PBNU Ingatkan Fungsi NU sebagai Pelayan Umat

 
PBNU Ingatkan Fungsi NU sebagai Pelayan Umat

LADUNI.ID, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lantik pengurus baru PCNU Kota Bandung kemarin, Ahad (22/7) pagi di Sekertariat PCNU Kota Bandung, Jalan Sancang Nomor 8, Kota Bandung. Pelantikan turut dihadiri Ketua PWNU Jawa Barat, KH Hasan Nuri Hidayatullah, dan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.

Dalam pelantikan ini, Ketua PBNU ingatkan warga NU untuk melayani seluruh ummat. Abdul Manan Abdul Ghani, dalam sambutannya di Pelantikan PCNU kota Bandung menegaskan, sebagai pengurus NU harus mengurus dan melayani jamaah, bukan malah diurusi dan dilayani jamaah.

Selain itu, pihaknya menuntaskan, NU adalah jamiyyah diiniyya ijtimaiyah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan bukan organisasi politik. Kekayaan jamiyah NU adalah adanya pengurus dan ulama. Dari itu, pendidikan dan kaderisasi ulama harus terus diupayakan semaksimal mungkin.

“Sebagai organisasi keulamaan, NU melakukan kaderisasi keulamaan karena para ulama ketika wafat ilmunya dibawa. Harus ada ulama berikutnya yang menggantikannya,” kata Kiai Manan, pada Ahad (22/7) malam.

Pihaknya menuturkan, pesantren adalah tempat kaderisasi keulamaan. Untuk kaderisasi secara kelembagaan ada IPNU IPPNU, GP Ansor, Fatayat, Muslimat. Selain itu ada lembaga-lembaga lainnya di bawah naungan NU seperti LDNU, RMI, LAZISNU, LTM.

“Jika semua bergerak terorganisir maka NU menjadi organisasi paling kokoh di dunia. Dan jika NU kokoh maka NKRI juga kokoh,” katanya.

Mannan menegaskan, NU harus konsisten dan gigih serta terus menyuarakan kebenaran. Pasalnya kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.

Selain itu, menurut Kiai Mannan kekayaan NU terdapat pada jamaah NU yang alamatnya ada di masjid-masjid, majlis taklim. “Pengurus harus mau berkhidmat melayani jamaah, karena itu masa kepengurusan disebut masa khidmat,” urainnya.

Bagi Manan untuk mendekati jamaah, perlu dilakukan penyapaan kepada jamaah sebagai anggota NU sesuai kebutuhannya agar jamaah jangan sampai disapa (direkrut) oang lain. “Kalau itu terjadi akan pindah akidahnya, berubah amaliyahnya, dan hilang masjidnya,” ingatnya.