Cara Menyikapi Tahun Baru Masehi Bagi Umat Islam

 
Cara Menyikapi Tahun Baru Masehi Bagi Umat Islam
Sumber Gambar: tirto.id

LADUNI.ID, Jakarta – Tidak terasa saat ini kita sedang berada di penghujung tahun 2023, dan sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru 2024. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, momentum pergantian tahun selalu dilaksanakan dengan penuh kemeriahan dan dengan berbagai pesta perayaan. Merayakan ahun baru masehi bagi umat Islam, menurut para ulama ada yang membolehkan dan ada yang  melarang  karena bukan tradisi Islam.

Pertanyaan ini selalu muncul setiap tahun dan menjadi perbincangan hangat. Karena itu, umat Islam harus bijak dalam menyikapinya. Ulama yang membolehkan memiliki argumentasi bahwa perayaan malam tahun baru Masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu. Semua tergantung niatnya. Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan kaum musyrik, maka hukumnya Haram.

Tetapi jika tidak ada niat mengikuti ritual orang musyrik, maka tidak ada larangannya. Artinya, jika perayaan tahun baru itu diisi dengan hal-hal positif, seperti memberi makan fakir miskin, menyantuni anak yatim, membersihkan lingkungan dan sebagainya, maka hal itu dinilai baik. Adapun ulama yang melarang memiliki argumen bahwa perayaan Tahun Baru Masehi bukanlah hari raya atau hari besar Islam, dan bukan pula tradisi yang dianjurkan.

Jika melihat faktanya, tradisi perayaan Tahun Baru Masehi selalu sarat dengan maksiat. Anak-anak muda berpesta semalam suntuk, laki-laki dan perempuan berbaur dan terkadang diisi dengan pesta minuman keras dan lain-lain. Islam adalah agama yang mulia lagi sempurna, syariatnya telah sempurna dalam mengatur berbagai norma dan aturan bagi kehidupan manusia. Islam tidak pernah mengajarkan hal-hal demikian di dalam syariatnya, terkait perayaan malam tahun baru masehi.

Lalu bagaimanakah cara menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam..?

Di dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah Ṣallallahu ‘Alaihi Wasallam, syariat Islam telah mengatur tentang bagaimana cara menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam:
1.
Cara yang paling utama dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam adalah, meninggalkan perayaan tersebut dan tidak larut dalam momen perayaan pergantian tahun. Cara ini adalah cara yang paling selamat, agar kita tidak terjerumus pada kubangan kemaksiatan yang terjadi pada momen perayaan tahun baru.

Merayakan tahun baru masehi merupakan suatu perbuatan yang dilarang dalam Islam. Perayaan tahun baru masehi merupakan perayaan yang sama sekali bukan berasal dari budaya maupun kebiasaan kaum muslimin. Perayaan tahun baru masehi adalah sebuah perayaan yang pertama kali dilakukan oleh orang kafir, yaitu masyarakat paganis romawi.

Abu Ubaidah Raḍiallahu ‘Anhu meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah Ṣallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya: “Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud)

Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan bahwa, “Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan, dan meniru kebiasaan mereka sampai mati, maka dia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.”
Oleh karena itu, cara yang paling utama dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam adalah berusaha sekuat tenaga untuk menjauh, menghindar, meninggalkan, dan tidak ikut-ikutan dalam perayaan tersebut.

2. Dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam adalah membiarkan kaum kafir merayakannya. Pembiaran ini merupakan sikap toleransi dimana seorang muslim tidak ikut campur, tidak melarang kaum kafir, dan tidak melakukan hal-hal yang dapat memicu keributan dan kerusakan.

Hal ini merupakan prinsip Lakum Diinukum Wa Liya Diin yang diajarkan oleh Islam. Prinsip ini merupakan sikap toleransi, dimana seorang muslim membiarkan kaum kafir untuk melakukan berbagai ibadah dan perayaan menurut kepercayaannya, serta tidak turut serta dalam memeriahkan atau mengucapkan selamat.

Allah Subḥanahu Wa Ta’ala berfirman,

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun 109: 06)

Di dalam ayat lain Allah Subḥanahu Wa Ta’ala juga berfirman,

وَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: “Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus 10: 41)

Dalam ayat lain, Allah Subḥanahu Wa Ta’ala juga kembali menegaskan prinsip ini melalui firman-Nya,

وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ وَقَالُوْا لَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْ ۖسَلٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ لَا نَبْتَغِى الْجٰهِلِيْنَ

Artinya: “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.”
(QS. Al-Qasas 28: 55)

3. Cara yang dapat dilakukan dalam menyikapi tahun baru masehi bagi umat Islam adalah berdo’a memohon perlindungan kepada Allah Subḥanahu Wa Ta’ala . Setelah segala bentuk usaha dan ikhtiar dilakukan, hal selanjutnya yang perlu dilakukan oleh seorang muslim adalah berdo’a.

Berdo’a kepada Allah Subḥanahu Wa Ta’ala memohon perlindungan dari-Nya agar terhindar dari fitnah dunia, khususnya fitnah-fitnah yang dapat terjadi pada momen perayaan tahun baru.
Rasulullah Ṣallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada kita sebuah do’a memohon perlindungan dari siksa Neraka, siksa Kubur, fitnah kehidupan dan fitnah setelah mati, serta dari kejahatan finah Dajjal.

Berikut ini bacaan Do’anya :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Al-Masih Al-Dajjal.” (HR. Muslim)

Do’a tersebut sangat jelas memaparkan akan banyaknya balasan dari setiap keburukan. Sehingga memohon perlinduangan dari 4 hal adalah do’a penting yang harus diamalkan. Demi Allah, kebahagiaan seseorang adalah saat dilindungi dan diselamatkan dari siksa kubur, siksa jahanam, ujian saat hidup dan ketika mati, serta sesatnya fitnah Dajjal.

 

______________________
Catatan : Tulisan ini terbit pertama kali pada Jumat, 7 September 2018 . Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan revisi di beberapa bagian.

Editor: Sandipo

Sumber : Al-Qur’an  dan Hadis