Pesantren Ekologi #3: Kepedulian Pemerintah Lahirnya Ponpes Ekologi, Kapan?

 
Pesantren Ekologi #3: Kepedulian Pemerintah Lahirnya Ponpes Ekologi, Kapan?

LADUNI.ID I KOLOM- Kita sangat berharap sebuah asa baru dengan lahirnya Pesantren  Ekologi. Pesantren ini merupakan lembaga pendidikan yang bergerak pada pembelajaran santri  bagaimana bisa survive, baik itu dalam masa belajar maupun setelah selesai belajar, difokuskan pada pembelajaran melayani diri sendiri serta alam dan ini juga adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kurikulum belajar Pesantren. Lebih dari itu belajar bagaimana mengolah pertanian dan perkebunan dan sejenisnya dengan menggunakan “Open Pollinated Organic Seed” (Buka Benih Organik) yang disiram seluruh sistem pengelolaan “Open Pollinated Organic Seed” itu dengan berbasiskan pengetahuan ekologi dengan sangat mempertimbangkan keterjagaan ekosistem  sebagai bentuk ketundukan dan kecintaan kita kepada  alam semesta. Menunjang program ini tentunya pihak pemerintah juga harus proaktif dalam menyahuti dukungan berupa dana, penyuluhan dan sarana pendukung lainnya demi kelangsungan dan kelancaran program Pesantren ekologi tersebut.

Dalam perspektif yang lebih luas, program ini mengandung arti dan pengertiannya  sebagai sebuah pendidikan yang  berbasis “agro ekologi”.  Sistem ini berupa pendidikan yang mengenalkan kita kepada lingkungan sekitar pada pentingnya menanam tanpa merusak ekosistem, merawat, memanen, dan memasarkan dengan harga yang adil bahkan melakukan penelitian dan menjadi inventor, sehingga kelak santri akan tumbuh pribadi pribadi yang berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian pada manusia, bumi dan masa depan yang nilai –nilai yang di kenal sebagai human oriented (orientasi kemanusiaan). Disini santri mempunyai pelopor dan peran ganda bukan hanya sebagai ulama masa depan dengan menganyomi dan membimbing umat dengan ilmu agama juga mampu menjadi  “ulama lingkungan” dengan profit oriented dengan basis human oriented.

Beranjak dari itu sangat diharapkan sudah saatnya badan Pesantren yang kini sudah menjadi dina di daerah juga nusantara umumnya dengan anggaran yang tentunya sangat “minim”dibandingkan dengan dinas lainnya, bukan beroreintasi memberikan “finansilal” untuk Pesantren, tetapi mengajarkan bagaimana mampu mengolah “finansial” sendiri dengan program pemberdayaan dan pengembangan dan itupun jangan “setengah hati” dengan hanya semacam seminar dan pelatihan dalam jangka waktu tertentu dan tanpa kesinambungan atau dengan bahasa lain “asal-asalan”, namun lebih dari itu dengan sebuah harapan untuk masa depan dunia Pesantren. Ini tidak juga tidak bermaksud menafikan (melupakan) berbagai keberhasilan badan yang telah diraih selama ini.