Asal Muasal Penamaan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama

 
Asal Muasal Penamaan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Saat Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari hendak mendirikan organisasi ulama (belum bernama NU), beliau sempat menyebutnya sebagai Jam’iyyah Ulama, atau Perkumpulan Ulama. Kemudian di saat para ulama berkumpul di Jl. Bubutan Surabaya, 3 Januari 1926 M/ 16 Rajab 1344 H, adalah Kyai Mas Alwi yang kemudian mengusulkan nama Nahdlatul Ulama.

Sebelum berdirinya NU, kata Nahdlah (bangkit) di kalangan para ulama bukanlah kata yang asing. Misalnya ditemukan dalam nama Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Saudagar) dan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri).

Ketika mendangar usulan Kyai Mas Alwi itu, Hadratussyaikh KH. Hasyim bertanya; “Mengapa Nahdlatul Ulama?” Lalu Kyai Mas Alwi menjawab; “Sebab tidak semua ulama memiliki jiwa Nahdlah, Kyai. Ada ulama yang sekedar diam di pondoknya saja, dan yang ada di dalam organisasi ini adalah ulama yang memiliki jiwa Nahdlah itu.”

Setelah mendengar penjelasan itu, akhirnya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menerima usulan tersebut dan begitu juga para kyai yang lain menyetujuinya.

Lalu dari manakah asal kata Nahdlah dan Ulama diambil?

Menurut KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dua kalimat tersebut diambil dari kata mutiara dalam Kitab Al-Hikam karya Syaikh Ibn ‘Athaillah As-Sakandari dan juga dari Surat Fathir ayat 28. Nahdlah diambil dari kalimat berikut:

لَاتَصْحَبْ مَنْ لَا يُنْهِضُكَ حَالُهُ وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللَّهِ مَقَالُهُ

“Janganlah kamu bersahabat dengan seorang yang perilakunya tidak membuatmu bangkit, dan ucapannya tidak mengarahkanmu kepada Allah.”
Sedangkan kata Ulama diambil dari ayat berikut:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama." (QS. Fathir: 28).

Jadi, nama Nahdlatul Ulama mengandung makna yang sangat filosofis dan menjadi ruh jam'iyyah atau organisasi tersebut. Tidak saja namanya, sejarah pendiriannya saja atas restu dari wali besar, guru para kyai, yakni KH. Kholil Bangkalan. Demikianlah seterusnya Nahdlatul Ulama tetap terus bergerak sesuai dengan zamannya. Organisasi yang dipimpin dan dikawal oleh para ulama yang sholeh dan tinggi ilmunya. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Agustus 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim