Para Abdal (6): Khabar-Khabar dari Kanjeng Nabi dan Atsar menurut Riwayat Ibnu Abid Dunya

 
Para Abdal (6): Khabar-Khabar dari Kanjeng Nabi dan Atsar menurut Riwayat Ibnu Abid Dunya

Oleh;Nur Kholik Ridwan

Anggota PP RMINU

 

Nama lengkapnya adalah al-Hafizh Abu Bakar bin Abdulloh bin Muhammad bin Ubaid bin Sufyan bin Abid Dunya. Dalam kitab Rasâ’il-nya, mengetengahkan satu bagian tentang “Shifâtul Auliyâ’ rodhiyallôhu `anhum”. Dalam bagian ini, dimuat beberapa hadits Nabi Muhammad dan atsar yang diperolehnya dari perawi-perawi sebelumnya (gurunya), yang membicarakan bagian khusus tentang Abdal dengan judul “Al-Abdâl Rodiyallohu `anhum”.

Al-Mizzi mengetengahkan biografinya dalam kitab Tahdzîbul Kamâl, pada No. 3542. Dia meriwayatkan banyak hadits dari tokoh dan haditsnya juga diriwayatkan oleh banyak tokoh. Menurut al-Mizzi dengan mengutip Abi Hatim, dia ini shuduq (jujur), pengakuan yang lain juga menyebutkan tokoh ini shuduq. Imam al-Khatib berkata: “Orang ini mendidik tidak hanya seorang dari anak-anak para khalifah” (Ibnu Abid Dunya hidup pada zaman Dinasti Umayyah) Muhammad bin Yusuf berkata, pagi-pagi saya pergi kepada Abu Ishaq al-Qodi, pada hari meninggalnya Ibnu Abid Dunya, saya berkata: “Semoga Alloh memuliakan engkau al-Qodi”. Maka dia berkata (tentang Abu Bakar Ibnu Abid Dunya): “Alloh memuliakan Abu Bakar, telah meninggal ilmu yang banyak” (al-Mizzi, Tahdzîbul Kamâl fi Asmâ’ir Rijâl, XVI: 72-73).

Beberapa hadits Kanjeng Nabi Muhammad dan atsar riwayat Ibnu Abid Dunya tentang Abdal, di antaranya begini:

1. Dari Imam Ali berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah shollallôhu `alai wasallam soal al-Abdal?” Rasulullah berkata: “Mereka terdiri dari 60 orang.” Saya berkata: “Wahai Rasulullah, kabarkan hal/keadaan mereka kepadaku?” Rasulullah bersabda: “Mereka bukanlah orang yang mencela dan memfitnah, bukan orang yang mengadakan hal baru (yang sayyi’ah, yang tidak ada sokongan dari ayat Al-Qur’an dan sunnah), mereka bukan orang yang menenggelamkan secara dalam (dalam berwirid), mereka memperoleh (ma’rifat) bukan dengan jalan memperbanyak puasa, memperbanyak sholat (sunnah), memperbanyak shodaqoh. Akan tetap mereka melakukan jalan amal dengan murah jiwa (suka memaafkan orang yang menyakiti dan mendoakan kaum muslimin), menjaga keselamatan hati (dari al-muhlikat), dan memberi nasehat kepada umat. Sesungguhnya mereka itu wahai Ali, lebih sedikit dari lentera merah” (HR. Ibnu Abid Dunya, hadits ke-8).

2. Bersumber dari Sufyan bin `Uyainah yang memperoleh dari Abuz Zanad, berkata: “Tatkala telah hilang masa kenabian dan mereka adalah para autadnya (tiang-tiang penyangga) bumi ini, Alloh menggantikan tempat mereka dengan 40 orang dari kalangan umat Nabi Muhammad, dikatakan, mereka adalah para Abdal. Tidak meninggal seorang sampai Alloh menjadikan yang lain menggantikan tempatnya, dan mereka itu autadul ardhi. Sejumlah 30 hati di antara mereka, hatinya seperti keyakinan yang dimiliki Nabi Ibrahim. Manusia tidak melihat mereka dengan keutamaan karena sholat (sholat sunnah yang banyak), bukan dengan memperbanyak puasa, dan juga bukan dengan jalan kebaikannya dalam khusyu’, dan wala bihusnil jablah. Akan tetapi mereka memperoleh (kedekatan dengan Alloh) karena jujur dan wara’, bagusnya niat (di dalam setiap menjalankan sesuatu), selamat hatinya (dari al-muhlikat/perangai kotor hati), memberi nasehat kepada semua umat Islam untuk mencari ridho Alloh, dengan kekuatan sabar, kebaikan (sikap dan tindakan), dan isi hati yang penyantun, tawadu’ kepada yang merendahkannya. Ketahuilah, dia ini tidak melaknat sesuatu, dan berusaha tidak menyakiti seseorang, dan tidak meninggikan/memanjangkan terhadap seseorang supaya derajatnya ada di bawah mereka, dan tidak menghina orang lain, tidak hasad (dengki) kepada orang yang derajatnya ada di atasnya. Mereka bukan orang yang mengandalkan kekusyu’an, dan bukan orang yang memperlihatkan keajaiban-keajaiban. (Hatinya) tidak menyukai keduniaan, dan mereka mencintai bukan karena tendensi dunia, mereka bukan orang yang memiliki ketakutan pada hari ini atau besuk di dalam ghoflah mereka (karena ingat akan rahmat Alloh dan kemudian beristighfar)” (Riwayat Ibnu Abid Dunya, No. ke-57).

3. Dari Imam al-Hasan secara mursal: “Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya para Abdal di kalangan umatku, masuk surga tidak dengan jalan memperbanyak sholat, memperbanyak puasa, dan memperbanyak shodaqoh. Akan tetapi mereka memasuki surga karena rahmat Alloh, murah hati, dan selamat shudhur-nya (dari al-muhlikat, perangai hati yang merusak, seperti sombong, dan lain-lain)” (HR. Ibnu Abid Dunya, hadits ke-58).

4. Riwayat Abdurrahman bin Muhammad al-Muharibi dari Bakar bin Hunais dengan jalan marfu’ berkata: “Alamat Abdal di kalangan umatku, sesungguhnya mereka tidak melakukan tindakan mencaci maki/mencela sesuatu, selamanya” (HR. Ibnu Abid Dunya, hadits ke-59).

5. Riwayat Abu al-Hawari yang mendengar Muhammad bin Bakar berkata: “Berkata Abu Abdullah an-Nabaji: “Jika engkau mencintai untuk berusaha bisa menjadi kalangan Abdal, maka mencintailah sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mencintai apa yang dikehendaki Alloh, Alloh tidak akan menurunkan, karenanya, sesuatu dari maqadir dan ahkam-Nya kecuali Alloh mencintainya” (HR. Ibnu Abid Dunya, hadits ke-60).

6. Dari Abi Qulabah berkata, Nabi Muhammad bersabda: “Senantiasa di kalangan umatku ada 7 orang yang mereka ini tidak berdoa kepada Alloh kecuali Alloh mengabulkannya, karena mereka (berdoa meminta hujan) Alloh menurunkan hujan, dan karena mereka (berdoa) Alloh menolong mereka” (HR. Ibnu Abid Dunya, hadits ke-63).

7. Riwayat Abdullah bin Shofwan, berkata seorang laki-laki pada saat perang Shiffin (Perang antara pasukan Imam Ali dan Mu’awiyah): “Ya Alloh, laknatlah orang-orang Syam (karena pasukanMu’awiyah ini berasal dari Syam dan markasnya di sana), maka Imam Ali berkata kepada mereka: “Janganlah mencaci maki penduduk Syam, limpahkan ampunan, karena di dalamnya ada para Abdal (diulang 3 x)” (HR. Ibnu Abid Dunya, hadits ke-70).