Mengharukan, Ini Kisah Pendirian NU Afghanistan yang Membawa Kedamaian

 
Mengharukan, Ini Kisah Pendirian NU Afghanistan yang Membawa Kedamaian

Baru-baru ini PWNU Lampung mengadakan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) ke-1 di Bandar Lampung, dalam kesempatan itu Ketua PBNU kyai Marsudi Syuhud menjelaskan posisi NU menghadapi kondisi perkembangan peradaban internasional.

Dari analisa kyai Marsudi, bahwa model Islam di Indonesia (Islam Nusantara) saat ini sudah menjadi rujukan negara-negara di dunia dalam menciptakan kondisi damai dan menyejukkan sesuai dengan tujuan Islam yaitu Rahmatan lil Alamin. Saat ini, Islam Nusantara menjadi tema utama dan sudah ditunggu-tunggu kehadirannya di seluruh dunia.

“Negara-negara luar negeri sudah datang ke NU. tidak hanya negara Barat. Uni Eropa, Amerika, Inggris termasuk Timur Tengah dan Afrika,” ungkapnya dengan bersemangat.

Secara menarik, kyai Marsudi juga mengisahkan tentang perjuangan PBNU yang telah membantu Afghanistan dalam upaya perdamaian negara yang ratusan tahun dilanda konflik ini. Ia mengungkapkan bahwa belum pernah ulama Afghanistan dari suku-suku yang ada, berkumpul dalam satu majelis. Padahal para ulama ini memiliki madzhab dan tarikat yang sama, namun terus terjadi permusuhan sampai ratusan tahun.

“Yang bisa mempertemukan para ulama Afghanistan yang sudah berkonflik ratusan tahun itu adalah Nahdlatul Ulama,” tegasnya yang disambung tepuk tangan peserta Muskerwil.

“Pada waktu pertama dikumpulkan di Hotel Borobudur Jakarta, para ulama dari Afghanistan dari berbagai suku ini didudukkan dengan cara selang-seling agar dapat berkomunikasi dengan baik. Namun ternyata mereka tidak mau berkomunikasi karena sejarah panjang konflik antar suku mereka membuat suasana pertemuan tidak mencair,” kyai Marsudi mengawali cerita.

Pada pertemuan pertama tersebut para ulama Afghanistan mendapatkan cerita tentang perjuangan para ulama Indonesia dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan para ulama Indonesa dalam mewujudkan NKRI harus menghadapi berbagai tantangan dari berbagai kelompok melalui pengorbanan moril, materiil, jiwa dan raga.

“Setelah itu pada pertemuan kedua yang dilakukan di Turki sudah mulai terlihat perkembangan positif. Terlihat para ulama Afghanistan yang sudah ratusan tahun berkonflik itu mulai membuka komunikasi dengan baik,” lanjut cerita kyai Marsudi sambil berkaca-kaca.

“Dan akhirnya pada pertemuan ketiga di Indonesia, PBNU membawa ulama Afghanistan ke pondok-pondok pesantren di Indonesia. Saat itulah mereka nangis saling berpelukan dan berkomitmen ingin mendirikan pondok pesantren seperti NU. Konsep seperti Islam di Nusantara inilah yang mereka inginkan ,” katannya menirukan ungkapan hati para ulama Afghanistan sambil mengusap mata yang mulai tidak sadar mengalir air mata keharuan.

Perkembangan ini menjadikan NU pun menjadi memiliki saudara di Afghanistan dan ormas Nahdlatul Ulama didirikan di Afghanistan dengan para menterinya menjadi pengurusnya. Kegiatan itu berlanjut dengan NU memberikan program bea siswa kepada para pelajar Afghanistan untuk belajar tentang Islam Nusantara di Universitas Nahdlatul Ulama.