Realisasi Idul Fitri Pasca Ramadhan

 
Realisasi Idul Fitri Pasca Ramadhan

LADUNI. ID, KOLOM-Saat ini telah berada di bulan Syawal pasca menuanaikan ibadah puasa Ramadhan. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri menjadi insan bertaqwa.

Kita mengetahui bersama bahwa bulan syawal merupakan bulan kemenangan setelah sebulan penuh “berjihad” dalam beribadah pada bulan Ramadhan.

Syawal juga bulan ibadah dan sebulan penuh merupakan hari raya. Salah satu ibadah yang menjadi ciri khas dalam bulan Syawal adalah silaturrahmi.

Apabila kita bandingkan dengan bulan lain, di bulan Syawal inilah umat Islam paling banyak melakukan ibadah dalam bingkai silaturrahmi.

Hal ini dapat dibuktikan salah satunya dengan adanya mudik ke kampung halaman masing-masing untuk saling bermaafan dengan saudara dan tetangga serta masyarakat pada umumnya

Makna Aid

Idul Fitri berasal dari dua kata "Aid" dan "fitri". Kata aid berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya kembali. Asal kata " 'Ada-Ya'udu-Aid", sebenarnya " ' Udan" (ain, waw dan dzal)  berubah menjadi " Aid" karena mengikuti huruf kasrah,maka "waw" berubah kepada "yaa" sehingga jadilah "Aid"

Mengkaji secara "Aid" secara bahasa berasal dari kata "aada – ya’uudu", yang artinya kembali. Hari raya disebut ‘id karena hari raya terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan setiap tahun, pada waktu yang sama. Ibnul A’rabi mengatakan: "Hari raya dinamakan id karena berulang setiap tahun dengan kegembiraan yang baru". (Kitab Lisan Al-Arab, 3/315).

Namun ada juga yang mengatakan, bahwa kata id merupakan turunan kata Al-Adah [arab: العادة], yang artinya kebiasaan. Karena masyarakat telah menjadikan kegiatan ini menyatu dengan kebiasaan dan adat mereka. (Tanwir Al-Ainain, h. 5)

Pengertian Fitri

Kata fitri berasal dari kata afthara – yufthiru  yang artinya berbuka atau tidak lagi berpuasa. Disebut idul fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan keadaan kaum muslimin yang tidak lagi berpuasa ramadhan.

Sementara itu hadist tentang anjuran untuk menyegerahkan berbuka. Telah disebutkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah saw bersabda:

“Agama Islam akan senantiasa menang, selama masyarakat (Islam) menyegerakan berbuka. Karena orang yahudi dan nasrani mengakhirkan waktu berbuka.” (HR. Ahmad 9810, Abu Daud 2353, Ibn Hibban 3509)

Dalam hadist yang lain juga disebutkan, berbunyi:"Umatku akan senantiasa berada di atas sunahku, selama mereka tidak menunggu waktu berbuka dengan terbitnya bintang.” (HR. Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya 3/275)

Sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci. Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari afthara – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW:

”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitritanpa makan beberapa kurma sebelumnya." Dalam Riwayat lain: "Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil." (HR Bukhari).

Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian di atas adalah hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan. Oleh karena itulah salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa. 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi (HABeL), Staf Pengajar Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga