mana, kitab tersebut disarikan dan dijadikan refrensi karya-karya beliau. Maka tak heran jika karya yang beliau ciptakan memiliki nilai dan berbobot yang tinggi. Dari karya-karya beliaulah, beliau baca karya tersebut di bulan Ramadhan ketika sudah udzur sepuh dan sebagian menjadi Muqoror di Madrasah Salafiyah Syafi’iyyah dan UNHASY.  Diantara karya beliau:

  1. Ushul Fiqih, karya beliau ini sudah ditahqiqdan dita’liq oleh Dr. Johari Sidroh (Murid KH. Syansuri dan guru senior di Pesantren Tebuireng)
  2. Ilmu Faroidl, karya beliau ini sudah ditahqiqdan dita’liq oleh salah satu mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari
  3. Ahwal Asy-Syahsiyah(Munakahat), masih berupa tulisan tangan.
  4. Al-Hadis.

8. Karomah
Memang tampak pada diri KH. Syansuri, beliau merupakan pendidik sejati dan juga cinta terhadap ilmu pengetahuan. Beliau juga sosok yang selalu dekat kepada Allah. Sehingga Allah menurunkan Fadol-Nya kepada beliau. Selain sosok yamg dekat kepada (kekasih) Allah, KH. Syansuri juga seorang yang ahli ilmu agama atau ulama. Imam As-Syafi’i pernah berkata, ”Kalau Fiqih yang mengamalakan ilmunya itu bukan wali Allah, niscaya Allah tidak memiliki wali”.

Diantara karomah beliau, seperti yang diceritakan oleh Kyai Mustaqim Askan, suatu hari Tebuireng hujan lebat dan pada saat itu juga jadwal pengajiannya KH. Syansuri. Semua santri yang berada di masjid menduga bahwa pengajian ini akan libur. Akan tetapi tak disangka beliau datang dengan mengenakan jubah putih menuju ke masjid tanpa memakai payung. Anehnya, jubah dan kitabnya pun tidak basah. Kisah ini banyak disaksikan banyak santri.

Syahdan, ketika di masa penjajahan Jepang yang dikenal sangat kejam sekali, lebih kejam dari pada Belanda. Bahwa suatu hari tentara Jepang melakukan operasi mencari tokoh-tokoh pesantren, yang menurut mereka bisa membahayakan kedudukan kolonial di Indonesia. Saat tentara Jepang menyusur rumah KH. Syansuri Badawi, Beliau berubah menjadi kecil dan masuk di dalam botol. Jadi ketika Jepang mencari-cari KH. Syansuri di kediamannya, Jepang tidak menemukannya. Itulah diantara karomah KH. Syansuri dan masih banyak karomah beliau.

9. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Syansuri Badawi dapat dilihat DI SINIdan chart silsilah sanad murid dapat dilihat DI SINI.

10. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: Buku Mengais Tradisi dari Kyai Syansuri Badawi


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 13 September 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 13 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya