Kerajaan Pidie: Sejarah dan Silsilah Kepemimpinan

 
Kerajaan Pidie: Sejarah dan Silsilah Kepemimpinan
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni. ID, Jakarta -  Ada salah satu daerah di sebelah barat Indonesia yang dikenal dengan nama Pidie. Kadang-kadang daerah ini juga disebut dengan Pedir. Sejarah telah mencatat kegigihan bangsa Pidie dan kemudian diabadikan dalam sebuah buku lama yang ditulis oleh sejarawan yang bernama M. Junus Djamil, yang ia disusun dengan ketikan mesin tik.

Sementara Mengutip id.wikipedia.org, dalam kisah pelayaran bangsa Portugal, mereka menyebut Pidie sebagai Pedir. Sedangkan dalam kisah pelayaran bangsa Tiongkok disebut sebagai Poli. Asumsinya, orang Tiongkok tidak dapat menyebut kata “Pidie” seperti yang kita ucapkan. Dalam catatan pelayat Tiongkok itu disebutkan, bahwa Kerajaan Pedir luasnya sekitar seratus kali dua ratus mil, atau sekitar 50 hari perjalanan dari timur ke barat dan 20 hari perjalanan dari utara ke selatan.

Buku dengan judul “Silsilah Tawarick Radja-Radja Kerajaan Aceh” ini disebutkan bahwa setelah kerajaan Sama Indra takluk pada Kerajaan Aceh Darussalam, maka sultan Aceh selanjutnya, Sultan Mahmud II Alaiddin Johan Sjah mengangkat Raja Husein Sjah menjadi sultan muda di negeri Sama Indra yang otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Sama Indra kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Pedir, yang lama kelamaan berubah menjadi Pidie seperti yang dikenal sekarang.

Sebagai kerajaan otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam, peranan raja negeri Pidie tetap dipererhitungkan. Malah, setiap keputusan Majelis Mahkamah Rakyat Kerajaan Aceh Darussalam, sultan tidak memberi cap geulanteu (stempel halilintar) sebelum mendapat persetujuan dari Laksamana Raja Maharaja Pidie. Maharaja Pidie beserta uleebalang syik dalam Kerajaan Aceh Darussalam berhak mengatur daerah kekuasaannya menurut putusan balai rakyat negeri masing-masing.(Asal Mula Daerah Pidie,  Iskandar Norman)

Iskandar Norman juga menambahkan  bahwa berdasarkan kajian yang sama dan masih menurut M. Junus Djamil, Maharaja Pidie mengangkat anaknya yang bernama Malik Sulaiman Noer. Sementara putranya yang satu lagi, Malik Munawar Syah diangkat menjadi raja muda dan laksamana di daerah timur, yang mencakup wilayah Samudra/Pase, Peureulak, Teuminga dan Aru dengan pusat pemerintahan di Pangkalan Nala (Pulau Kampey).

Berikut susunan raja-raja yang pernah memimpin pemerintahan Pidie:

  1. Maharaja Sulaiman Noer: Anak Sultan Husein Syah.
  2. Maharaha Sjamsu Syah: Kemudian menjadi Sultan Aceh.
  3. Maharaja Malik Ma’roef Syah: Putra dari Maharaja Sulaiman Noer. Mangkat pada tahun 1511 M, dikuburkan di Klibeut di sisi kuburan ayahnya.
  4. Maharaja Ahmad Sjah: Putra Maharaja Ma’roef Syah. Pernah berperang melawan Sulthan Ali Mughayat Syah, tetapi kalah. Mangkat pada tahun 1520 M, dikuburkan di Klibeut di sisi kuburan ayahnya.
  5. Maharaja Husain Syah: Putra Sultan Riayat Syah II (Meureuhom Khaa), kemuian menggantikan ayahnya menjadi Sulthan Aceh.
  6. Maharaja Saidil Mukamil: Putra dari Maharaja Firman Syah, kemudian menjadi Sulthan Aceh dari 1589 sampai 1604 M. Ayah dari ibu Sulthan Iskandar Muda.
  7. Maharaja Husain Syah: Putra dari Sulthan Saidil Mukamil
  8. Maharaja Meurah Poli: Meurah Poli Negri Keumangan dikenal sebagai Laksamana Panglima Pidie yang terkenal dalam perang Malaka (Pran Raja Siujud).
  9. Maharaja Po Meurah: Syahir Poli, Bentara IX Mukim Keumangan yang bergelar Pang Ulee Peunaroe. Pengatur negeri Pidie.
  10. Meurah Po Itam: Bentara Kumangan bergelar Pang Ulee Peunaroe.
  11. Meurah Po Puan: Bentara keumangan bergelar Pang Ulee peunaroe
  12. Meurah Po Thahir: Bentara Keumangan yang terkenal dalam perang Pocut Muhammad dengan Potue Djemaloiy (Sulthan Djamalul Alam Badrul Munir) pada
  13.  Pada tahun 1740 M. Ia mempunyai dua orang saudara: Meurah Po Doom dan Meurah Po Djoho.
  14. Meurah Po Seuman: Pang Ulee Peunaroe dengan nama asli Usman.
  15. Meurah Po Lateh: Pang Ule peunaroe dengan nama asli Abdul Latif, terkenal dengan sebutan Keumangan Teungeut.
  16. Teuku Keumangan Yusuf: Sudah masuk masa perang Aceh dengan Belanda.
  17. Teuku Keumangan Umar: Uleebalang IX Mukim, Pidie. []

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 12 Agustus 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
___________________

Editor: Kholaf Al Muntadar