Realisasi Esensi Mudik

 
Realisasi Esensi Mudik

LADUNI. ID, kolom- Kesibukan umat Islam dalam mudik dan Idul Fitri menarik dicermati. Dan lebih menarik lagi jika kita menjadikan momentum itu sebagai dasar otokritik pemahaman keagamaan yang lebih fungsional bagi penyelesaian banyak problem kemanusiaan. Kritik diri itu terasa pas dengan momentum hari raya fitrah.


Di antara sumber etika bagi otokritik itu adalah pesan kenabian di dalam risalah Nabi Muhammad SAW, yang kelihatannya mesti dibedakan dari konstruksi ajaran Islam menurut versi ulama klasik maupun modern.

Otokritik terpenting bahwa tanpa kita sadari, konstruksi ajaran Islam versi ulama pasca risalah kenabian acapkali kita tempatkan dalam posisi amat sentral.

Karenanya, hampir-hampir telah menutup kesempatan bagi kita menerobos dan menelusuri kembali risalah kenabian Muhammad yang bebas dari pengaruh para penafsir pasca kenabian itu sendiri.

Inilah yang sangat perlu dicermati kaum Muslimin, justru ketika kita sedang berada dalam prosesi mudik di hari raya fitrah.

Dalam konteks inilah penting dijadikan mudik itu bukan hanya sebagai perbuatan diri kita menuju ke kampung halaman, melainkan perlu pula mencari makna hakikinya menuju ke kefitrahan dengan cara memahami ajaran Islam yang sesungguhnya.

Apa sebetulnya hikmah tradisi mudik dan semua ibadah yang menandai kepedulian Islam terhadap perkara kemanusiaan dan sosial-kebangsaan, terutama yang berhubungan ajaran zakat fitrah dan zakat maal?

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN