Mengkhawatirkan, Baca Terjemahan tapi Mengaku Belajar Langsung pada Nabi

 
Mengkhawatirkan, Baca Terjemahan tapi Mengaku Belajar Langsung pada Nabi

Belajar Langsung Kepada Nabi, Tanpa Guru

Kita menjadi terhentak kaget ketika ada seseorang yang mendadak menjadi ustadz mengaku berguru dan belajar langsung kepada Rasulullah dan para Sahabat, dengan membaca kitab-kitab terjemahan, dipahami sendiri dengan logikanya, lalu dianggaplah pemahaman itu dari ajaran Islam.

Tentu pemahaman ini jauh dari tuntunan mencari ilmu dalam Islam. Sebab Islam ini dibawa oleh para ulama secara bersambung antara guru kepada murid hingga sampai kepada kita hari ini. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad shalla Allahu alaihi wa sallama:

يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ

“Ilmu (Islam) ini akan dibawa oleh orang-orang terpercaya dari setiap masa” (HR Al-Baihaqi. Imam Ahmad menilainya sahih)

Diperkuat lagi pernyataan beberapa Tabi’in terkemuka:

  • Muhammad bin Sirin

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ

Muhammad bin Sirin berkata: “Ilmu Islam adalah agama. Maka perhatikanlah dari siapa kalian mempelajari agama Islam” (Sahih Muslim)

  • Abdullah bin Mubarak

قَالَ عَبْدَ اللَّهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْقَوَائِمُ. يَعْنِى الإِسْنَادَ.

Abdullah Ibnu Mubarak berkata: “Yang membedakan antara kita dengan kaum lain adalah sanad” (Sahih Muslim)

Demikian hanya yang terdapat dalam riwayat berikut:

الْعِلْمُ دِيْنٌ وَالصَّلَاةُ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ هَذَا الْعِلْمَ وَكَيْفَ تُصَلُّوْنَ هَذِهِ الصَّلَاةَ فَإِنَّكُمْ تُسْأَلُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ( فر ) عن ابن عمر

Hadis: “Ilmu adalah agama, salat adalah agama. Maka perhatikan kepada siapa kalian belajar ilmu. Bagaimanakah kalian salat? Sebab kalian akan ditanya di hari kiamat” (HR al-Dailami dari Ibnu Umar. Sebagian ulama menilai hadis dlaif)

Bagaimana Para Ulama Menilai Otodidak?

Berikut beberapa catatan ulama ahli hadis Syekh Al-Hafidz Adz-Dzahabi:

يَقُوْلُ الدَّارِمِي لاَ يُؤْخَذُ الْعِلْمُ مِنْ صَحَفِيٍّ (سير أعلام النبلاء للذهبي بتحقيق الارناؤط 8/ 34)

"ad-Darimi (ahli hadis) berkata: “Jangan mempelajari ilmu dari orang yang otodidak" (Siyar A'lam an-Nubala', karya adz-Dzahabi ditahqiq oleh Syuaib al-Arnauth, 8/34)

Syuaib al-Arnauth memberi catatan kaki tentang 'shahafi' (orang otodidak) tersebut:

الصَّحَفِيُّ مَنْ يَأْخُذُ الْعِلْمَ مِنَ الصَّحِيْفَةِ لاَ عَنْ أُسْتَاذٍ وَمِثْلُ هَذَا لاَ يُعْتَدُّ بِعِلْمِهِ لِمَا يَقَعُ لَهُ مِنَ الْخَطَأِ

"Shahafi (orang otodidak) adalah orang yang mengambil ilmu dari kitab, bukan dari guru. Orang seperti ini tidak diperhitungkan ilmunya, sebab akan mengalami kesalahan“

وَلِهَذَا كَانَ الْعُلَمَاءُ لاَ يَعْتَدُّوْنَ بِعِلْمِ الرَّجُلِ إِذَا كَانَ مَأْخُوْذًا عَنِ الصُّحُفِ وَلَمْ يَتَلَقَّ مِنْ طَرِيْقِ الرِّوَايَةِ وَالْمُذَاكَرَةِ وَالدَّرْسِ وَالْبَحْثِ

"Oleh karena itu, para ulama tidak memeperhitungkan ilmu seseorang yang belajar dari buku, yang tidak melalui jalur riwayat (guru), pembelajaran dan pembahasan"

al-Hafidz adz-Dzahabi juga berkata:

قَالَ الْوَلِيْدُ كَانَ اْلاَوْزَاعِي يَقُوْلُ كَانَ هَذَا الْعِلْمُ كَرِيْمًا يَتَلاَقَاهُ الرِّجَالُ بَيْنَهُمْ وَلاَ رَيْبَ أَنَّ اْلاَخْذَ مِنَ الصُّحُفِ وَبِاْلاِجَازَةِ يَقَعُ فِيْهِ خَلَلٌ وَلاَسِيَّمَا فِي ذَلِكَ الْعَصْرِ حَيْثُ لَمْ يَكُنْ بَعْدُ نَقْطٌ وَلاَ شَكْلٌ فَتَتَصَحَّفُ الْكَلِمَةُ بِمَا يُحِيْلُ الْمَعْنَى وَلاَ يَقَعُ مِثْلُ ذَلِكَ فِي اْلاَخْذِ مِنْ أَفْوَاهِ الرِّجَالِ (سير أعلام النبلاء للذهبي 7/ 114)

"al-Walid mengutip perkataan al-Auza'i: "Ilmu ini adalah sesuatu yang mulia, yang saling dipelajari oleh para ulama”. Tidak diragukan lagi bahwa mencari ilmu melalui kitab akan terjadi kesalahan, apalagi dimasa itu belum ada tanda baca titik dan harakat. Maka kalimat-kalimat menjadi rancu beserta maknanya. Dan hal ini tidak akan terjadi jika mempelajari ilmu dari para guru" (Siyar A'lam an-Nubala', karya adz-Dzahabi, 7/114)

Kesimpulan:

  1. Mempelajari ilmu wajib ada gurunya. Para ulama dahulu sampai bersusah payah menyeberang lautan dan sahara hanya untuk berguru kepada para ulama yang ilmunya tersambung kepada Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama melalui para guru ke guru
  2. Ilmu dalam Islam yang kita praktekkan kelak akan dipertanggungjawabkan, kepad siapa kita berguru belajar shalat, puasa dll
  3. Orang yang belajar secara otodidak dijamin pasti menemukan kesalahan. Sebab saat belajar kepada buku lalu pemahamannya salah, buku tidak bisa menegurnya. Berbeda kalau berguru kepada ulama lalu ada kesalahan, guru itulah yang membimbing ke arah yang benar.
  4. Orang otodidak tidak dapat dipercaya ilmunya, menurut para ulama ahli hadis.

Bandingkan, jika anda punya penyakit kronis lalu anda mencari dokter, apakah anda mau mendatangi dokter lulusan universitas kedokteran (belajar dari guru yang pakar di bidang medis) atau akan mendatangi dokter gadungan yang belajar tentang medis secara otodidak? Demikian halnya ilmu Islam.

 

Ustadz Ma'ruf Khozin
Aswaja NU Center Jawa Timur