Hijrah Nabi: Mulai Pembunuhan, Pengejaran, hingga Sayembara oleh Kafir Quraisy

 
Hijrah Nabi: Mulai Pembunuhan, Pengejaran, hingga Sayembara oleh Kafir Quraisy
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Malam yang gelap gulita, terdapat sekelompok orang-orang Quraisy dengan pedang dan tombak mengitari rumah yang di tempati Nabi Muhammad. Orang-orang Quraisy itu memang sedang patroli mengepung rumah nabi, mereka telah berencana akan menangkap bahkan akan membunuhnya, tetapi mereka masih menunggu komando dari pimpinan mereka, Abu Jahal. 

Sementara di dalam rumah, Ali bin Abi Thalib berbaring di atas tempat tidur Nabi Muhammad sesudah mendapat perintah dari nabi. Ali menggantikan nabi malam itu di tempat tidur dan memakai selimut yang biasa digunakan nabi. Nabi Muhammad bersama Abu Bakar bersiap ke luar rumah yang dijaga ketat oleh tentara Quraisy. Saat nabi dan Abu Bakar keluar dari rumah, Allah Azza wa Jalla membuat para tentara Quraisy tertidur pulas dan Rasulpun bisa pergi dengan selamat. 

Malam semakin larut dan dingin semakin bertambah, Nabi Muhammad dan Abu Bakar berjalan menapaki padang pasir kota Makkah menuju arah selatan untuk hijrah ke Madinah. Sementara di rumah Rasul para tentara Quraisy terbangun dan telah mendapat komando untuk mengeksekusi Nabi Muhammad. Ketika masuk ke kamar nabi, mereka girang melihat masih ada orang yang berbaring di tempat tidur, namun ketika selimut diangkat ternyata mereka hanya mendapati Ali yang sedang tidur. Tentara Quraisy bingung dan pimpinan mereka marah. Lalu tentara Quraisy melakukan pengejaran.

Malam memang sangat gelap gulitanya, namun Nabi Muhammad adalah cahaya yang berjalan di malam gelap itu. Bersama Abu Bakar, nabi berjalan menuju gua Tsur. Nabi dan Abu Bakar bersembunyi selama tiga hari di gua Tsur, hanya ada empat orang yang mengetahui keberadaan mereka di gua itu yaitu Abdullah bin Abu Bakar, Aisyah dan Asma (puteri-puteri Abu Bakar), serta pembantu mereka, Amir bin Fuhaira. Bila hari sudah sore, Asma datang membawakan makanan buat mereka. Abdullah bin Abu Bakar setiap hari berada di tengah-tengah Quraisy untuk memantau perkembangan yang terjadi untuk disampaikan pada beliau pada malam harinya. Amir tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakar, memerah susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah bin Abi Bakar kembali dari tempat mereka bersembunyi di gua itu, Amir datang mengikuti dengan kambingnya guna menghapus jejaknya. Setiap Sore Asma binti Abu Bakar datang membawakan makanan untuk Rasulullah dan Ayahnya. Asma membelah kain ikat pinggangnya menjadi dua, lalu yang sebelahnya digunakan untuk menggantungkan makanan sehingga Asma dijuluki dhat an-nitaqain (yang bersabuk dua). 

Di dalam gua, nabi tertidur di pangkuan Abu Bakar. Tiba-tiba seekor ular tanah yang sangat berbisa menjalar di kaki Abu Bakar, namun karena kecintaannya kapada Nabi Muhammad Abu Bakar tidak bergerak sedikitpun agar Nabi Muhammad tidak terbangun dari istirahatnya. Hingga akhirnya ular tersebut mematuk kaki Abu Bakar. Abu Bakar menangis menahan perihnya bisa ular. Tak lama kemudian nabi terbangun. Setelah mengetahui Abu Bakar digigit ular, nabi mengusap bekas gigitan ular itu dengan ibu jarinya dan dengan izin Allah SWT bisa ular itu jadi tawar seketika. 

Tentara Quraisy terus melakukan pengejaran dan pencarian terhadap Nabi Muhammad. Akhirnya Para pemuda Quraisy dengan pedang dan tombak itupun sampai di mulut gua Tsur tempat Rasullah dan Abu Bakar bersembunyi. Tetapi mereka tidak melihat ke dalam gua karena di mulut gua itu ada sarang laba-laba dan burung merpati hutan yang sedang bertelur. Mereka berpikir kalau ada orang yang masuk ke dalam gua, pasti sarang laba-laba itu jadi rusak dan tentu tidak akan ada burung merpati yang bertelur disana. Begitulah, Allah SWT melindungi Nabi Muhammad dan Abu Bakar dengan memerintahkan laba-laba dan merpati untuk mengelabui tentara Quraisy. 

Peristiwa ini kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 30 dan At-Taubah ayat 40:

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ ٣٠

“(Ingatlah) ketika orang-orang yang kufur merencanakan tipu daya terhadapmu (Nabi Muhammad) untuk menahan, membunuh, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ٤٠

“Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka, Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat) yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Setelah tiga hari berada di gua Tsur dan keadaan sudah mulai tenang, Nabi Muhammad dan Abu Bakar keluar dari gua untuk melanjutkan perjalanan hijrah menuju Yastrib (Madinah). Orang-orang Quarisy masih terus memburu mereka. Kemudian, untuk menghindari sergapan tentara Quraisy, nabi dan Abu Bakar mengambil jalan lain yang tidak biasa dilalui orang. Mereka berdua ditemani oleh seorang penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du'il. Nabi Muhammad dan Abu Bakar berjalan ke arah selatan menuju Tihama dekat pesisir Laut Merah. 

Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dan Abdullah bin Uraiqit terus berjalan dari pagi, sore, siang, hingga malam. Meski perjalan siang dilewati di bawah teriknya matahari padang pasir yang membakar, mereka juga terus berjalan bersama dalam dinginnya udara gurun di malam hari. 

Di kota Makkah para pembesar Quraisy telah mendapatkan informasi tentang adanya tiga orang di tengah padang pasir yang berjalan menuju selatan. Para pembesar Quraisy mengadakan Sayembara bagi siapa yang dapat menangkap Nabi Muhammad akan diberikan hadiah seratus ekor unta betina. Diceritakan terdapat seorang bernama Suraqah bin Malik yang sangat berhasrat mendapatkan hadiah tersebut dengan seorang diri tanpa adanya ikut campur orang lain. Untuk mengelabui orang, Suraqah mengatakan bahwa tiga orang di tengah gurun itu bukanlah Muhammad.

Suraqah kemudian memacu kudanya menuju selatan untuk mengejar Nabi Muhammad. Secara kebetulan, Suraqah menemukan Rasul di tengah padang pasir. Dalam benaknya telah ia bayangkan akan mendapat hadiah yang dijanjikan oleh Abu Jahal, pimpinan kafir Quraisy. Suraqah memacu kudanya semakin cepat, tapi apa yang terjadi, beberapa kali kudanya tersungkur dan kakinya kaku. Suraqah terus memacu kudanya yang terus tersungkur sampai dekat dengan rombongan Nabi Muhammad.

Ketika sudah sangat dekat dengan Nabi Muhammad kudanya kembali tersungkur. Suraqah mengambil panah, akan tetapi Suraqah tidak bisa membidik Nabi Muhammad karena tangannya tiba-tiba kaku. Suraqah menyerah dan berteriak, "Kalian boleh mengambil hartaku, akan tetapi tolong bebaskan kekakuan tubuhku ini, dan aku akan menghalangi setiap orang yang mengejar kalian"

Nabi menjawab, "Aku tidak butuh hartamu, tapi tolong kau halangi orang yang mengejar kami."

"Baiklah," jawab Suraqah.

Nabi kemudian berdoa kepada Allah dan  tidak lama kemudian tubuh Suraqah serta kudanya kembali sehat dan bebas dari kaku. Setelah bebas, Suraqah menyatakan keimanannya dan berjanji akan menyuruh semua orang yang mengejar Nabi Muhammad untuk menghentikan pengejarannya. Atas perintah Nabi Muhammad waktu itu, Abu Bakar menuliskan sebuah perjanjian di atas tulang dan memberikannya pada Suraqah. 

Nabi Muhammad berjalan selama tujuh hari berturut-turut. Selama tujuh hari terus-menerus rombongan Nabi Muhammad Saw berjalan, di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi dinginnya badai padang pasir dengan perasaan cemas. Hanya karena adanya iman kepada Allah Swt membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih nyaman. 

Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan cemas dalam hatinya mulai hilang. Jarak mereka dengan Yastrib kini sudah dekat. 

Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang hijrahnya Nabi Muhammad dan sahabatnya yang akan disusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar di Yastrib. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus memburu mereka. Oleh karena itu, semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Nabi Muhammad dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka ingin bertemu, ingin melihatnya. 

Rombongan Nabi Muhammad sampai di sebuah desa bernama Quba, di sana nabi dan rombongan beristirahat, Nabi Muhammad kemudian mendirikan Masjid Quba, di Quba inilah Ali bin Abi Thalib datang menyusul perjalan hijrah ke Madinah (Yastrib). 

Setelah tinggal di Quba selama empat hari, Nabi Muhammad melanjutkan perjalan dan akhirnya sampailah Nabi Muhammad di Yastrib (Madinah). Hari itu adalah hari Jumat. 

Nabi Muhammad berada di Madinah selama lebih kurang sepuluh tahun, dan kembali ke Makkah setelah penaklukkan Makkah oleh kaum Muslimin (Fathu Makkah). Nabi Muhammad tidak dendam kepada orang-orang yang dulu mengusir dan membencinya, bahkan terhadap orang yang hendak membunuhnya. Nabi Muhammad membebaskan mereka tanpa adanya kekerasan sedikitpun terhadap warga Makkah. Kelembutan Nabi Muhammad ini membuat penduduk Makkah berbondong-bondong masuk Islam dan mengimani ajaran islam yang dibawa Nabi Muhammad. 

Nabi Muhammad mengatakan, “Tidak ada lagi kata Hijrah setelah Fathu Makkah". 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 22 Agustus 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

_________
Editor: Kholaf Al Muntadar