Kenapa Ulama Aswaja Melarang Masyarakat untuk Demo?

 
Kenapa Ulama Aswaja Melarang Masyarakat untuk Demo?

LADUNI.ID, Jakarta – Suatu ketika, seorang ustadz dan jamaah terlibat dalam sutu dialog mengenai siapakah yang akan dijadikan figur jika hidup di zaman Khalifah Usman bin Affan.

Ketika itu, sang ustadz bertanya, “Jika kalian hidup di zamanya Khalifah Ustman Bin Affan, kira-kira kalian akan memihak siapa?” Tanya sang Ustadz.

Kemudian secara serempak, jamaah kemudian menjawab, “Utsmannnn”

“Yakin?” timpal sang ustadz.

“Yakin tadz, karena beliau sahabat dan mantunya Nabi,” jawab jamaah dengan penuh keyakinan.

Akan tetapi, sang ustadz lantas menjawab, “Kalau saya gak yakin, wong saat itu, banyak Hoax tentang Khalifah Usman. Yang bikin Hoax juga para ulama, yang alim, yang juga hafal Al-quran dan hidupnya sederhana. Dari awal mereka sudah bikin opini kalau Ustman itu telah memperkaya diri, Nepotisme, korupsi, Kolusi dan lain-lain.

“Tercatat dalam sejarah bahwa Utsman juga sesat, karena membangun istana yang megah dan mewah, sedangkan Nabi dan Abu Bakar serta Umar memiliki hidup yang sederhana bahkan tanpa adanya istana.

“Waktu itu, setiap kali dilaksanakan pengajian dan khutbah Jumat, isinya hanya mencaci maki Utsman bin Affan seraya berteriak mengucap takbir. Kalau Utsman masih jadi Khalifah maka dapat dipastikan Daulah Islamiyah bisa bangkrut atau malah menjadi Dinasti seperti Romawi yang pada akhirnya juga runtuh.

“Sementara itu, Utsman sendiri sosok pendiam yang tak pernah berpidato di depan umum membalas setiap hujatan pada dirinya.

“Jadi gimana? Masih tetap yakin pilih Utsman atau ulama-ulama yang protes itu?”

Meski sedikit kebingungan, tetapi para jamaah tetap menjawab, “Ya tetap pilih Utsman tadz. Saya siap mati bela dia kalau hidup di jamannya.”

Kemudian sang ustadz menimpali: “Gak mungkin, wong sekarang aja kalian lebih percaya hoax asalkan ada tulisan dari ulama. Langsung disebarin secepat cahaya. Diajakin demo sama ustad langsung cabut berangkat tanpa mikir. Iya to?

“Ulama-ulama dari Mesir saat itu sudah ngasih fatwa bunuh Utsman. Ada 1000 orang dari Mesir demo ke Madinah. Ada juga 1000 dari Kufah dan Basrah, Irak.

“Orang Madinah aja, yang pinter-pinter, banyak yang terkena provokasi demo mereka apalagi kalian. Paling ya ... cuma dengar teriakan suara takbir ... ya sudah maju ke depan bawa golok.

“Apalagi kalau tahu bahwa yang jaga rumahnya Utsman tidak bawa senjata. Pasti makin beringas. Ustman bahkan dibunuh saat membaca Al-Quran, yang membunuh juga teriak-teriak takbir. Sampai 3 hari, jenazah Ustman baru dimakamkan. Yang memakamkan hanya 12 orang saja, karena para pendemo masih mengepung rumah Ustman. Itupun akhirnya, Jenazah Utsman dikuburkan di Pemakaman orang Yahudi, bukan di Baqi tempat para sahabat.

“Jadi gimana? Kalau semisal kalian hidup di zaman Utsman, pilih Ustman atau Ikut demo?”

Jamaah kemudian terdiam seribu bahasa.

“Inilah kenapa ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah melarang dan mengharamkan protes atau demonstrasi atau unjuk rasa, karena golongan yang semacam ini mudah diprovokasi emosinya daripada akal logikanya,” kata si ustadz menegaskan.