Layak Disimak, Ini Kisah Anak Tukang Becak Peroleh Beasiswa S3 di Inggris

 
Layak Disimak, Ini Kisah Anak Tukang Becak Peroleh Beasiswa S3 di Inggris

Masih teringat dibenak kita Putri asal Langenharjo, Kecamatan kendal Jawa Tengah adalah anak seorang tukang becak yang berhasil lulus sarjana dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96,  saat ini telah menamatkan pendidikan master di University of Birmingham Inggris. Dia kembali mendapat beasiswa untuk meneruskan pendidikan doktor, prestasinya tersebut tentu tidak hanya membanggakan sang ayah, Mugiyono. Masyarakat Tanah Air pun turut kagum pada prestasinya.

Raeni dikenal setelah diantar ayahnya, Mugiono, menggunakan becaknya saat wisuda di Unnes. "Alhamdulilah tanggal 19 Januari kemarin baru pengumuman saya mendapatkan beasiswa LPDP, dan bila tidak ada halangan akan berangkat ke Birmingham pada September tahun ini," ujar Raeni.

Sebelumnya, Raeni juga mendapatkan beasiswa S2 di University of Birmingham dan lulus pada Desember 2016 lalu. Sekolah setinggi mungkin bagi Raeni adalah bekal menghadapi tantangan di masa depan. Seperti halnya investasi, terdapat bekal yang harus ditanamkan untuk menghasilkan something in return yang optimal. Apalagi, sejak 1 Januari 2017 Raeni tercatat sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Ekonomi konsentrasi Pendidikan Akuntansi Unnes, Semarang. Raeni menyadari, bekal riset sangat ia butuhkan untuk mewujudkannya salah satunya melalui studi S-3 tersebut.

Dalam proses pencarian kampus, pada awalnya Raeni mendaftar di beberapa kampus di beberapa negara. Akan tetapi, setelah berkonsultasi, berdiskusi, dan mendapatkan beberapa saran, akhirnya ia menyelesaikan aplikasi pendaftaran di University of Birmingham, tempatnya studi S2. Kalau ditanya apakah mendapatkan profesor yang sama saat menyelesaikan tesisnya selama S-2, jawabannya adalah tidak. Karena saat S-2, professor Raeni berasal dari kampus lain.

Oleh karena itu, Raeni harus melewati proses wawancara dengan calon profesor dan program director S-3 hingga akhirnya mendapatkan unconditional offer letter. Perjalanannya mencari beasiswa juga tidak mulus. "Awalnya saya dinominasikan dalam shortlist beasiswa dari kampus, namun untuk international Student tidak meng-cover semua biaya. Jadi saya menyampaikan ke kampus bahwa saya tidak bisa menerima hanya partically funded," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Raeni, Anak Pengayuh Becak yang Jadi Wisudawati Terbaik Itu, Akan S-3 di Inggris", https://regional.kompas.com/read/2018/03/04/14392481/raeni-anak-pengayuh-becak-yang-jadi-wisudawati-terbaik-itu-akan-s3-di.
Penulis : Kontributor India, Dinda Lisna Amilia
Editor : Dian Maharani

Oleh karena itu, Raeni harus melewati proses wawancara dengan calon profesor dan program director S-3 hingga akhirnya mendapatkan unconditional offer letter. Perjalanannya mencari beasiswa juga tidak mulus. "Awalnya saya dinominasikan dalam shortlist beasiswa dari kampus, namun untuk international Student tidak meng-cover semua biaya. Jadi saya menyampaikan ke kampus bahwa saya tidak bisa menerima hanya partically funded," ujarnya.

Selanjutnya ia mencoba mendaftar Beasiswa Unggulan Dikti dan LPDP, yaitu beasiswa untuk dosen. Namun, Raeni terkendala belum mempunyai Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Raeni saat itu masih mempunyai Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) yang membuatnya tidak bisa mendaftar. "Lalu saya mendaftar beasiswa lanjutan LPDP, awalnya belum diterima karena ada salah satu persyarakat yang belum memenuhi. Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan untuk mendaftar lagi pada periode berikutnya dan lolos untuk direkomendasikan sebagai penerima beasiswa lanjutan dari magister ke doktoral LPDP,’’ papar Raeni.

Dalam persiapan menyambut keberangkatannya ke Inggris pada September nanti, Raeni banyak membaca jurnal-jurnal yang berhubungan dengan bidang studinya. Namun, dia juga tidak melupakan quality time bersama keluarganya. Pada pertengahan Februari lalu, Raeni pergi umrah bersama kedua orangtuanya. Bapaknya kini tidak lagi menarik becak, melainkan menjadi penjaga malam dan mengantar-jemput salah satu putri mantan Bupati Kendal berangkat ke sekolah.

Raeni sangat bersyukur sebab melalui pendidikan dan pekerjaan dia bisa mengangkat derajat keluarganya. Bahkan, dia masih ingat kalau dulu suka makan kecap dan kerupuk atau kecap dengan tempe, sesekali dengan telur. Untuk makan daging, Raeni dan keluarganya biasanya menunggu saat Lebaran. Tetapi, rasa syukur menjadikan setiap tahapan dalam kehidupan adalah nikmat yang tidak terhingga.

Tak lupa Raeni berpesan pada generasi muda untuk tetap semangat mengejar mimpinya. Tetap belajar, sebab belajar bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Secara pribadi Raeni jarang menarget waktu belajar. Tetapi yang dia targetkan adalah aktivitas utama bisa dipenuhi atau tidak. Aktivitas tersebut meliputi waktu untuk menyelesaikan tugas, berdiskusi, berkumpul dengan keluarga dan aktivitas sosial.