Kumpulan Tafsir Q.S. Al-An’am Ayat 108 tentang Larangan Memaki Sesembahan Lain

 
Kumpulan Tafsir Q.S. Al-An’am Ayat 108 tentang Larangan Memaki Sesembahan Lain

LADUNI.ID, Jakarta - Memaki sesembahan lain adalah sifat yang tidak terpuji dan menunjukkan akhlak yang buruk. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an Surah Al-An’am Ayat 108 yang berbunyi:

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”. (Surat Al-An’am Ayat 108).

Banyak tafsir yang menjelaskan mengenai pengertian secara komprehensif tentang makna Surah Al-An’am ayat 108 ini. Tafsir-tafsir tersebut sudah dirangkum dalam beberapa penjelasan seperti di bawah ini.

1. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

108. وَلَا تَسُبُّوا۟ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ فَيَسُبُّوا۟ اللهَ عَدْوًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ (Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan) Yakni janganlah kalian menghina tuhan-tuhan dan sesembahan orang-orang musyrik meskipun itu merupakan seseuatu yang paling hina dan paling berhak mendapat hinaan; agar mereka tidak berbalik menghina Allah secara berlebihan dan melampaui batas kebenaran serta dengan kebodohan mereka atas kewajiban untuk mensucikan Allah.

 كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ(Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka) Yakni berapa buruknya orang yang menganggap baik perbuatan menghina Tuhannya yang Maha Tinggi dan Maha Suci demi membela sebuah patung dan thaghut. Dalam hadist shahih disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: “terlaknatlah orang yang menghina kedua orangtuanya”. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang bisa menghina orangtuanya? Ia menjawab: “yakni dengan menghina bapak orang lain maka orang itu membalas dengan menghina bapaknya, dan ia menghina ibu orang lain maka orang itu membalas dengan menghina ibunya”. Lalu bagaimana dengan orang yang menyebabkan Allah dihina?

2. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

108. Wahai orang-orang mukmin, janganlah kalian mengutuk tuhan-tuhan (berhala-berhala) orang-orang musyrik supaya mereka tidak mengutuk Allah dengan kebencian dan sewenang-wenang serta tanpa tahu tentang Allah, dan hal yang wajib ditujukan kepadaNya berupa sikap ta’zim dan tasbih. Sebagaimana menghiasi kepercayaan orang-orang musyrik tersebut, yaitu penyembahan berhala, Kami juga menghiasai amal perbuatan setiap umat yaitu amal baik dan buruk, lalu mereka mengerjakannya. Kemudian tempat kembali mereka semua di akhirat hanyalah kepada Allah. lalu Dia memberitahu perbuatan mereka di dunia, dan membalas mereka sesuai amal tersebut.

3. Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang kaum mukmin terhadap perkara yang hukumnya boleh, bahkan pada asalnya disyari’atkan, yaitu memaki sesembahan kaum musyrik. Akan tetapi karena “memaki” menjadi sebab kaum musyrik memaki Allah Rabbul ‘alamin, maka Allah melarang mereka. Dari ayat ini diambil kaidah, bahwa hukum wasilah (sarana) tergantung ujungnya ke mana; jika mengarah kepada perbuatan haram, maka sarana itu haram meskipun hukum salnya boleh.

4. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I — هداية الإنسان بتفسير القران

Ayat ini secara khusus ditujukan kepada kaum muslim tentang bagaimana seharusnya bersikap menghadapi sesembahan kaum musyrik. Dan janganlah kamu, wahai kaum muslim, memaki sesembahan seperti berhala-berhala dan lainnya yang mereka sembah selain Allah, karena jika kamu memakinya, maka akibatnya mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas atau tanpa berpikir dan tanpa dasar pengetahuan.

Demikianlah, sudah menjadi sebuah ketentuan yang berlaku sepanjang masa bahwa kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Kemudian pada saat yang telah ditentukan, kepada tuhan tempat kembali mereka, lalu dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan untuk mendapatkan balasan yang setimpal. Belum jera juga kaum musyrik untuk menampilkan argumen penolakan, bahkan mereka mengukuhkan penolakan dengan sumpah.

Dan mereka, yakni kaum musyrik, bersumpah mengukuhkan ucapan mereka dengan menggunakan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa demi Allah, sungguh jika datang suatu mukjizat, yakni mukjizat apa saja yang mereka usulkan selama ini, kepada mereka, pastilah mereka akan beriman kepadanya. Katakanlah kepada mereka, wahai nabi Muhammad, sungguh mukjizat-Mukjizat itu hanya ada pada sisi Allah atau berdasar kuasa-Nya. Jika dia berkehendak, dia akan menurunkannya kepada kalian, dan jika dia tidak berkehendak, maka mukjizat itu tidak akan turun. Dan tahukah kamu, yakni siapa yang memberitahukan kepada kalian, wahai kaum mukmin, bahwa apabila mukjizat datang mereka akan beriman' kenyataannya mereka tidak juga akan beriman.

***

Oleh karena itu, dari beberapa tafsir tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa isi kandungan dari ayat itu adalah: Dan janganlah kalian (wahai kaum muslimin), mencaci maki berhala-berhala yang disembah kaum musyrikin (sebagai bentuk antisipasi) sehingga tidak menyebabkan mereka memaki-maki Allah atas dasar kebodohan dan permusuhan mereka tanpa pengetahuan. Sebagaimana kami menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan buruk mereka sebagai hukuman atas buruknya pilihan mereka, kami pun menjadikan tiap-tiap umat manusia memandang baik perbuatan mereka. Kemudian kepada tuhan mereka, tempat kembali mereka semua. Maka Allah memberitahukan kepada mereka tentang perbuatan-perbuatan mereka yang dahulu mereka perbuat di dunia. kemudian Allah membalas mereka atas perbuatan-perbuatan tersebut.

(Diolah dari berbagai sumber)