Mengenal SpaceX, Peluncur Satelit dengan Biaya Murah

 
Mengenal SpaceX, Peluncur Satelit dengan Biaya Murah

Pada tahun 2002 Elon Musk mendirikan  startup SpaceX yang fokus pada transportasi luar angkasa. SpaceX melakukan peluncuran pertama kali roket Falcon 1 pada Maret 2006 ke angkasa dari kawasan Kwajalein Pasifik. Selanjutnya lebih dari 62 misi peluncuran telah dilakukan oleh SpaceX dengan berbagai tujuan, termasuk mengirimkan satelit ke orbit.

Saat ini, SpaceX telah mengantongi lebih dari 100 kontrak peluncuran satelit dengan variasi biaya peluncuran yang murah. Penawaran ini meliputi dua roketnya yang dapat digunakan sebagai sarana pengiriman satelit ke orbit, baik yang rendah Low earth orbit (160 – 2.000 km di atas permukaan bumi), Geosynchronous transfer orbit (sekitar 42.000 km di atas permukaan bumi), dan orbanit menuju planet Mars.

SpaceX juga menginfokan biaya jasa dengan roket Falcon 9 mulai dari $62 juta untuk sekali peluncuran, sementara Falcon Heavy dibanderol $90. Harga SpaceX ini pernah diklaim oleh pendirinya jauh lebih murah dibanding dengan jasa yang diberikan oleh Boeing maupun Lockheed Martin dengan kemampuan yang setara.

Klaim biaya peluncur ke orbit yang sangat murah oleh Elon Musk diamini oleh banyak ahli antariksa, termasuk NASA Amerika Serikat dan Komite Pertahanan Amerika Serikat, dengan selisih berkisar $300 juta. NASA sendiri pada tahun 2017 melakukan pengembangan roket sejenis Falcon Heavy milik SpaceX dengn biaya $2,6 miliar, namun membengkak sampai $7,8 miliar atau setara dengan biaya pelucuran Falcon Heavy sebanyak 86 kali.

SpaceX dapat memberikan harga jasa peluncuran satelit dengan sangat murah dibanding kompetitor disebabkan SpaceX menggunakan roket yang dapat didaur-ulang atau ulang-alik(reusable rocket). Presiden SpaceX, Gwyne Shotwell, mengatakan bahwa penggunaan reusable rocket ini dapat menekan biaya hingga 30 persen, sebuah angka yang sangat besar bagi industri peluncuran satelit.

Sejak awal, SpaceX telah mengembangkan roket ulang-alik dengan cara melengkapi roket yang diluncurkan dengan parasut untuk kembali mendarat ke Bumi. Untuk alasan efektifitas, pengembangan metode pendaratan kembali ke bumi dilakukan pada roket Falcon 9 dengan menggunakan metode descent landing system.

Kesuksesan SpaceX dalam mengembangkan roket ulang-alik ialah sesuatu capaian yang fundamental. “Ini sesuatu yang mendasar di dunia roket sama seperti platform transportasi lain, semisal mobil atau pesawat atau sepeda,” tegas Musk.

Perkembangan terkini, SpaceX pada awal 2018 telah meluncurkan dua satelit percobaan untuk proyek Starlink, yaitu sebuah proyek yang diselenggarakan untuk menyediakan layanan internet broadband langsung berbasis satelit. Saat ini SpaceX telah memperoleh izin penyediaan layanan tersebut di Amerika Serikat, namun belum memperoleh izin dari negara lainnya.

SpaceX dalam minggu ini juga akan meluncurkan satelit Telkom IV atau satelit Merah Putih dari Florida dengan menggunakan Falcon9, SpaceX menjadi pemenang tender jasa peluncur satelit atas proyek satelit Merah Putih perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia tersebut.