Inilah Rahasia Makanan Barokah

 
Inilah Rahasia Makanan Barokah
Sumber Gambar: Instagram/@dapur_kuring_bandung, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam kehidupan keagamaan masyarakat Nusantara, sejak berabad-abad lalu hingga hari ini, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi ruang spiritual yang penuh makna. Bukan hanya ajang seremonial, melainkan sarana untuk mengenang jejak Rasulullah, meneladani akhlaknya, serta menyuburkan rasa cinta kepada beliau. Di dalamnya, doa dan shalawat selalu bergema, lalu ditutup dengan jamuan makanan yang dinikmati bersama jamaah. Demikianlah wajah Islam Nusantara yang teduh. Di dalamnya terpadu ilmu, doa, cinta Rasul, dan kebersamaan yang diwujudkan dalam hidangan penuh keberkahan.

Akan tetapi, tidak jarang selalu saja muncul kelompok yang menolak kebiasaan ini. Mereka menyebutnya bid’ah, bahkan sampai mengharamkan makanan yang disajikan di majelis peringatan keagamaan. Pandangan seperti ini, menurut KH. Ahmad Muwaffiq, adalah bentuk kesalahpahaman sekaligus cermin dari ketidaktahuan. Sebab, sejak dahulu para ulama dan masyarakat Islam justru menaruh perhatian khusus pada makanan yang telah didoakan dan dibacakan shalawat. Makanan semacam itu tidak hanya mengenyangkan, tetapi diyakini membawa “barokah”.

Makanan yang barokah, kata Gus Muwaffiq, ketika masuk ke tubuh manusia akan menjadi darah dan daging yang mengarahkan pemiliknya kepada kebaikan. Makanan tersebut bukan sekadar nutrisi jasmani, melainkan energi rohani yang mengikat manusia untuk rajin beribadah dan menjauhi maksiat. Inilah sebabnya para ulama mendahulukan jamuan makanan dalam peringatan Maulid. Mereka menyadari bahwa ilmu dan nasihat yang disampaikan belum tentu segera dipahami jamaah, tetapi makanan barokah yang sudah masuk ke dalam tubuh akan bekerja diam-diam, menuntun jiwa menuju jalan ketaatan.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN