Termasuk pada kasus konflik di Palestina, sejak awal NU memberikan perhatian yang lebih khusus dalam bentuk dukungan moral dan uang. Sejarah mencatat komitmen dan konsistensi sikap NU tersebut.
Berbagai tulisan yang akan disajikan akan menggunakan referensi otoritatif dari berbagai kitab sirah karya para ulama. Selanjutnya, Sirah Nabawiyah ini juga dimaksudkan agar kita mengenal dengan baik Rasulullah SAW dan meneladaninya dalam setiap aspek kehidupan.
Selain itu, dalam catatan sejarah disebutkan sekali lagi bahwa fatwa jihad tersebut juga mengilhami adanya peristiwa 10 November 1945. Tidak hanya itu, resolusi ini juga mendorong perjuangan mempertahankan kemerdekaan hingga empat tahun kemudian dan seterusnya.
anggal 5 Oktober 1945 diperingati sebagai Hari Lahir TNI. Tanggal tersebut adalah awal baru sejarah terbentuknya jaringan santri dan tentara nasionalis, yang dimulai dari kemunculan basis kaderisasi kemiliteran di Jawa Timur.
Seperti disebut Tome Pires dalam Suma Oriental, Wangsa Daha (Dayo dalam bahasa Pires karena duta atau intel Portugis dari Malaka tahun 1514 ini mendengar bunyi "Daho" dari mulut orang Jawa kala mengucapkan Daha kala itu) berniat membangun aliansi strategis Kedhiri-Portugis.
Slogan “NKRI Harga Mati” dipopulerkan atau lebih tepatnya telah dipatenkan oleh KH. Muslim Rifai Imampuro pada saat Amin Rais mengusung ide negara federasi. Ketika itu Mbah Lim menanggapi ide negara federasi dengan slogan lantang “NKRI Harga Mati”.
"Penyambung Lidah Rakyat" tersebut menanyakan bagaimana hukumnya orang-orang Belanda yang masih bercokol di Irian Barat. Kyai Wahab menjawab tegas, bahwa hukumnya adalah sama dengan orang yang "ghasab."
Ketika Pangeran Diponegoro tertangkap dan akan dibawa oleh pasukan Belanda, beliau mendapat kesempatan untuk membisikkan sebuah pesan kepada Kyai Badrudin untuk segera menanam pohon sawo, yang lalu pesan ini diteruskan kepada kyai-kyai lainnya.
Fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh PBNU menjadi titik tolak perjuangan para kyai dan juga santri-santrinya.
Jadi tidak bisa dipungkiri bahwa para ulama, kyai, sayyid atau habib, santri, mereka semua mempunyai peran penting dalam membina patriotisme bangsa dan menanamkan jiwa nasionalisme.