KH. Musthofa lahir pada Tahun 1930 M di Desa Tambakrejo, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan.
Sejak kecil, beliau diasuh dan besarkan dalam kultur keagamaan yang sangat kuat. Karena beliau berasal dari keluarga agamis, maka beliau belajar ilmu agama pertamanya dari kelaurga terdekat, yakni kedua orang tuanya.
KH. Muhammad Djunaidi lahir pada tanggal 2 Februari 1906 di Kwitang, Jakarta. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Abdul Azis (Kwitang) bin Sainan dengan Nyai Hj. Hasnah binti H. Dahlan bin H. Alwi.
Ciri khas NU lainnya adalah isi kajian Buya Syakur lebih mengutamakan kehidupan bermuamalah di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.
KH. Salahuddin Wahid atau yang biasa dipanggil dengan sapaan Gus Sholah adalah putra ketiga dari pasangan KH. Wahid Hasyim dengan Nyai Sholichah. Beliau lahir di Tebuireng, Jombang, pada tanggal 11 September 1942.
Kyai Badrus Salam memang sosok yang tegar dan tabah. Meskipun dalam keadaan sakit, kyai Badrus Salam tidak pernah mengeluh, akibatnya keluarga tidak mengetahui kalau Kyai Badrus Salam sakit.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Muhibbi bin Hamzawi, lahir di desa Kajen – Margoyoso Pati. pada tanggal 2 Februari 1938, dari pasangan H Hamzawie Amin dan Hj Fathimah Sukarti.
KH. Faqih Zawawi merupakan sosok ulama yang sangat ramah dan selalu memberikan suri tauladan yang baik bagi semua orang, terutama bagi warga nahdliyin dan para santri.
Tidak lama setelah menyelesaikan Pendidikan di Ponpes Darussalam, beliau mempersunting gadis Gambut. Dan di tempat inilah beliau kemudian mendirikan Pondok Pesantren Al-Mursyidul Amin.
Setelah KH. M. Munawwir wafat (1942 M), Romo Kyai Qodir meneruskan estafet tanggung jawab ayahandanya untuk mengasuh pesantren bersama sang kakak (KH. R. Abdullah Afandi Munawwir) dan adik iparnya (KH. Ali Maksum) dalam usia yang relatif muda, yakni 18 tahun.