Burung Kakaktua yang Nasibnya Su'ul Khotimah

 
Burung Kakaktua yang Nasibnya Su'ul Khotimah

Oleh  Sholihin H. Z.

Kepala MTs Aswaja Pontianak

Allah SWT mengangkat dan memuliakan orang yang berilmu. Dalam kehidupan keseharian kita, orang yang berilmu menempati tempat yang tersendiri, entah apakah ia bergelar akademik, formal atau tidak formal, apakah ia bergelar yang dihormati disebuah komunitas atau apakah ia tidak berpredikat apapun tetapi ia memiliki wibawa dan kharisma tersendiri. Dengan ilmu, seseorang diangkat dan dihormati. Tetapi hanya dengan memiliki tanpa penghayatan dan pengamalan diibaratkan seperti yang tidak berbuah. Ia hidup dan tumbuh dengan subur tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang dapat mengenyangkan siapapun dan apapun disekelilingnya.

Kisah berikut ini sebagaimana dalam tulisan Ibnu Basyar (2016: 12) mudah-mudahan menjadi refleksi kita dalam keseharian berikutnya.

Diceritakan ada seorang ustadz yang mengajarkan akidah kepada murid-muridnya. Ia mengajarkan kalimat tauhid, La Ilaha Illallah, dan menjelaskan maknanya. Ia juga mengajarkan tentang keteladanan Rasulullah SAW dan senantiasa berpesan untuk meyakini dan menghayati sepenuhnya syahadatain kepada murid-muridnya.

Di kediamannya, ustadz ini memelihara burung dan kucing. Lalu, seorang muridnya memnghadiahinya seekor burung kakaktua padanya. Makin hari ustadz tersebut makin senang dengan burung pemberian muridnya itu. Bahkan saat ustadz mengajarpun burung kakaktua itu selalu disampingnya dan akhirnya burung  itupun terbiasa mendengarkan kalimat tauhid  dan mampu mengucapkan La Ilaha Illallah. Siang-malam, burung itu terbiasa dengan kalimat tauhid tersebut dan murid-muridnyapun sudah mafhum dengan kebiasaan burung kakaktua tersebut.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN