Kitab "Nur al-Zhalam" dan Pujian Ulama al-Azhar atas Syekh Nawawi Banten

 
Kitab

LADUNI.ID - Berikut ini adalah bagian halaman terakhir yang memuat kolofon (titimangsa) dari manuskrip kitab “Nûr al-Zhalâm” karangan seorang ulama besar Nusantara asal Banten yang berkarir di Makkah, yaitu Syaikh Muhammad Nawawi b. Umar al-Bantani al-Makki (Syaikh Nawawi Banten, w. 1897). Manuskrip tersebut merupakan koleksi perpustakaan King Saud University, KSA.

Kolofon tersebut menginformasikan jika Syaikh Nawawi Banten mulai mengerjakan karyanya itu pada hari Selasa, masa selepas lohor (zuhur), tanggal 13 bulan Syawwal tahun 1277 Hijri (bertepatan dengan 24 April tahun 1861 Masehi) di kota suci Makkah al-Mukarramah. Karya tersebut kemudian diselesaikan pada hari Sabtu, waktu Dhuha, tanggal 24 di bulan dan tahun yang sama (bertepatan dengan 5 Mei 1861).

Tertulis di sana:
قال المؤلف: وكان ابتداء هذا الكتاب يوم الثلاثاء بعد الظهر في الثالث عشر من شهر شوال المبارك من شهور سنة ألف ومائتين وسبعة وسبعين من الهجرة النبوية على صاحبها أفضل الصلاة وأزكى التحية والاكرام. وقد وافق الكمال يوم السبت وقت الضحى في الرابع والعشرين من ذلك الشهر في مكة المشرفة

(pengarang [Syaikh Nawawi Banten] berkata: adapun permulaan menulis kitab ini adalah pada hari Selasa selepas Zuhur pada tanggal tiga belas bulan Syawwal yang diberkati pada tahun Seribu Dua Ratus Tujuh Puluh Tujuh Hijrah Nabawiyah, semoga doa terbaik dan penghormatan termulia senantiasa tercurah kepada sang pemilik tahun hijrah itu. Adapun penyelesaian karya ini pada hari Sabtu waktu Dhuha tanggal dua puluh empat di bulan yang sama. Bertempat di kota Makkah yang dimuliakan).

Merujuk pada keterangan di atas, hal ini berarti jika dalam menulis karyanya yang berjudul “Nûr al-Zhalâm” ini, Syaikh Nawawi Banten hanya memerlukan waktu selama sebelas belas (11) hari saja, atau satu minggu setengah.

Dalam halaman terakhir manuskrip kitab “Nûr al-Zhalâm” ini juga, terdapat sebuah “taqrîzh” (semacam sambutan atau endorsement) dari seorang ulama besar Al-Azhar di Kairo, Mesir, yang bernama Syaikh ‘Audh al-Ghamrâwî. Beliau menuliskan “taqrîzh” itu dalam bentuk puisi bermetrum (bahr) “al-mutaqârib”. Tertulis di sana:

أروض بعض الزهور أراها # وزاد بما قد حواه بها
وقرتْ عيون المحبين حلا # رواه لأوج المعالى انتها
أبان عن القصد منها فمن # يراها يرى الشمس أفقها
وذاك النواوي محمد من # سما بالمزايا التي قالها

(Aku memasuki taman berbunga [maksudnya: kitab Nûr al-Zhalam ini] yang aku lihat # yang kian bertambah keelokan di dalamnya
Mata para kekasih yang memandangnya pun menjadi teduh # menuntun mereka menuju puncak keelokan tertinggi
Menjelaskan segala sekian maksud, maka barang siapa # memandangnya ia akan merasa memandang matahari bersinar terang di ufuknya
Ialah seorang yang bernama Nawawi Muhammad, seseorang yang # menyandang nama sekian keistimewaan yang dikatakan atasnya)

Informasi lainnya yang bisa kita dapati dari keterangan kolofon di atas adalah masa produktifitas Syaikh Nawawi Banten yang sudah berlangsung sejak pertengahan abad ke-19 M. Di masa itu, Syaikh Nawawi telah melahirkan sejumlah karya genuin yang menjadi sumber rujukan kajian penting dalam ilmu-ilmu keislaman.

Tahun 1859 M (1276 Hijri), misalnya, salah satu karya Syaikh Nawawi Banten telah dicetak di Kairo, Mesir, oleh Mathba’ah Bûlâq (Percetakan Bulaq), sebuah percetakan legendaris di Mesir yang didirikan pasca era Napoleon di awal abad ke-19 M. Karya tersebut adalah “Fath al-Mujîb bi Syarh Mukhtashar al-Khatîb” yang menjelaskan fikih ibadah haji.

Produktifitas kepengarangan ini terus berlangsung hingga masa-masa tua Syaikh Nawawi Banten bahkan menjelang kewafatannya di akhir abad ke-19 M (1897). Pada paruh pertama tahun 1885, ketika Snouck Hurgronje berada di Makkah dan bertemu dengan Syaikh Nawawi Banten yang dikatakannya sudah berusia sepuh, diterangkan jika Syaikh Nawawi Banten pada waktu itu baru saja menyelesaikan sebuah karya besarnya di bidang tafsir al-Qur’an, yang mana dalam hal ini adalah kitab “Tafsîr al-Munîr” atau “Marâh Labîd”.

Kitab “Nûr al-Zhalâm” yang disinggung di atas adalah sebuah karya syarah (penjelasan) atas matan (teks) kitab ‘Aqîdah al-‘Awâm” karya ulama besar dunia Islam di abad ke-18 M asal Mesir, yaitu Syaikh Ahmad al-Marzûqî al-Mâlikî al-Mishrî, yang masih terhitung sebagai salah satu guru langsung dari Syaikh Nawawi Banten. Teks ‘Aqîdah al-‘Awâm berisi kajian dasar-dasar ilmu tauhid (teologi Islam) yang sangat populer dikaji di pelbagai institusi pendidikan dunia Islam.

Selain Syaikh Nawawi Banten, terdapat banyak ulama dunia Islam lainnya yang menulis syarah atas teks ‘Aqîdah al-‘Awâm, di antaranya adalah Syaikh Ahmad al-Marzûqî al-Mishrî sendiri (Tahshîl Nail al-Marâm), Syaikh Yûsuf al-Sunbulâwainî (Hâsyiah ‘alâ ‘Aqîdah al-‘Awâm), Syaikh Abdullah al-Mirdâd (Faidh al-Malik al-‘Allâm), Sayyid Muhammad b. ‘Alawî al-Mâlikî al-Makkî (Jalâ al-Ifhâm. Karya ini disunting oleh muridnya yang berasal dari Malang, Jawa Timur, yaitu KH. Ihya Ulumuddin), dan lain-lain.

Bogor, Zulkaedah 1440 H (Juli 2019 M)
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban