Gara-Gara Teknologi, Tiga Bisnis Ini Nyaris Punah

 
Gara-Gara Teknologi, Tiga Bisnis Ini Nyaris Punah

LADUNI.ID, Jakarta - Kemajuan teknologi yang begitu pesat, membuat pelaku bisnis mengalami kebangkrutan. Sesuatu yang berbau digital ternyata lebih disukai khalayak daripada sesuatu yang masih konvensional, sehingga membuat bisnis-bisnis tersebut nyaris punah.

Seperti dilansir dari laman Money Smart, terdapat tiga bentuk bisnis yang nyaris punah gara-gara kemajuan teknologi. Bisnis apa saja itu?

1. Jenis Bisnis Retail Konvensional

Menjamurnya bisnis e-commerce, yang memungkinkan seseorang berbelanja secara online, membuat bisnis retail konvensional mengalami kelesuan. Sejak beberapa tahun belakangan satu demi satu retail konvensional ternama berguguran, menutup sebagian tokonya, atau bahkan menutup bisnis seutuhnya.

Baik itu retail makanan sampai fesyen, semua ikut terkena dampak kemajuan teknologi. Jenis bisnis yang menjajakan banyak produk dalam satu tempat ini sudah kurang menarik lagi bagi masyarakat modern saat ini. Alasan kepraktisan menjadi penyebab utama banyak yang berpaling dari konvensional ke digital.

Gimana gak praktis, kalau dulu berbelanja harus datang langsung ke toko, naik angkutan umum, berjalan kaki, panas-panasan. Beda dengan sekarang, mau belanja apapun tinggal pilih apa yang mau dibeli, transfer pembayaran, lalu duduk manis nunggu barang datang.

Baru-baru ini, toko retail ternama Giant, menutup sejumlah tokonya. Hal ini dikarenakan angka penjualan mereka yang terus mengalami penurunan. Demi menyelamatkan bisnis ke depannya, terpaksa deh ditutup.

2. Agen Perjalanan Konvensional

Dulu, orang menggunakan jasa agen perjalanan untuk membeli tiket. Hal ini karena agen-agen tersebut sangat mudah ditemukan di setiap sudut kota dan juga menawarkan kemudahan dalam bertransaksi. Bagaimana gak mudah, kita tinggal sebut saja tanggal keberangkatan, mau moda transportasi apa, tinggal kasih deh uangnya, selesai, tiket di tangan.

Tapi kini, jenis bisnis tersebut sudah mulai tersingkirkan dengan banyaknya agregator pemesanan tiket di internet. Sebut saja ada Traveloka, Tiket.com, Pegi-Pegi, dan masih banyak lagi. Mereka menawarkan segudang kelebihan dibandingkan agen perjalanan konvensional.

Kelebihan dari para agregator tersebut yang pertama adalah bisa diakses kapan saja dan dari mana saja, asalkan punya smartphone yang terkoneksi internet. Transaksinya bisa dilakukan dengan berbagai metode, dari transfer bank, dompet digital, hingga kartu kredit. Yang terpenting, banyak promo menarik seperti potongan harga maupun cashback yang mungkin tidak ditawarkan agen konvensional. 

Selain Giant, beberapa retail lainnya sudah lebih dulu gulung tikar, seperti Lotus dan Debenhams yang tutup di tahun 2017. Kemudian ada Hero yang menutup 26 gerainya di awal 2019, dan terakhir Centro Plaza Semanggi.

3. Media cetak

Terakhir, jenis bisnis yang terancam punah bahkan sudah ada yang gulung tikar adalah media cetak. Kenapa bisnis ini lesu? Karena kini semuanya sudah beralih ke media digital. Lewat ponsel, semua orang bisa mengakses berita kapan saja dan di mana saja.

Keunggulannya bila dibanding koran, pembaruan berita selalu dilakukan setiap saat bahkan setiap detik. Kalau koran kan, mesti menunggu besok paginya buat tahu berita terbaru.

Di Indonesia, sudah banyak media cetak yang menutup usahanya, seperti koran Sinar Harapan. Surat kabar yang telah berdiri sejak tahun 1960-an itu terpaksa menyetop produksinya pada tahun 2016 karena masalah keuangan. Media cetak yang mengulas tentang dunia sepakbola, Tabloid Bola juga harus berpamitan ke pembaca setianya pada tahun 2018 lalu.

Demi mempertahankan bisnisnya, beberapa media cetak tersebut beralih ke digital, seperti halnya yang dilakukan oleh Jakarta Globe dan Tempo.